Krisis Myanmar menduduki puncak agenda pembicaraan KTT ASEAN yang digelar secara virtual, Selasa (26/10). Pemimpin junta militer Myanmar dikecualikan dalam pertemuan tersebut, tapi Biden dilaporkan akan hadir.
Iklan
Para pemimpin ASEAN memulai KTT tahunan mereka pada Selasa (26/10) tanpa kehadiran pemimpin militer Myanmar Min Aung Hlaing. Ini adalah pengecualian yang jarang terjadi, mengingat ASEAN dikenal sebagai kelompok regional yang menganut prinsip tidak campur tangan.
Brunei Darussalam yang bertindak sebagai tuan rumah KTT sebelumnya telah mengatakan, ASEAN akan mengundang perwakilan non-politik dari Myanmar. Tapi Kementerian Luar Negeri Myanmar pada Senin malam menyatakan, pihaknya hanya akan menyetujui kepala negara atau perwakilan menteri untuk hadir di KTT tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa kursi perwakilan Myanmar akan kosong di dalam KTT.
Keputusan untuk mengecualikan Min Aung Hlaing diambil oleh para menteri luar negeri anggota ASEAN pada 15 Oktober lalu. Kepala junta militer Myanmar itu dianggap gagal menerapkan rencana perdamaian ASEAN untuk Myanmar, termasuk mengakhiri permusuhan, memulai dialog, mengizinkan bantuan kemanusiaan dan memberikan akses penuh bagi utusan khusus di negara itu.
Sejak menggulingkan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu, militer Myanmar telah membunuh lebih dari 1.000 orang dan menangkap ribuan lainnya, demikian menurut laporan kelompok Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Sanksi paling signifikan
Aaron Connelly, seorang pakar Asia Tenggara dari International Institute for Strategic Studies menyebut keputusan ASEAN mengecualikan kepala junta militer dalam KTT "sangat signifikan.”
"Ini adalah sanksi paling signifikan yang pernah diberikan ASEAN kepada negara anggota, dan itu adalah respons langsung atas ketidakpatuhan yang telah kita lihat dari [junta],” katanya dalam sebuah diskusi panel pada Senin (25/10), seperti dilansir dari AFP.
Meski begitu, ASEAN dinilai tidak mungkin mengambil tindakan lebih jauh, seperti misalnya menangguhkan keanggotaan Myanmar. Pertemuan minggu ini pun dinilai hanya memiliki sedikit peluang dalam menghasilkan keputusan yang dapat mendorong perubahan terkait junta militer di Myanmar.
"ASEAN terpecah atas masalah Myanmar. Rasanya tidak mungkin ada progres nyata [dari pertemuan],” ujar seorang diplomat Asia Tenggara yang berbicara secara anonim kepada AFP.
Iklan
Presiden AS Joe Biden ikut ambil bagian
Selain masalah Myanmar, isu-isu lain yang kemungkinan akan turut dibahas adalah sengketa Laut Cina Selatan dan pandemi COVID-19.
KTT tahun ini diselenggarakan secara online karena kesulitan perjalanan yang berhubungan dengan pembatasan pandemi.
Presiden AS Joe Biden dilaporkan akan mengambil bagian dalam KTT AS-ASEAN yang akan digelar di hari yang sama setelah para pemimpin ASEAN mengadakan pembicaraan.
Biden juga akan bergabung dalam pertemuan puncak pada Rabu (27/10) bersama dengan Perdana Menteri Cina Li Keqiang dan pemimpin dunia lainnya.
Ini adalah pertama kalinya dalam empat tahun seorang presiden AS ikut bergabung dalam KTT ASEAN. Biden dinilai tengah mengumpulkan dukungan di Kawasan untuk melawan ekspansi dan upaya hegemoni Cina.