Tuan rumah Argentina sendiri masih berjuang dengan krisis keuangan dan aksi protes warganya. Sedangkan IMF dan WTO memperingatkan resiko perang dagang dan proteksionisme.
Iklan
Diplomat Argentina Pedro Villagra Delgado yang aktif mempersiapkan KTT G20 ingin agar pertemuan puncak itu bermanfaat bagi dunia. Dia sendiri bekerja keras selama berbulan-bulan mempersiapkan ajang bergengsi itu. KTT G20 dia harapkan akan membahas juga dampak teknologi digital pada dunia kerja, masalah pendidikan, pembangunan berkelanjutan dan ketahanan pangan.
Tetapi sebagai diplomat kawakan, Delgado paham bahwa pembicaraan di Buenos Aires akan didominasi kontroversi tentang kebijakan ekonomi AS di bawah Presiden Donald Trump. Dengan motto "America First", Trump menabuh genderang perang dagang dengan mitra-mitra dagang penting seperti Kanada, Uni Eropa dan Cina.
Direktur Dana Moneter Internasional Christine Lagarde memperingatkan, konflik perdagangan dan penerapan tarif impor yang lebih tinggi dan luas akan menjadi risiko besar bagi perdagangan global. Dia mengatakan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa "dalam skenario terburuk dan di bawah kebijakan saat ini, dampaknya dalam kisaran 0,5 persen dari PDB global."
Trump ingin kesepakatan baru
Sementara Kanselir Jerman Angela Merkel dan banyak pemimpin lainnya mempromosikan perdagangan global yang bebas dan adil, Trump tetap berpegang pada kebijakan unilateral dan perjanjian bilateral.
Target Presiden AS adalah mencapai kesepakatan baru dengan Cina. Dia mengirim peringatan keras kepada Beijing dalam pesan-pesannya di media sosial, namun pada saat yang sama mengumumkan rencana pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping di Buenos Aires "untuk mencapai kesepakatan".
"Semuanya kami lakukan dengan sangat baik berhadapan dengan Cina," kata Trump. "Cina ingin membuat kesepakatan buruk. Saya masih bisa menerapkan tarif impor senilai 250 miliar dolar, jika kita tidak berhasil mencapai kesepakatan - Percayalah, saya akan menerapkannya," tandas Trump.
World leaders gather for G20
02:05
Harus ada kerja sama
Tuan rumah Argentina berharap, para pemimpin pada hari terakhir KTT G20 bisa saling mendekati. Anggota G20 menguasai lebih 80 persen perdagangan dunia. Delgado mengatakan, harapannya adalah bahwa dalam komunike akhir "akan ada konsensus dan komitmen lagi untuk bekerja bersama, "demi yang terbaik bagi kita semua."
Para diplomat Uni Eropa menekankan, masih ada kemungkinan berunding dengan AS, misalnya tentang reformasi di Organisasi Perdagangan Dunia, WTO. Kritik-kritik delegasi AS terhadap organsiasi itu memang menunjukkan pentingnya pembaruan.
Pedro Villagra Delgado mengatakan, satu-satunya hal pasti setelah KTT G20 adalah bahwa semuanya akan berubah. Tidak ada hal yang statis dalam hubungan internasional, katanya.
Uang, Pengaruh dan Kuasa: Inilah Kelompok Negara yang Mendominasi Dunia
G20, G7 atau G77, daftar kelompok negara yang bergabung untuk memperjuangkan kepentingan bersama di tatanan global tergolong banyak. Kelompok apa yang mewakili Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya? Simak daftarnya.
Foto: Reuters/F. Bimmer
G20: Kekuatan Ekonomi Dunia
Meski bersifat informal, keputusan yang dibuat pada KTT G20 memiliki bobot politik yang besar. Pasalnya ke-20 negara anggota G20 mewakili hampir 90 persen perekonomian global dan memiliki pengaruh besar pada perdagangan dunia dan perubahan iklim. Dua dari tiga manusia di Bumi hidup dan bekerja di salah satu negara G20. Kelompok gabungan negara industri maju dan berkembang ini dibentuk oleh G7.
G7: Ekslusifitas Negara Industri Maju
Tujuh kepala negara dan pemerintahan negara industri maju memiliki instrumen politik lain buat melebarkan pengaruhnya di dunia, yakni G7. Hampir sepersepuluh warga Bumi hidup di negara anggota G7 yang mewakili sepertiga perekonomian dunia. Meski hanya beranggotakan tujuh negara, G7 bertanggungjawab atas seperempat emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
G8: Terkubur Oleh Konflik
Selama enambelas tahun, sampai 2014, negara-negara G7 dan Rusia bertemu secara rutin dalam KTT G8. Namun sejak aneksasi Krimea di Ukraina, Rusia diusir dari kelompok negara kaya tersebut. Keberadaan G8 turut diperhitungkan karena sering mengundang negara berkembang lain untuk berkonsultasi dalam masalah iklim atau perdagangan. G8+5 misalnya mencakup Brazil, Cina, India, Meksiko dan Afrika Selatan.
G10: Kreditur Ekonomi Dunia
Sebelas negara maju, Amerika Serikat, Italia, Jepang, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Swedia dan Swiss, membangun aliansi 10 negara di dalam tubuh Dana Moneter Internasional (IMF). Serupa dengan IMF, G10 memberikan dana pinjaman kepada negara berkembang, seperti kepada Indonesai selama krisis moneter 1998.
G15: Kerjasama di Selatan
Untuk menggandakan pengaruh pada panggung politik internasional, sebanyak 15 negara berkembang tahun 1989 membentuk kelompok G15 yang mewakili lebih dari dua miliar penduduk Bumi. G15 yang kini telah bertambah menjadi 17 negara terutama membidik isu perdagangan dan kerjasama pembangunan antara negara di belahan Bumi selatan.
G77: Kelompok Negara Miskin
Untuk mengimbangi pengaruh negara industri maju, sebanyak 77 negara berkembang memutuskan membentuk G77 dalam sebuah konfrensi perdagangan dunia (UNCTAD). Kini G77 beranggotakan 134 negara. Kendati berjumlah banyak, pengaruh G77 pada politik global terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh sejumlah negara G77 paling berpengaruh juga merupakan anggota kelompok G20. (Helle Jeppesen/rzn/hp)