KTT Katowice Sepakati Mekanisme Pengendalian Perubahan Iklim
17 Desember 2018
Setelah dua minggu perundingan alot, akhirnya KTT Iklim COP24 di Katowice menyepakati mekanisme pencatatan dan pengawasan kebijakan iklim global. Banyak pujian, namun juga banyak kritik atas hasil itu.
Iklan
Ketua panitia KTT Iklim COP24 Katowice, Michal Kurtyka, akhirnya mengetuk palu pada Sabtu larut malam (15/12). Itulah tandanya kesepakatan sudah tercapai dengan suara bulat.
"Tidak ada keberatan – jadi kami putuskan," kata Michal Kurtyka yang memimpin sidang, lalu mengetuk palu tiga kali.
Delegasi dari hampir 200 negara menyepakati dokumen Katowice, yang menetapkan prosedur dan mekanisme pengawasan kebijakan iklim, yang sebelumnya sudah disepakati di KTT Paris tahun 2015.
Antara lain diputuskan bahwa negara-negara secara kontinyu harus melaporkan langkah-langkah apa saja yang diambil untuk mereduksi emisi gas tumah kaca, sesuai dengan target Kesepakatan Paris.
Pujian dan kritik
Para politisi dan pejabat tinggi yang hadir di Katowice terlihat lega, setelah perundingan alot. Konferensi itu seharusnya sudah berakhir sehari sebelumnya, namun diperpanjang satu hari untuk mencapai kesepakatan bulat. Tapi kalangan organisasi lingkungan mengaku tidak puas dan menuntut target perlindungan iklim yang lebih ambisius. Mereka juga menuntut bantuan konkret untuk negara-negara miskin dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Deklarasi akhir Katowice menuntut negara-negara untuk meningkatkan upaya perlindungan iklim. Badan PBB sebelumnya mengumumkan, tahun 2015 sampai 2018 adalah empat tahun terpanas, sejak adanya catatan cuaca. Program Lingkungan PBB menuntut agar target perlindungan iklim ditetapkan pada pemanasan bumi sampai 1,5 derajat Celcius.
Namun banyak negara keberatan dengan target itu, terutama negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Kuwait dan Rusia. Para ilmuwan memperingatkan, tanpa kebijakan yang lebih ambisius, pemanasan global tidak akan mampu diredam di bawah 2 derajat Celcius.
Kekeringan Melanda Dunia
Kekeringan mengubah banyak wilayah dunia menjadi lahan kritis yang kering. Gelombang panas menelan korban jiwa, merusak tanaman dan meyebabkan krisis air. Efeknya dirasakan dari Amerika Selatan sampai ke lingkar kutub.
Foto: picture-alliance/Everett Collection
Tanah kering di Australia
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, negaranya sekarang menjadi "tanah kering". Terutama di negara bagian New South Wales, yang memproduksi seperempat hasil pertanian negara itu, dilanda kekeringan parah. Baru-baru ini Australia meloloskan undang-undang untuk mengucurkan bantuan senilai ratusan juta dolar kepada petani, termasuk dana untuk dukungan kesehatan mental.
Foto: Getty Images/B. Mitchell
Ethiopia: Berakhirnya kehidupan nomaden?
Ethiopia menderita kondisi kekeringan sejak 2015, yang menyebabkan kekurangan pangan di mana-mana. Pemerintah Ethiopia mengatakan, sekitar 8,5 juta warga membutuhkan bantuan pangan darurat pada tahun 2017 dan hampir 400.000 bayi menderita kekurangan gizi akut. Kekeringan mengancam berakhirnya penggembalaan nomaden tradisional di wilayah tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Meseret
India: Krisis air
India dilanda kekuarangan air antara lain karena meningkatnya populasi dan salah urus, namun juga diperparah oleh kekeringan. Banyak daerah di negara itu kehabisan air. Bangalore baru-baru ini ditambahkan ke daftar kota-kota global yang kemungkinan besar akan kehabisan air minum. Kota-kota lain dalam daftar termasuk Cape Town, Afrika Selatan; Jakarta, Indonesia dan Sao Paolo, Brasil.
Panas terik di Eropa diperparah dengan minimnya curah hujan. Tidak hanya warga yang merasakan akibatnya, melainkan juga tanaman. Petani di seluruh dunia khawatir panen akan gagal. Pusat Penelitian Gabungan Uni Eropa memperkirakan akan terjadi "peningkatan frekuensi dan intensitas kekeringan di masa depan."
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Yunani: Banjir dan kekeringan
Yunani telah menghadapi masalah ganda: banjir bandang di beberapa daerah dan kekeringan di daerah lain. Petani Kreta mengatakan mereka bisa kehilangan hingga 40 persen panen mereka tahun ini karena musim dingin yang sangat kering. Meskipun mereka menyiram, mereka mengatakan itu tidak cukup untuk menyuburkan tanaman.
Swedia, yang tidak melihat hujan selama lebih dari tiga bulan, mengalami kekeringan terburuknya sejak 1944. Situasi ini bisa menyebabkan kerugian panen yang parah yang bakal merugikan petani. Selain itu, Swedia mengalami kebakaran hutan besar-besaran. Suhu 30 derajat Celsius bahkan dialami di lingkar kutub.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/M. Fludra
Amerika Serikat: Hampir 20 persen wilayah dilanda kekeringan
Pemerintah AS mengatakan, 29 persen wilayah negara itu saat ini mengalami kekeringan, dengan kondisi yang mempengaruhi kehidupan sekitar 75 juta orang. Meskipun kebakaran hutan di California terutama menjadi sorotan dunia, kawasan pertanian, seperti Kansas, juga sangat menderita. Kansas adalah salah satu negara yang pernah dilumpuhkan oleh Dust Bowl tahun 1930-an. (Teks: Jon Shelton/hp/yf)
Foto: picture-alliance/Everett Collection
7 foto1 | 7
Prosedur dan pengawasan kebijakan iklim
KTT Iklim COP24 di Katowice menyepakati seperangkat aturan yang mengatur prosedur pencatatan target perlindungan iklim sesuai Kesepakatan Paris dan metode pengawasannya. Sampai pertengahan tahun depan, negara-negara industri dan negara berkembang harus melaporkan langkah-langkah yang mereka ambil untuk mereduksi emisi CO2.
Kebijakan setiap negara yang bergabung dalam Kesepakatan Paris akan dicatat dan dievalusi setiap tahun, termasuk Cina dan India, yang menempati ranking pertama dan ranking ketiga penyebab emisi terbesar dunia.
AS yang menempati peringkat kedua, tidak termasuk dalam mekanisme ini, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menarik diri dari Kesepakatan Paris. Brasil juga menyatakan keberatan dengan sistem pencatatan emisi CO2 yang berhubungan dengan perdagangan emisi. Keberatan Brasil akan dirundingkan dalam KTT Iklim berikutnya yang akan digelar di Chile.
Bencana dan Kerusakan Tahun 2017 Akibat Perubahan Iklim
Dunia berusaha meredam laju perubahan iklim. Tapi bencana dan kerusakan akibat perubahan iklim makin sering terjadi. Inilah beberapa peristiwa dramatis tahun 2017.
Foto: Reuters/E. De Castro
Gelombang panas
Tahun 2017 diwarnai dengan fenomena gelombang panas yang melanda seluruh dunia dan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akibatnya terjadi kekeringan, kebakaran hutan dan bahkan kematian. Australia memulai tahun 2017 dengan suhu mendekati 50 derajat Celcius. Di Eropa selatan, gelombang panas "Lucifer" menyebabkan suhu udara di atas 40 derajat Celcius pada bulan Juli dan Agustus.
Foto: Imago/Agencia EFE
Keindahan yang akan hilang
Awal 2017, para ilmuwan menyadari bahwa kerusakan terumbu karang di Great Barrier Reef Australia lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya. Di beberapa bagian situs Warisan Dunia UNESCO itu, sampai 70 persen karang sudah mati. Pada tahun 2050, diperkirakan 90 persen terumbu karang akan hilang. Penyebab utamanya: kenaikan suhu dan pengasaman air laut.
Foto: picture-alliance/dpa
Kombinasi mematikan
Konflik bersenjata mendorong jutaan orang meninggalkan rumah mereka atau tinggal dalam situasi sangat buruk - dan perubahan iklim membuatnya makin buruk. Kurangnya sumber daya alam meningkatkan risiko konflik. Keluarga dari Sudan selatan ini misalnya, melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Uganda dan Kenya - yang sudah menderita kekeringan.
Foto: Reuters/G.Tomasevic
Dimakan api
Dari Selandia Baru sampai ke Spanyol, dari California sampai ke Greenland: dunia mengalami kebakaran tanpa henti. Pemanasan global menyebabkan resiko kebakaran meningkat. Kebakaran hutan melanda wilayah-wilayah besar Semenanjung Iberia di Eropa, menyebabkan kematian dan kehancuran, sementara petugas pemadam kebakaran di California harus bekerja keras tanpa istirahat selama lebih enam bulan.
Foto: Reuters/G. Blevins
Badai terhebat
Badai Maria dan Irma, yang melanda wilayah Karibik pada bulan Agustus dan September, merupakan dua peristiwa cuaca paling merusak tahun ini. Badai mematikan juga mengamuk di Ophelia di Irlandia, Harvey dan Nate di Amerika Tengah dan Amerika Serikat, Xavier dan Sebastian di Jerman. Pemanasan permukaan laut menyebabkan penguapan lebih banyak dan memicu badai petir serta angin topan.
Foto: Getty Images/AFP/Str
Mencari udara bersih
Memburuknya kualitas udara setiap tahun menyebabkan ribuan kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Ibu kota India, New Delhi, adalah salah satu kota paling tercemar di dunia. Bulan November lalu, sebagian besar wilayah utara India dan Pakistan diliputi kabut asap tebal yang membawa partikel berbahaya. Sekolah terpaksa diliburkan. Rumah sakit penuh dengan pasien dengan masalah pernafasan.
Foto: Reuters/S. Khandelwal
Ancaman bagi mahluk laut
Tingginya kadar karbon dioksida di atmosfer merupakan ancaman utama bagi mahluk laut, yang sudah terancamkarena polusi plastik, penangkapan berlebihan dan pemanasan air laut. Ditambah pengasaman laut, kondisi lingkungan air tidak bersahabat lagi bagi makhluk laut. Dan tanpa hewan laut, seluruh ekosistem laut jadi terancam.
Foto: picture-alliance/Photoshot/B. Coleman
Bencana banjir dan tanah longsor
Angin topan sering memicu banjir bandang dan tanah longsor. Akhir Desember, lebih 230 orang tewas saat badai melanda pulau Mindanao di Filipina, sebuah tragedi yang diperburuk oleh penggundulan hutan. Pada tahun 2017, bencana banjir parah juga melanda negara-negara seperti Vietnam, Peru dan Sierra Leone. Negara-negara Eropa, termasuk Yunani dan Jerman, juga mengalami hujan deras dan banjir.