1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kritik Atas Politik Bantuan Bencana Bush

7 September 2005

Sorotan harian internasional maupun harian Jerman, tetap tertuju ke Amerika Serikat. Tepatnya ke kawasan bencana angin topan 'Katrina', dan terutama kepada politik pemerintah George W. Bush.

Presiden AS George Bush bersama Walikota New Orleans Ray Nagin
Presiden AS George Bush bersama Walikota New Orleans Ray NaginFoto: AP

Pengiriman bantuan yang amat lamban, pendekatan militer di kawasan bencana serta saling lempar tanggungjawab, menunjukan wajah yang sebenarnya dari pemerintahan Amerika Serikat saat ini. Harian Inggris The Guardian menulis, tampaknya pemerintah Amerika Serikat tidak becus melindungi rakyatnya dari bencana:

Bantuan yang amat lambat dan kacau, dibarengi saling lempar tanggungjawab, membuka kenyataan yang sebenarnya, menyangkut jurang pemisah yang amat lebar antara julukan Amerika Serikat sebagai negara super adidaya dan kemampuan pemerintahnya untuk mengatasi masalah, dalam hal ini bencana alam. Gambar para penjarah kulit hitam di Louisiana, yang ditembak oleh polisi kulit putih, menampilkan suasana seperti di Bagdad. Dan dari gambaran itu, hanya satu langkah lagi untuk sampai kepada praduga negatif. Mengenai sebuah pemerintahan yang mampu mengerahkan dana ratusan milyar Dolar untuk melancarkan perang yang kacau-balau di Irak, akan tetapi tidak becus melindungi warganya sendiri di dalam negeri yang terancam bahaya. Para pakar keamanan mengkhawatirkan bahwa kehancuran total serta runtuhnya hukum dan ketertiban dapat memicu serangan teror baru.”

Harian Perancis Liberation yang terbit di Paris mengkritik bahwa pemerintahan Amerika Serikat melakukan swastanisasi solidaritas:

Lembaga pemerintahan tidak berfungsi, karena bagian dari lembaga layanan publik ini tidak dirancang untuk menghadapi masalah semacam itu. Kinerja bantuan yang amat lemah di New Orleans, merupakan dampak tidak langsung dari ideologi yang selalu dipuji oleh pemerintahan Bush, yakni swastanisasi solidaritas. Bush dan jajaran pemerintahannya tidak mampu melihat bencana dan dampaknya, ibaratnya mereka buta sebelah mata. Sementara sebelah lagi mata yang masih melek, hanya terfokus pada perang salib dari kelompok neo-konservatif, yang kini macet di kawasan rawa-rawa Mesopotamia. Sekarang politik picik mereka juga terjebak di kawasan banjir di Louisiana.”

Sementara harian Jerman Berliner Zeitung menyoroti kesemrawutan bantuan bencana sebagai berikut:

Empat tahun setelah serangan teror paling dahsyat dalam sejarah, empat tahun setelah puluhan rencana tindakan dalam situasi darurat, para penanggung jawab di Washington ternyata masih tidak mampu mengamankan komunikasi dalam situasi runtuhnya infrastruktur. Empat tahun setelah Amerika Serikat menyiapkan diri untuk menangkal serangan teroris, ternyata pemerintahnya masih belum dapat memberikan jaminan bahwa dalam situasi darurat seorang dokter dapat melakukan komunikasi dengan polisi. Ribuan orang tewas karena regu penolong harus menunggu berjam-jam untuk dapat melaksanakan tugasnya. Sebuah rapor buruk bagi pemerintahan, terutama bagi Presiden Bush sendiri.”

Harian Jerman Tagesspiegel menegaskan kegagalan Presiden Bush dalam manajemen krisis:

“Manusia macam apa George W. Bush ini? Ketika kawasan selatan didera bencana angin topan, ia malahan menggelar santap malam bersama para pengusaha di San Diego. Ketika ribuan orang menghadapi maut, Bush enak-enakan bermain gitar di peternakan pribadinya. Ia tenang-tenang saja menikmati liburannya. Hingga sebuah tendangan pada pantatnya memaksa Bush datang ke kawasan bencana untuk melihat sendiri, apa yang terjadi di sana sesudah semuanya terlambat. Atau tepatnya untuk melihat apa yang tidak terjadi, padahal seharusnya itu terjadi, yakni koordinasi dan pemasokan bantuan secepatnya. Bush datang sangat terlambat dalam memberikan bantuan yang berdaya guna, yang dapat ditunjang dengan kewenangannya sebagai seorang presiden, melewati batasan-batasan partai dan golongan. Bush seharusnya datang lebih awal, berpidato dengan gaya yang berbeda, memutuskan dengan cepat, memberikan petunjuk serta harapan bagi warganya yang dilanda bencana."