Percepatan vaksinasi dan pemulihan ekonomi global adalah isu sentral dalam KTT G7. Pertemuan ini adalah kesempatan pertama Presiden AS Joe Biden untuk mempertajam profil kebijakan luar negerinya, terutama seputar Cina.
Iklan
Konferensi Tingkat Tinggi G7 pada Jumat (19/2) mendatang akan menjadi ajang pertama bagi Presiden baru AS, Joe Biden, untuk bertatap muka dengan pemimpin negara-negara industri maju lainnya. Meski program imunisasi massal dan stimulus ekonomi ditetapkan sebagai agenda utama, Biden tetap mengagendakan masalah Cina untuk ikut dibahas.
"Pertemuan virtual dengan para pemimpin perekonomian pasar bebas akan membuka kesempatan bagi Presiden Biden untuk membahas perang melawan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi global,” demikian menurut keterangan pers Gedung Putih.
Pertemuan tahun ini akan digelar secara virtual oleh Inggris yang mendapat giliran menjadi Presiden G7. Dalam kesempatan itu Perdana Menteri Borris Johnson sudah menetapkan percepatan vaksinasi dan paket stimulus ekonomi sebagai agenda utama pembahasan.
Namun kehadiran Biden ikut menyita perhatian publik. Sejauh ini dia belum membeberkan doktrin kebijakan luar negeri AS yang baru, terutama dalam menghadapi Cina.
Iklan
Dibayangi kebijakan Trump
Terpilihnya Biden sempat ditanggapi secara positif oleh Beijing. Reaksi itu dianggap lazim, setelah berakhirnya masa jabatan Presiden Donald Trump yang penuh konflik. Namun suksesi di Washington tidak mengurangi benih perpecahan di antara kedua negara.
"Presiden Biden juga ingin mendiskusikan pentingnya arus investasi untuk memperkuat daya saing kolektif negara-negara G7, dan pentingnya memperbaharui regulasi global untuk menghadapi tantangan ekonomi seperti pada kasus Cina,” tulis Gedung Putih lagi.
Sejak mulai menjabat 20 Januari silam, Biden sudah membatalkan lusinan kebijakan pendahulunya. Trump membawa AS keluar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Perjanjian Iklim Paris. Dia juga menarik dukungan AS dari Kemitraan Dagang Trans-Pasifik (TPP).
Akibatnya sebagian negara TPP, Jepang, Korsel, Australia dan ASEAN, beralih meratifikasi perjanjian dagang bentukan Cina. Ketika diresmikan, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) didaulat sebagai perjanjian perdaganfan yang terbesar di dunia.
"Presiden menggarisbawahi kekhawatirannya tentang praktik ekonomi koersif dan tidak adil oleh Beijing,” tulis Gedung Putih dalam siaran pers usai percakapan pertama antara kedua kepala negara.
"Saatnya belanja besar”
KTT G7 akan dihadiri Jepang, Kanada, Jerman, Italia, Prancis, serta dua lembaga tertinggi Uni Eropa, Dewan dan Komisi Eropa. Melalui pertemuan ini, PM Johnson, ingin memperkuat citra Inggris pasca Brexit dan berjanji akan mengkoordinasikan upaya internasional memerangi pandemi.
"Lompatan quantum di sains telah memberikan kita vaksin yang dibutuhkan untuk mengakhiri pandemi ini,” kata dia. "Sekarang pemerintahan negara-negara di dunia bertanggunjawab bekerjasama untuk menggunakan vaksin ini sebaik-baiknya.”
Keberhasilan vaksinasi, kata Johnson, akan mempercepat pemulihan ekonomi. Hal ini juga ditegaskan Presiden Biden. Dia mendesak semua negara industri maju agar mempertahankan "dukungan ekonomi bagi program pemulihan.”
Pertengahan Januari lalu dia mengajukan paket stimulus ekonomi senilai USD 1,9 triliun yang antara lain diarahkan untuk meminimalisir dampak pandemi pada kelas menengah dan bawah.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, juga mengimbau negara-negara G7 agar tak segan mengucurkan dana stimulus. "Saatnya untuk belanja besar,” kata dia. Menurutnya dukungan finansial yang kokoh akan menghasilkan pemulihan yang stabil dan berkelanjutan.
Yellen juga menilai G7 harus bekerjasama dengan institut keuangan global, seperti Dana Moneter Internasional atau Bank Dunia, untuk menanggulangi dampak pandemi pada negara miskin. Dia mengaitkan program pemulihan dengan upaya global memerangi perubahan iklim.
"Kami memahami peranan krusial yang harus dimainkan AS dalam upaya iklim global,” kata dia.
rzn/hp (rtr, ap)
Linimasa Penyebaran Virus Corona Secara Global
Setelah kasus virus corona dikonfirmasi Cina akhir Desember 2019, wabah menyebar jadi pandemi. Sejumlah negara sudah memberlakukan lockdown. Sekarang lebih1,2 juta terinfeksi Covid-19 dan hampir 70.000 meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa/SOPA Images/A. Marzo
Virus Corona Baru Diidentifikasi
Ilmuwan Cina pada 7 Januari mengumumkan, berhasil identifikasi virus corona jenis baru yang menyerang Wuhan dan memicu infeksi paru-paru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2. Berbeda virus corona pemicu SARS sebelumnya, virus baru menyerang saluran pernafasan bawah. Gejala penyakitnya: demam, batuk kering, kesulitan bernafas dan paru-paru berisi cairan.
Foto: Reuters/Str
Jutaan Warga Dikarantina
Cina mengkarantina Wuhan pada 23 Januari dalam upaya membatasi penyebaran virus corona. Pekerja berupaya untuk segera membangun rumah sakit baru untuk merawat pasien terinfeksi, yang jumlahnya lebih dari 830 orang dan jumlah kematian yang meningkat menjadi 26 orang pada 24 Januari. Para pejabat akhirnya memperluas lockdown ke 13 kota lain, yang memengaruhi setidaknya 36 juta orang.
Foto: AFP/STR
Jerman Batasi Kontak Sosial
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertama yang teridentifikasi. Pasiennya seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang kontak langsung dengan rekan kerja dari Cina selama pelatihan di tempat kerja. Tanggal 22 Maret Jerman umumkan lockdown parsial dan sosial distancing. Tanggal 6 April, John Hopkins konformasi lebih 100.000 kasus di Jerman dengan lebih 1.500 kematian.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Italia Berlakukan Lockdown
Kasus infeksi Covid-19 di Italia meningkat secara dramatis. Pada 3 Maret dikonfirmasi 77 kematian dan ribuan kasus infeksi corona. Pada 8 Maret, pemerintah Italia memerintahkan “lockdown“ seluruh kawasan Lombardy yang berpenghuni 16 juta orang. Italia pada 5 April masih memegang rekor jumlah infeksi dan kematian terbanyak di Eropa, dengan lebih 128.000 kasus dan lebih 15.000 kematian.
Foto: Reuters/R. Casilli
Ekonomi Terjun Bebas
Pasar saham Eropa dan AS anjlok pada 6 Maret, menjadi minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008. Efek pandemi pada bisnis global sangat signifikan. Banyak perusahaan melaporkan kerugian. Sektor industri pariwisata dan maskapai penerbangan terpukul. 10 Maret, Uni Eropa menjanjikan dana investasi sebesar € 7,5 miliar ($ 8,4 miliar) untuk mencoba menghentikan zona euro merosot ke situasi resesi.
Foto: picture-alliance/Jiji Press/M. Taguchi
WHO Deklarasikan Pandemi
Ketika kasus terinfeksi di seluruh dunia mencapai 127.000 orang dan 4.700 korban meninggal, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret menyatakan wabah global ini sebagai "pandemi". Presiden AS Trump mengumumkan pembatasan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari Zona Schengen di Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan bahwa 70% populasi di Jerman dapat terinfeksi virus corona.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Kehidupan Publik Berhenti di Eropa
Pada 14 Maret, Spanyol mengikuti langkah Italia melakukan lockdown secara nasional untuk 46 juta warganya, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona. Spanyol berada di peringkat kedua kasus di Eropa, dengan 131.000 terinfeksi dan lebih 12.000 meninggal. Di Prancis, kafe, restoran, dan toko-toko tutup pada 15 Maret.
Foto: picture-alliance/dpa/AAB. Akbulut
AS Terpukul Telak
Pada 27 Maret, Jumlah terinfeksi di AS melampaui Cina. Ini terjadi ketika Presiden Donald Trump mengklaim bahwa negara akan kembali pulih "dengan cukup cepat." AS mencatat lebih 337.000 kasus infeksi dan hampir 10.000 meninggal (6/4). New York terdampak yang paling parah, dengan 63.000 kasus Covid-19 dan lebih 3000 meninggal. Kapal rumah sakit dikerahkan untuk membantu tenaga medis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/J. Fischer
Lebih 1 Juta Orang Terinfeksi Covid-19
Universitas Johns Hopkins mengumumkan, Senin (6/4), lebih 1.2 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sekitar 70.000 orang meninggal akibat Covid-19. AS mencatat rekor infeksi dengan jumlah tiga kali lipat dari Cina, tempat virus itu muncul pada Desember 2019. Kemungkinan kondisi pandemi akan semakin buruk dengan jumlah yang terinfeksi dan meninggal terus naik. (fs/as)