1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT G20 dan Aksi Kekerasan di Hamburg

8 Juli 2017

Gambar-gambar kerusuhan dari Hamburg tersebar ke seluruh dunia. Komentar editor DW Heinrich Böhme.

Protesters March During The G20 Summit
Foto: picture-alliance/N.Liponne

Hamburg di bulan Juli - metropolitan indah ini adalah salah satu tujuan wisata utama di Jerman. Namun tidak selama KTT G20 ini. Karena kecemerlangan Hamburg saat-saat itu tertutup oleh asap hitam tebal yang membubung tinggi. Seluruh pusat kota tertutup oleh barikade polisi dan demonstran, kawat berduri di mana-mana. Mobil lapis baja hilir mudik, meriam air ditembakkan kepada para demonstran dan perusuh.

Kelompok aksi garis keras Blok Hitam (Schwarzer Blok) memancing adu kuat dengan polisi. Kekacauan di mana-mana. Mobil-mobil terbakar, mobil mewah atau mobil keluarga, mereka tidak peduli. Yang penting api menyala.

Henrik Böhme, editor DW

Siapa yang salah?

Kemudian permainan saling lempar tanggung jawab dimulai: Siapa yang memulai? Siapa yang salah? Apakah polisi bersikap keras terlalu "berlebihan" atau malah memprovokasi reaksi keras kelompok pemrotes radikal? Kebanyakan demonstran melakukan aksi damai, namun tidak semuanya. Ada sekelompok kecil yang bersembunyi di belakang protes yang menuntut keadilan. Bagi mereka, inilah demokrasi, orang boleh berunjuk rasa, orang boleh menyatakan penolakan.

Hamburg emmang dikenal memiliki subkultur perlawanan yang berakar kuat, yang sering disebut sebagai "kelompok alternatif". Tapi Hamburg juga merupakan pusat bisnis. Kaum elit dan warga kelas atas berada bersampingan dengan kelas bawah yang sering berada di kawasan pelabuhan. Kedua kelompok jarang berkomunikasi. Tapi mereka tidak mengganggu gaya hidup kelompok yang lain. Itu sebabnya, di tengah kota Hamburg ada pusat kebudayaan alternatif yang dinamakan "Rote Flora", yang sudah berdiri di sana sejak lama. Inilah salah satu pusat wacana dan aksi menentang kapitalisme dan globalisasi.

Rote Flora, pusat kebudayaan gerakan alternatif di HamburgFoto: picture-alliance/M.Heine

Bentrokan

Jadi memang mudah dibayangkan, bahwa suatu waktu akan terjadi bentrokan. Apalagi ada KTT G20 yang diselenggarakan di tengah kota. Artinya, para kapitalis besar yamh jadi musuh dan selama ini mereka kritik, sekarang datang sendiri ke Hamburg. Pada hari-hari menjelang KTT, aksi protes masih sangat kreatif dan warna-warni. Namun bagi sebagian orang, protes baru ada artinya, jika api menyala. Tidak hanya itu, di samping kebakaran harus juga ada hingar bingar. Apalagi polisi sudah bersiap-siap menghadapinya dan mengerahkan peralatan berat.

Maka sial bagi mereka yang tinggal di kawasan rusuh dan tidak ingin aksi kekerasan. Karena banyak kaca yang hancur berserakan dan toko-toko yang dijarah.

Negara hukum

Tentu saja harus ditegaskan di sini sekali lagi: demonstrasi adalah hak warga. Kebebasan berpendapat punya nilai sangat tinggi dalam sistem demokrasi. Kritik memang harus disuarakan kepada para kepala negara dan pemerintahan yang datang, karena tidak semua dari mereka menghormati demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Tapi sayangnya, semua aksi damai itu skearang tertutup dengan pemberitaan tentang kerusuhan. Gambar-gambar demonstrasi yang damai dan pesan-pesannya akan tertutup oleh gambar-gambar kerusuhan dan kekerasan.

Aksi damai pemrotes KTT G20 di HamburgFoto: Reuters/H.Hanschke

Aparat keaman tentu harus bertindak. Siapa yang menembak helikopter polisi dengan ringan atau apapun yang membahayakan, harus mendapat sanksi. Hukum harus ditegakkan. Jika ada yang berlebihan dari sikap polisi atau ada aksi kekerasan di luar kewajaran maupun provokasi, maka polisi bisa digugat ke meja hijau. Biarkan pengadilan yang melakukan klarifikasi. Memang demikian sebuah negara hukum harus berfungsi.

Dan jika asap pekat nanti telah hilang, lalu kecantikan kota Hamburg kembali jadi sorotan utama, maka para warga kelas atas dan kelas bawah kembali akan bertemu, di toko meubel Swedia atau di restoran cepat saji Amerika. Kehidupan akan terus berputar.