Presiden Xi Jinping menemui pemimpin negara Arab di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, Jumat (9/12). Olehnya, diselenggarakannya KTT Arab-Cina di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dianggap sebagai “pencapaian besar”
Iklan
Pertemuan digelar di hari ketiga kunjungan pertama Xi di Arab Saudi sejak 2016. Lawatannya itu merupakan tur luar negeri yang ketiga selama pandemi corona.
Kamis (8/12), Xi bertemu dengan Raja Salman dan Pangeran Mohammed bin Salman. Mereka menyepakati ragam perjanjian, mulai dari pengembangan energi hidrogen hingga perumahan, tanpa merinci lebih jelas.
Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Tunisia, Kais Saied, termasuk kepala negara yang sudah tiba sejak Kamis. Adapun Qatar, Lebanon, Irak dan sejumlah negara lain melengkapi undangan tuan rumah di Riyadh.
Hidropolitik: Bendungan di Antara Air dan Kekuasaan
Di seluruh dunia, kehadiran bendungan raksasa dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan berfungsi sebagai simbol status dan kekuasaan. Namun, bagaimana nasib masyarakat yang tinggal di hilir?
Foto: GUILLERMO ARIAS/AFP/Getty Images
Bendungan Raksasa Etiopia GERD: Simbol kebanggaan
Dengan tinggi 145 meter dan panjang hampir 2 kilometer, Bendungan Grand Ethiopian Renaissance mampu memproduksi 5GW listrik. Dibangun tanpa persetujuan dari negara-negara tetangga yakni Mesir dan Sudan, GERD ditolak pendanaannya dari Bank Dunia. Anggaran proyek senilai US$4,8 miliar (Rp67,2 triliun) berasal dari sumbangan pribadi dan obligasi pemerintah. GERD pun jadi kebanggaan rakyat Etiopia.
Foto: Gioia Forster/dpa/picture alliance
Kehidupan di Sungai Nil
Mesir dan Sudan khawatir adanya GERD bisa mengurangi akses air dari Sungai Nil. Etiopia akan punya kendali atas Sungai Nil sebagai sumber irigasi pertanian. Sebagai proyek PLTA, air harus terus mengalir, tetapi negara-negara di hilir tak yakin dengan jaminan Etiopia bahwa mereka tak akan menggunakan GERD untuk kepentingan sendiri, terutama karena ancaman perubahan iklim membuat air semakin langka.
Foto: Joerg Boethling/imago images
Bendungan raksasa di Sungai Mekong
Sejak tahun 1990-an, Cina telah membangun 11 bendungan raksasa di Sungai Mekong, yang membantu menjadikan negara itu produsen PLTA terbesar di dunia. Air pun jadi sumber listrik terbesar kedua setelah batu bara di negara ini. Namun, karena Laos, Thailand, Vietnam, dan Kamboja juga bergantung pada Sungai Mekong, pembangunan bendungan besar-besaran ini telah menimbulkan kekhawatiran di hilir.
Foto: Yang Zheng/Imaginechina/picture alliance
Kekeringan di Kamboja
Di hilir, Delta Mekong menderita karena bendungan-bendungan Cina mengubah waktu dan aliran airnya. Kekeringan menjadi lebih sering terjadi dan stok ikan berkurang menyebabkan komunitas nelayan dan petani di Thailand dan Kamboja merugi, bahkan ketika data satelit menunjukkan mencairnya salju dan rata-rata curah hujan di Sungai Mekong di Cina di atas normal.
Foto: Heng Sinith/AP/picture alliance
Investasi global Cina
Cina juga berinvestasi dalam ratusan proyek PLTA di luar negeri, dari Laos hingga Portugal, dari Kazakhstan hingga Argentina, dan di Afrika termasuk bendungan Souapiti di Guinea. Sebelumnya, proyek infrastruktur besar-besaran ini sering dibiayai oleh Bank Dunia, tetapi kini Cina semakin mengambil alih. Cina tidak memerlukan kesepakatan dari negara-negara yang berbagi wilayah sungai yang sama.
Foto: Sadak Souici/Le Pictorium/imago images
Tergusur karena bendungan
Bendungan Souapiti di Guinea, yang dibiayai China International Water and Electric Corporation, akan memproduksi listrik 450MW di mana hanya sebagian kecil masyarakat di sana yang memiliki akses ke pasokan listrik yang andal. Tetapi untuk membuat bendungan raksasanya yang membanjiri 253 kilometer persegi tanah, sekitar 16.000 orang dari lebih dari 100 desa telah mengungsi, kata Human Rights Watch.
Foto: CELLOU BINANI/AFP
Jadi jembatan di perbatasan?
Pembangunan bendungan Itaipu di Sungai Paraná antara Brasil dan Paraguay membuat sebanyak 65.000 orang harus pindah. Kehadiran bendungan juga menyebabkan ketegangan antara kedua negara, yang menandatangani perjanjian untuk bekerja sama dalam proyek PLTA yang dimiliki bersama pada tahun 1973 itu. Tetapi dengan sebagian besar listrik mengalir ke Brasil, bendungan Itaipu tetap kontroversial.
Foto: Fotoember/imago images
Bendungan Colorado
Perbatasan Meksiko-Amerika Serikat (AS) mungkin menyulap gambaran migrasi dan impian Trump membangun tembok untuk membagi kedua negara. Tetapi selain ketegangan atas mereka yang bermigrasi ke utara, ada kekhawatiran atas aliran Sungai Colorado ke arah berlawanan. Saat sungai mencapai Meksiko, ia telah melewati tujuh negara bagian AS dan banyak bendungan yang mengalihkan airnya untuk perkebunan AS.
Foto: Elliot Spagat/AP/picture alliance
Mengairi Lembah Mexicali
Tetapi kedua negara telah bekerja sama menggunakan Bendungan Morelos di perbatasan mereka untuk mengairi Lembah Mexicali, dengan sistem "denyut" yang meniru aliran alami sungai ke Delta Colorado. Pakar politik air Scott Moore mengatakan hal itu menunjukkan "kerja sama antara AS dan Meksiko, tetapi juga antara kelompok lingkungan, petani, distrik irigasi, dan pengelolaan ekologi." (rap/vlz)
Foto: GUILLERMO ARIAS/AFP/Getty Images
9 foto1 | 9
Diversifikasi diplomasi dan ekonomi
"Cina akan bekerja sama dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab untuk menjadikan kedua KTT sebagai sebuah pencapaian besar dalam sejarah hubungan Cina dan Arab atau Cina dan GCC,” kata Xi, Kamis (8/12) kemarin, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan stasiun televisi pemerintah, CCTV.
Iklan
Negara-negara Teluk sejatinya adalah sekutu lama Amerika Serikat. Kemesraan baru dengan Cina sebabnya dianggap sebagai pergeseran haluan ke Asia, antara lain demi diversifikasi ekonomi yang masih ditopang sektor energi.
Cina di pihak lain berusaha memperluas pengaruhnya. Beijing misalnya seringkali mengaitkan kedekatan diplomasi dengan proyek infrastruktur raksasa seperti Belt and Road Initiative, yang kini digarap di 149 negara di dunia.
Sejauh ini belum ada keterangan resmi terkait agenda pembahasan di kedua pertemuan di Riyadh. Salah satu topik yang masih mengganjal adalah perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara Cina dan GCC yang sudah dibahas sejak dua dekade lalu.
Krisis Yaman Memburuk, Organisasi Kemanusiaan Kehabisan Uang
Perang di Yaman terus berlanjut. Namun, sejumlah organisasi kemanusiaan saat ini terancam kehabisan uang. Invasi Rusia di Ukraina berpotensi memperburuk keadaan di Yaman.
Foto: Mohammed Huwais/AFP/Getty Images
Kurangnya bantuan kemanusiaan
Krisis kemanusiaan di Yaman yang dilanda perang semakin memburuk. Menurut Program Pangan Dunia PBB (WFP), 13 juta orang di sana terancam kelaparan, lantaran perang saudara yang berkepanjangan dan kurangnya bantuan kemanusiaan.
Foto: Khaled Ziad/AFP/Getty Images
Sangat bergantung pada bantuan
Sejak awal pandemi COVID-19, semakin banyak orang yang kelaparan. Yaman adalah salah satu negara yang paling membutuhkan bantuan, dengan lebih dari 40% populasi bergantung pada bantuan WFP.
Foto: Khaled Abdullah/REUTERS
WFP kehabisan uang
"Kami memberi makan 13 juta orang dari negara berpenduduk 30 juta orang dan kami kehabisan uang," kata David Beasley, Kepala WFP, kepada Associated Press belum lama ini. "Jadi, apa yang akan saya lakukan untuk anak-anak di Yaman? Mencurinya dari anak-anak di Etiopia, atau Afganistan, atau Nigeria, atau di Suriah? Itu tidak benar," katanya.
Foto: Giles Clarke/UNOCHA/picture alliance
Paket bantuan tidak lengkap
Saat ini sekitar lima juta orang terancam mati akibat kelaparan, kata Corinne Fleischer, Direktur WFP untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Sumbangan bantuan kemanusiaan sejauh ini hanya mencakup 18% dari hampir $2 miliar (Rp28,6 triliun) yang dibutuhkan WFP untuk misinya di Yaman.
Foto: Mohammed Mohammed/XinHua/dpa/picture alliance
Perang Ukraina memperburuk krisis kelaparan
Invasi Rusia berpotensi memperburuk keadaan di Yaman karena WFP memperoleh sekitar setengah dari gandumnya dari Ukraina. Bahkan sebelum perang dimulai, harga gandum telah meningkat tajam. Bank Dunia mengingatkan bahwa perang Ukraina akan mendorong krisis kelaparan yang lebih buruk.
Foto: AHMAD AL-BASHA/AFP/Getty Images
Perang saudara yang berkepanjangan
Perang saudara di Yaman telah berlangsung selama tujuh tahun. Sejak 2015, koalisi pimpinan Arab Saudi memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang saat ini menguasai sebagian besar wilayah di Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa.
Foto: imago images/Xinhua
Kekacauan di Aden
Wilayah selatan Aden dikendalikan sepenuhnya oleh separatis sejak 2020 dan telah menjadi basis pemerintah yang diakui secara internasional, dipimpin oleh Abed Rabbo Mansour Hadi, sejak Houthi menyingkirkannya keluar dari Sanaa.
Foto: Wael Qubady/AP Photo/picture alliance
Tidak ada tempat berlindung
Kota Marib dianggap strategis karena merupakan benteng terakhir dari pemerintah yang diakui secara resmi di utara. Pertempura tengah berlangsung di sini, di mana Saudi terus-menerus mengebom daerah tersebut. Warga sipil terpaksa terus memindahkan kamp pengungsi mereka karena garis depan terus bergeser.
Foto: AFP /Getty Images
Rumah sakit penuh
Sistem kesehatan di Yaman bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Perang yang sedang berlangsung dan pandemi COVID-19 hanya membuat segalanya lebih mengerikan di negara termiskin di semenanjung Arab itu.
Foto: Abdulnasser Alseddik/AA/picture alliance
Sekolah dibom
Dalam laporan tahun 2021, UNICEF mengatakan bahwa pendidikan menjadi salah satu korban terbesar perang Yaman. Lebih dari 2 juta anak perempuan dan laki-laki usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan. Banyak sekolah hancur dibom.
Foto: Mohammed Al-Wafi /AA/picture alliance
Rangkaian kesengsaraan
Listrik, air bersih, dan bahan bakar - selalu ada sesuatu yang kurang di Yaman. Antrean di SPBU semakin panjang. Tanpa dana kemanusiaan yang lebih banyak, rangkaian kesengsaraan ini hanya akan berlanjut. (ha/yf)
Foto: Mohammed Huwais/AFP/Getty Images
11 foto1 | 11
Poros baru Arab-Cina?
"Cina ingin menutup negosiasi panjang dengan sukses, karena perjanjian perdagangan bebas dengan blok ekonomi yang besar bernilai prestise bagi Beijing,” kata Robert Mogielnicki dari lembaga penelitian, Arab Gulf States Insitute, di Washington, AS.
"Situasinya tidak mudah bagi GCC, yang terlihat lebih tertarik pada perjanjian bilateral, karena mereka terlibat dalam kompetisi ekonomi regional antara sesama negara anggota,” imbuhnya.
Media-media pemerintah Saudi melaporkan, kedua negara menandatangani kesepakatan senilai USD 30 miliar selama kunjungan Xi.
Kendati demikian, Mogielnicki mengatakan komitmen tersebut masih harus dibuktikan. "Kalau menyangkut relasi antara Cina dan Timur Tengah, kita harus ingat bahwa menandatangani nota kesepakatan dan janji investasi jauh lebih mudah ketimbang mengalirkan dananya,” kata dia.
Lawatan Xi di Timur Tengah sendiri ditanggapi secara kritis oleh pemerintah di Washington. Rabu (7/12) kemarin, Gedung Putih memperingatkan terhadap "pengaruh yang dibangun Cina di seluruh dunia,” karena dianggap "tidak mendukung tatanan dunia berbasis hukum.”