Pedih. Sesak. Sakit. Itu yang terekam di Stuttgart Arena Jumat malam: Jerman kandas atas Spanyol di ujung extra-time. Hardimen Koto mengulasnya.
Iklan
Duel Jerman v Spanyol bak ring tinju yang mementaskan kelas berat. Ada sederet nama beken di situ. Salah satunya Toni Kroos, midfielder hebat yang kembali ke (Timnas) Jerman demi Euro 2024.
Tapi, Kroos dalam laga di Stuttgart ini seperti memikul beban. Sangat berat. Dia tak lepas, tak menunjukkan kelas layaknya pemain bintang dengan koleksi 34 mahkota juara di banyak event.
Kroos main lugas, kasar dan dalam interval 7 menit sudah dua kali membuat Pedri terkapar sebelum meninggalkan lapangan tertatih-tatih.
Pedri, anak muda Barcelona itu diganti Dani Olmo, gelandang asal RB Leipzig. Sejak itu, duel Jerman v Spanyol yang awalnya membosankan, mulai menarik.
Olmo, yang kerap menusuk, selalu dimatikan Kroos. Sampai datang sebuah assist berkelas dari Lamine Yamal, bocah 16 tahun, yang begitu terukur dari sisi kanan dan diselesaikan Olmo dengan indah.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Jerman tersentak. Berkali-kali Kroos coba membangkitkan semangat. Sejarah Euro menjelaskan, tidak pernah ada tim tuan rumah yang kandas di perempat final. Jerman pun, dalam dua turnamen besar, 14 kali di Piala Dunia dan 4 kali di Euro, selalu lolos dari perempat final. Ini rekor di antara tim-tim Eropa.
Itu sebabnya, Kroos optimis bisa menyamakan kedudukan. Itu sebabnya, Kroos habis-habisan. Dia, pastinya, tidak ingin gantung sepatu dengan luka, bukan di semifinal, final dan juara.
Kroos ingin kariernya sebagai pemain dengan kenangan keren. Maka, Kai Havertz, Jamal Musiala sampai Müller, Füllkrug, Wirtz, tak henti-hentinya dialirkan bola: mencoba peruntungan. Dan itu, mayoritas dari usaha Kroos. Mereka berjibaku, total, tanpa kompromi.
Spanyol, sesungguhnya, tak kalah berkelas. Bedanya, Carvajal dan kolega lebih tenang meski terkadang juga ikut arus dengan tempo panas Kross dkk.
Sepertinya, Spanyol akan menang dengan gol tunggal Olmo. Tapi tidak, Florian Wirtz bisa bikin gol satu menit sebelum usai.
Laga berlanjut ke extra-time. Keras. Bikin drama dengan sederet peluang matang. Wasit Anthony Taylor bahkan sudah mengeluarkan 13 kartu kuning!
Dan, di ujung extra-time, persisnya menit ke-119, Mikel Merino yang masuk mengganti Nico Williams, melesakkan gol buat Spanyol. Dia melayang, menyundul tajam assist Olmo.
Publik di Stuttgart Arena terdiam. Terhenyak. Kroos di satu sudut, hanya bisa menggigit bibirnya. Dia terluka: kariernya di sepak bola berakhir mengenaskan saat Jerman juga berduka.
Sederet Bintang Lapangan Hijau yang Gantung Sepatu di Usia Muda
Akhir pekan lalu, pemain Borussia Dortmund Andre Schürrle mengumumkan pensiun dari lapangan hijau di usia 29 tahun. DW Indonesia merangkum sejumlah pemain sepak bola yang memutuskan untuk gantung sepatu di usia muda.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Anspach
Andre Schürrle
Di usia 29 tahun, penyerang sayap Borussia Dortmund ini mengumumkan pensiun sebagai pesepak bola profesional. Kepada Spiegel, mantan pemain Chelsea ini mengaku tidak lagi punya motivasi bermain sepak bola. Dalam dua musim terakhir, pemain asal Jerman ini dipinjamkan ke Fulham dan Spartak Moskow. Schürrle dikenang akan assist-nya ke Mario Götze dalam final Piala Dunia 2014 melawan Argentina.
Foto: Imago Images/S. Kivrin
David Bentley
Pemain asal Inggis ini juga mengaku tak mempunyai motivasi untuk bermain sepak bola dan ingin fokus menghabiskan waktu bersama keluarga saat umumkan pensiun di 2014. Usianya saat itu 29 tahun. Ia habiskan musim terakhirnya dengan Tottenham Hotspur di musim 2012-2013. Bentley yang digadang-gadang sebagai David Beckham baru ini mencatatkan 266 penampilan untuk klub dan 7 caps untuk timnas Inggris.
Foto: Imago Images/Sportimages
Ruben de la Red
Mantan pemain Real Madrid ini mengakhiri kariernya di usia 25 tahun. Ia pensiun di akhir musim 2009-2010 karena memiliki masalah jantung. Pemain berposisi gelandang ini merupakan bagian dari skuad Madrid asuhan Fabio Capello yang menjuarai Liga Spanyol musim 2006-2007. Ia juga masuk skuad timnas Spanyol di Piala Eropa 2008. Ia berhasil cetak gol di hari pertandingan ketiga Grup D melawan Swedia.
Foto: AP
Michu
Suporter Swansea City pasti tidak akan lupa jasa striker berpaspor Spanyol ini. Miguel Perez Cuesta atau yang akrab dikenal Michu, pensiun di usia 31 tahun di tahun 2016. Swansea meminang Michu di musim 2012/2013 dengan mahar 2 juta pound (Rp 37,3 miliar). Ia berhasil cetak 18 gol dari 35 penampilannya pada musim pertamanya di Liga Inggris. Performanya menurun karena kerap didera cedera panjang.
Foto: picture-alliance/empics/N. Potts
Eric Cantona
Legenda Manchester United ini gantung sepatu tahun 1997 di usia 30 tahun. King Eric terkenal dengan gaya berpakaian khas yakni kerah jersey yang diangkat. Pemain kelahiran Marseille 24 Mei 1966 ini direkrut Setan Merah tahun 1992. Lima musim bersama MU, ia sumbangkan 64 gol. Anda mungkin ingat tendangan Kung-Fu Cantona ke suporter Crystal Palace yang membuatnya dilarang bermain selama 8 bulan.
Foto: picture-alliance
Marco van Basten
Pemain Belanda ini pensiun tahun 1995 ketika usianya 31 tahun. Hal ini tidak mengejutkan karena selama dua tahun terakhir karier profesionalnya, van Basten kerap absen panjang karena cedera pergelangan kaki dan lutut. Peraih tiga Ballon d’Or ini adalah salah satu penyerang yang paling ditakuti bek-bek lawan pada masanya. Van Basten berhasil mengantarkan Belanda jadi juara Piala Eropa tahun 1988.
Foto: picture-alliance/dpa
Didier Deschamps
Pemain berposisi sebagai gelandang bertahan yang kini menjadi pelatih timnas Prancis ini memutuskan pensiun tahun 2001 di usia 32 tahun. Deschamps jadi salah satu orang yang berhasil menangkan Piala Dunia sebagai pemain dan juga pelatih. Ia dipercaya memegang ban kapten saat mengantar Prancis menjuarai Piala Dunia tahun 1998, juga saat Prancis menjuara Piala Eropa dua tahun setelahnya.
Foto: picture alliance/dpa/A. Vilf
Robert Enke
Bunuh diri kiper timnas Jerman di tahun 2009 ini mengejutkan banyak pihak, pasalnya Enke saat itu tengah dalam puncak performanya bersama Hannover 96. Meninggal di usia yang terbilang muda sebagai penjaga gawang yakni 32 tahun, Enke diprediksi akan jadi kiper utama Jerman di Piala Dunia 2010. Diketahui bahwa ia mengalami depresi sejak putrinya meninggal di tahun 2006. (rap/ae, berbagai sumber)
Foto: Getty Images
8 foto1 | 8
Kini, tidak ada lagi Euro buat Jerman. Mereka hanya jadi penonton saat Spanyol jumpa Prancis untuk tiket ke final, dan menunggu salah satu dari Turki, Belanda, Inggris dan Swiss di Berlin.
Luka Kroos dan duka Jerman sudah seharusnya membukakan mata: Der Panzer yang tanpa gelar sepuluh tahun terakhir, pasca memuncaki Piala Dunia Brasil 2014, mesti melakulan revolusi.