1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTP Baru Warga Jerman Harus Sertakan Sidik Jari

Nina Werkhäuser
3 Juli 2021

Tak lama lagi, sidik jari digital akan wajib diintegrasikan pada kartu identitas penduduk yang baru di Jerman. Apakah ini artinya KTP jadi lebih aman? Sebagian besar warga Jerman tidak setuju karena alasan privasi data.

Sidik jari akan wajib disimpan secara elektronik pada kartu identitas Jerman
Sidik jari akan wajib disimpan secara elektronik pada kartu identitas Jerman mulai awal Agustus Foto: Becker&Bredel/imago images

Mulai 2 Agustus 2021, pihak berwenang di Jerman berencana memperluas persyaratan yang mewajibkan warga untuk mendaftarkan sidik jari mereka. Sejak hari itu, semua warga negara Jerman yang mengajukan ID baru yang dikeluarkan pemerintah akan diwajibkan untuk mengizinkan sidik jari mereka disimpan secara elektronik di kartu. Sejauh ini, prosedur yang ada di Jerman bersifat sukarela untuk kartu identitas resmi dan hanya wajib untuk dokumen paspor terpisah.

Lebih dari 62 juta orang Jerman memiliki kartu identitas. Mereka memiliki dimensi yang sama dengan kartu kredit dan berlaku selama 10 tahun. Kebanyakan orang menggunakannya untuk mobilitas sehari-hari di dalam negeri. Kartu ini juga dapat digunakan untuk bepergian keliling Uni Eropa.

Apa keunikan kartu identitas di Jerman?

Kartu identitas di Jerman dan di negara lainnya di Eropa memiliki cip yang terintegrasi dengan foto biometrik. Gambar yang sama juga terlihat di bagian depan kartu. Di masa depan, karakteristik biometrik kedua akan didaftarkan, yakni: sidik jari.

Menurut Josef Oster, pakar urusan dalam negeri dari partai pemerintah, Partai Demokrat Kristen (CDU), langkah baru ini ditempuh untuk memastikan kartu identitas lebih aman: "Ini membantu kita untuk menentukan dengan jelas dan cepat apakah orang dan kartu benar-benar cocok," katanya kepada DW.

"Kami telah memberlakukan standar keamanan yang sangat tinggi," kata spesialis keamanan digital dalam Komite Urusan Dalam Negeri parlemen Jerman tersebut. Oster memastikan bahwa hanya ada sedikit penolakan terhadap proposal tersebut.

Kombinasi foto dan sidik jari akan diwajibkan di seluruh Uni EropaFoto: picture-alliance

Kenapa sidik jari pada kartu seragam di seluruh Eropa?

Peraturan baru ini tidak hanya berlaku di Jerman. Mulai 2 Agustus, dokumen perjalanan dengan kombinasi foto dan sidik jari akan dikeluarkan di seluruh Uni Eropa — seperti yang disepakati pada 2019 setelah pemungutan suara ketat di Parlemen Eropa. Tujuan utamanya adalah mencegah terjadinya pemalsuan kartu identitas.

Jika ada kecurigaan bahwa suatu dokumen telah dipalsukan atau digunakan secara ilegal, sidik jari yang disimpan dalam chip dapat digunakan untuk menentukan apakah pemegang yang sah memiliki dokumen tersebut. Untuk tujuan ini, alat baca khusus tersedia untuk polisi, penjaga perbatasan, dan petugas bea cukai. Dalam kasus identitas yang tidak dapat dipastikan keabsahannya, mereka memiliki wewenang untuk memanggil dan membaca data terenkripsi pada chip.

Apakah KTP dengan sidik jari lebih aman?

Kritikus tidak yakin apakah KTP baru dengan sidik jari digital benar-benar dapat lebih menjamin keamanan. Kartu identitas Jerman tanpa sidik jari "sudah memungkinkan tingkat validitas yang tinggi sehingga jarang dipalsukan atau berakhir di tangan yang salah," bantah pengacara dan spesialis perlindungan data Thilo Weichert.

Dan klaim tersebut dibenarkan oleh data Kementerian Dalam Negeri yang tersedia untuk DW. Tertera bahwa pada tahun 2020, hanya 34 versi palsu kartu ID Jerman yang disita selama kontrol perbatasan. Pada 2019, angka itu lebih rendah lagi, yakni hanya 26 kasus. Mengingat angka-angka ini, Thilo Weichert mempertanyakan kenapa ada keperluan untuk mendaftarkan sidik jari lebih dari 60 juta orang Jerman. Dia menyebutnya "pelanggaran yang tidak proporsional terhadap hak-hak rakyat" yang dia yakini juga tidak konstitusional.

Sidik jari cara pemerintah memata-matai warga?

Undang-undang baru yang diusulkan tersebut mengizinkan sidik jari untuk disimpan hanya pada cip kartu identitas itu sendiri dan di tempat lain. Hanya segelintir orang yang bisa mengakses data ini, seperti pejabat di instansi pemerintah terkait dan anggota kepolisian. Namun, Thilo Weichert memperingatkan: "Saya yakin segalanya tidak akan tetap seperti itu." Tinjauan ke belakang menunjukkan bahwa negara selalu cenderung mencari akses ke data pribadi yang semakin sensitif.

Weichert juga khawatir bahwa cepat atau lambat sidik jari akan disimpan di bank pusat data dan digunakan untuk pemeriksaan silang dengan sumber data lain atau memicu sistem pengawasan yang lebih besar. "Di Cina dan banyak negara otoriter lainnya, kita sudah mulai melihat bagaimana biometrik dapat digunakan untuk mengendalikan seluruh penduduk,” katanya.

Invasi pada privasi

Leena Simon, aktivis perlindungan data menggambarkan kunjungan terakhirnya ke pusat layanan warga di balai kota setempat, ketika mereka ingin mengambil sidik jarinya. "Perasaan yang sangat menyeramkan," katanya. 

Dia diinstruksikan untuk menekan jari telunjuk kedua tangan pada permukaan kaca pemindai. Alasannya adalah sidik jari tersebut akan dimasukkan dalam paspor barunya. Namun, dia menggunakan trik yang tidak ingin dia bagikan untuk merusak pemindaian. Leena adalah anggota organisasi Jerman bernama Digitalcourage, yang berfokus pada isu privasi dan hak digital.

Simon tidak memiliki KTP. Di paspornya, ia menggunakan foto pengenal yang dirilis Digitalcourage, memakai data yang diberinya aksesFoto: Privat

Jadi, apakah triknya berhasil? Leena mengatakan, dia tidak yakin. Tapi apa yang dia tahu: "Sepanjang sisa hari itu, saya merasa tidak enak." Dia mengatakan hal itu "invasif" karena negara memaksa warga negara yang taat hukum untuk membubuhkan sidik jari mereka. Lagi pula, menurut Leena, pemindai adalah alat yang biasanya digunakan oleh polisi dalam investigasi kriminal: "Saya tidak mengerti mengapa saya harus memberi negara akses ke sidik jari saya ketika saya tidak melanggar hukum."

Maja Smoltczyk, komisaris Berlin untuk perlindungan data, mengatakan poin yang sangat serius dalam kasus pencurian atau penyalahgunaan dokumen, adalah karena "karakteristik biometrik tidak dapat diganti begitu saja seperti halnya kata sandi."

Penjelasan ini menjadi acuan mengapa para aktivis menyerukan agar pemerintah hanya memindai satu jari kelingking, bukan kedua jari telunjuk.

Bagaimana reaksi warga Jerman?

Hingga 2 Agustus, pemberian sidik jari masih bersifat sukarela. Lantas, bagaimana tanggapan masyarakat yang mengajukan KTP baru antara awal Januari hingga pertengahan Juni? DW menanyakan pertanyaan itu di pusat layanan di 20 kota besar dan kecil di Jerman.

Jawabannya mengejutkan. Di Nürnberg, Düsseldorf dan Bochum, misalnya, ada resistensi yang kuat: "Hanya sedikit yang bersedia mengizinkan sidik jarinya dipindai ke dalam kartu identitas. Umumnya bersikap curiga,” kata perwakilan kota Bochum kepada DW.

Sementara di Düsseldorf, hanya 15% dari semua pendaftar yang mengatakan bahwa mereka menerima integrasi sidik jari. Hanya satu kota di Jerman yang mendukung usulan peraturan baru tersebut, yakni Frankfurt. Hampir dua pertiga warga di kota pusat bisnis tersebut mengatakan mereka akan secara sukarela mendukung sidik jari.

Menolak KTP dengan sidik jari

Meski tanggal 2 Agustus semakin dekat, aktivis Leena Simon memprediksikan orang-orang tidak akan turun ke jalan dalam jumlah besar untuk memprotes aturan ini. Namun, secara pribadi, Leena berencana untuk menempuh jalur hukum. "Saya harus mengakui," katanya, "bahwa ketika menyangkut masalah sensitif perlindungan data, saya sama sekali tidak mempercayai negara.”

Penentang sidik jari lainnya mengadopsi strategi yang berbeda. Narasumber lainnya memberi tahu kepada DW bahwa mereka telah menghancurkan kartu identitas "lama" mereka yang masih berlaku dengan, misalnya, "secara tidak sengaja" meninggalkannya di oven microwave mereka. Itu memungkinkan mereka untuk mengajukan dokumen baru tanpa sidik jari: bagaimanapun, kartu identitas berlaku untuk 10 tahun lagi. Cukup lama — bahkan di dunia yang berubah dengan cepat. (ts/yp)