Para pemimpin 8 negara pemilik hutan Amazon berkumpul untuk pertama kalinya dalam 14 tahun, dengan rencana mencapai kesepakatan tentang langkah memerangi deforestasi sampai mendanai pembangunan berkelanjutan.
Iklan
Negara-negara yang tergabung dalam Amazon Cooperation Treaty Organization (ACTO) hari Selasa (8/8) mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di kota Belem di Brasil. Agenda pembahasan antara lain menyepakati pakta regional untuk menghentikan deforestasi pada tahun 2030, mengakhiri penambangan emas ilegal, dan bekerja sama dalam pengawasan kejahatan lingkungan lintas batas.
KTT itu dihadiri presiden dari Bolivia, Brasil, Kolombia, Guyana, Peru, dan Venezuela, sedangkan Ekuador dan Suriname akan mengirimkan perwakilan tinggi lainnya. Para pemimpin diperkirakan akan mengumumkan kesepakatan akhir, yang dikenal sebagai Deklarasi Belem, pada Selasa sore.
Presiden Brasil, Luiz Inacio "Lula" da Silva pada kampanye pemilihan presiden tahun lalu berjanji menggelar KTT Amazon, sebagai bagian dari upayanya untuk memulihkan kepemimpinan lingkungan Brasil, setelah deforestasi melonjak drastis di bawah pendahulunya Jair Bolsonaro.
10 Kekayaan Alam Yang Terancam Musnah
Dari hutan di Amazon hingga Laut Mati, banyak harta karun alam berharga yang terancam musnah akibat perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/JOKER/W. G. Allgöwer
Hutan hujan Amazon: Paru-paru dunia
Hutan hujan tropis paling berharga yang membentang di sembilan negara di Amerika Selatan ini merupakan penyerap karbon dunia dan rumah bagi beragam tanaman dan hewan langka. Namun pada tahun 2020, tingkat deforestasinya mencapai titik tertinggi karena banyak lahan yang dibuka untuk peternakan, pertanian, dan pertambangan, yang juga menyebabkan jumlah curah hujan di sana menurun seperempatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Arrevad
Great Barrier Reef: Kurang dari 80 tahun lagi
Great Barrier Reef di lepas pantai timur laut Australia telah menjadi rumah bagi 400 jenis karang, 500 spesies ikan dan lebih dari 4000 jenis moluska, seperti penyu. Sayangnya, akibat meningkatnya suhu air laut global sebesar 1,5 derajat Celsius, setengah dari terumbu karang itu telah hilang. Diperkirakan, terumbu karang terbesar di dunia ini akan lenyap pada tahun 2100.
Foto: University of Exeter/Tim Gordon
Surga Darwin yang terancam punah
Kepulauan Galapagos Ekuador yang terletak 1.000 km di lepas pantai barat Amerika Selatan adalah situs Warisan Dunia atas berbagai macam fauna dan flora yang hidup di kepulauan vulkaniknya. Meskipun banyak spesies unik berevolusi di kepulauan ini dan menginspirasi Charles Darwin, surga alam yang langka ini terancam hilang akibat invasi spesiesnya, polusi, hingga penangkapan yang berlebihan.
Foto: imago/Westend61
Himalaya: Gletser mencair, sampah menggunung
Pada tahun 1980, Reinhold Messner berhasil melakukan pendakian solo pertama Gunung Everest tanpa oksigen tambahan. Beberapa dekade kemudian, gunung tertinggi di dunia ini telah didaki lebih dari 10.000 kali. Puncak gunungnya telah menarik banyak pendaki yang justru meninggalkan lebih banyak sampah. Pegunungan Himalaya juga mengalami pencairan gletser yang cukup tinggi akibat pemanasan global.
Foto: AFP/Project Possible
Taman Nasional Pohon Joshua tanpa pohonnya
Akhir abad ini, pohon Joshua yang menjadi nama taman nasional di California, terancam lenyap akibat kenaikan suhu global. Bibit tumbuhan gurun yucca ini tengah berjuang melawan kekeringan. Walaupun banyak yang tumbuh di ketinggian yang lebih sejuk, serangga yang membantu penyerbukan jumlahnya sangat sedikit. Pertumbuhan hama justru lebih banyak di daerah tersebut dan meningkatkan risiko kebakaran.
Foto: picture-alliance/United-Archives
Salju menghilang di Kilimanjaro
Gunung terbesar di benua Afrika ini terdiri dari tiga "kubah" vulkaniknya, salah satu yang tertinggi mencapai 5.895 meter di atas permukaan laut bernama "Kibo". Sekitar 85% salju putih di puncaknya telah menghilang perlahan dari tahun 1912 hingga 2009. Para peneliti menduga bahwa pemanasan global menjadi alasan berkurangnya lapisan salju di warisan Tanzania tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Machu Picchu: Jejak lingkungan pariwisata
Lebih dari 1,5 juta wisatawan per tahun, telah mengunjungi peninggalan bersejarah suku Inca di Andes, Peru. UNESCO meminta agar jumlah pengunjung dikurangi, dengan alasan bahwa jejak dari jutaan langkah kaki itu dapat membuat struktur kuno ini tidak stabil. Banyaknya turis juga berdampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Foto: picture-alliance/C. Wojtkowski
Maladewa: Menghilang ke lautan
Ingin berlibur ke Maladewa? Coba pikirkan kembali. Dampak negatif perjalanan udara terhadap iklim menjadi kontribusi besar menghilangnya Maladewa ke lautan. Seiring dengan meningkatnya pemanasan global, permukaan air laut dunia juga meningkat hingga 3,7 cm per tahunnya. Bagi Maladewa yang terletak hanya 1,5 meter di atas permukaan laut, setiap sentimeternya sangat lah berharga.
Foto: DW/R. Richter
Danau Nikaragua: Akhir dari keindahan dunia?
Bukan perahu dayung seperti yang diusulkan, melainkan kapal kontainer besar yang akan mulai berlayar melewati Terusan Nikaragua yang menghubungkan Laut Karibia dengan Samudra Pasifik tersebut. Para aktivis lingkungan khawatir hal itu akan berdampak negatif terhadap seluruh ekosistem danau air tawar yang merupakan rumah bagi hiu dan ikan todak, sekaligus pemasok air minum bagi penduduk lokalnya.
Foto: picture-alliance/AP
Kemusnahan Laut Mati
Terletak 420 meter di bawah permukaan laut, Laut Mati yang dikelilingi oleh daratan ini adalah lautan air terendah di bumi. Tetapi danau garam yang unik ini perlahan-lahan mulai mengering. Pengambilan air minum dari Sungai Yordan oleh pihak Israel dan Yordania telah menyebabkan tingkat volume airnya menurun sekitar satu meter setiap tahunnya. (kp/hp)
Foto: picture-alliance/JOKER/W. G. Allgöwer
10 foto1 | 10
Penduduk asli akan dilibatkan dalam pembuatan kebijakan
Sumber pemerintah Brasil, yang menolak disebut namanya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Deklarasi Belem kemungkinan akan mencakup mekanisme pembiayaan untuk pembangunan berkelanjutan, ketentuan untuk menyertakan pemimpin penduduk asli atau masyarakat adat dalam pembuatan kebijakan, dan strategi bersama untuk mengatasi deforestasi.
Iklan
Apakah kesepakatan dapat dicapai untuk mencapai target mengakhiri penggundulan hutan pada tahun 2030, kemungkinan besar akan bergantung pada Bolivia, di mana kehancuran hutan di negara itu telah melonjak akhir-akhir ini akibat kebakaran dan pertanian yang berkembang pesat.
Perjanjian tersebut juga kemungkinan akan menetapkan sarana untuk berbagi teknologi dan bagi pemerintah kota untuk bertukar praktik-praktik terbaik, kata sumber itu.
Indonesia dan Uni Eropa akan berpartisipasi
Direktur Eksekutif ACTO Carlos Lazary mengatakan kesepakatan akhir mungkin mencakup rencana Brasil untuk membangun pusat regional di Manaus, di mana negara-negara Amazon dapat mengoordinasikan operasi polisi.
Kesepakatan akhir kemungkinan akan memprotes apa yang dilihat kawasan itu sebagai hambatan perdagangan tidak adil, yang diterapkan atas nama perlindungan lingkungan, kata CNN Brasil mengutip draf deklarasi yang mereka dapatkan.
Uni Eropa baru-baru ini mengeluarkan undang-undang yang melarang perusahaan mengimpor daging sapi, kedelai, kakao, dan produk lain yang terkait dengan deforestasi.
Pada hari Rabu (9/8), negara-negara Amazon akan bertemu dengan para pemimpin Kongo dan Indonesia, untuk mengeluarkan pernyataan bersama dari tiga cekungan hutan tropis utama dunia. Norwegia dan Jerman, yang telah mendanai pelestarian Amazon, dan Prancis, yang menguasai wilayah Amazon di Guyana Prancis, juga akan berpartisipasi.