1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sikap ASEAN Terpecah soal Perang Rusia di Ukraina

15 Desember 2022

Sementara Uni Eropa telah mendorong perlawanan bersama melawan Rusia, negara-negara Asia Tenggara telah terbagi dan berbeda sikap dalam tanggapan mereka terhadap perang di Ukraina.

KTT ASEAN dan Uni Eropa di Belgia
Untuk pertama kalinya ASEAN dan Uni Eropa menggelar KTT untuk membahas isu strategis di bidang ekonomiFoto: Geert Vanden Wijngaert/AP/picture alliance

Unii Eropa dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bertemu pada Rabu (14/12) untuk membahas kerja sama ekonomi yang lebih mendalam, tetapi ajang itu tidak membuahkan kesepakatan bersama untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina.

Pernyataan bersama UE-ASEAN tentang invasi hanya mengatakan "sebagian besar anggota" mengutuk keras perang di Ukraina sambil menegaskan "kebutuhan untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas wilayah Ukraina."

KTT satu hari di Brussel, Belgia terjadi pada saat konflik di Ukraina berdampak besar pada ekonomi global. Gangguan pasokan energi Rusia setelah invasi Ukraina sejak Februari lalu berdampak buruk pada ekonomi dan inflasi, menaikkan harga untuk segala hal mulai dari bahan pangan hingga energi.

Tanggapan terbagi atas perang Ukraina

Sementara UE telah mendorong front bersama melawan Rusia, negara-negara ASEAN telah terbagi dalam tanggapan yang berbeda terhadap perang di Ukraina.

Vietnam dan Laos, yang memiliki hubungan militer yang kuat dengan Moskow, tetap tidak memihak, sementara Singapura mematuhi sanksi Barat terhadap Rusia.

Dalam pemungutan suara Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan Oktober yang mengecam upaya aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina, baik Vietnam maupun Laos abstain bersama dengan Thailand.

Pimpinan sembilan dari 10 negara ASEAN dan pemimpin 27 negara Uni Eropa bergabung dalam KTT tersebut, yang juga memperingati 45 tahun hubungan diplomatik. Karena pengecualian junta militer, Myanmar tidak terwakili di KTT tersebut.

Meningkatkan investasi di Asia Tenggara

KTT UE-ASEAN ini membuahkan komitmen UE untuk mengelontorkan investasi miliaran dolar di Asia Tenggara.

"Kita harus memastikan bahwa kita memiliki posisi yang kuat dalam hubungan kita dengan ASEAN," kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. "Kami berbicara tentang rantai pasokan di seluruh dunia. Kami berbicara tentang potensi pertumbuhan."

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan komitmen 10 miliar euro hingga 2027 untuk investasi infrastruktur di negara-negara ASEAN. Ditandai di bawah program "Global Gateway" UE, ini terutama akan berfokus pada proyek dan konektivitas hijau.

Perdagangan, transformasi hijau dan digital, dan kesehatan termasuk di antara bidang kolaborasi yang dibahas karena kedua belah pihak bertujuan untuk memperkuat ikatan ekonomi melalui lebih banyak perdagangan.

[No title]

02:00

This browser does not support the video element.

"Di dunia global yang kita tinggali saat ini, sangat penting bagi kita untuk terhubung dengan negara-negara yang berpikiran sama," kata Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas.

Pada saat yang sama, KKT ini juga membuahkan perjanjian perdagangan antara UE dan ASEAN yang disesuaikan dengan masing-masing negara ASEAN. Perjanjian ini menggantikan upaya UE lebih dari 10 tahun yang lalu untuk perjanjian perdagangan bebas dengan blok tersebut secara keseluruhan.

Laut Cina Selatan, situasi Myanmar dibahas

Ketegangan dengan Cina atas jalur laut penting untuk perdagangan internasional adalah topik lain yang dibahas oleh kedua belah pihak.

Filipina, anggota ASEAN, dan Cina telah berselisih mengenai klaim atas Laut Cina Selatan yang disengketakan. Namun, Cina terus menjadi mitra dagang terbesar ASEAN, dan banyak negara di kawasan itu khawatir memutuskan hubungan dengan tetangga kuat mereka.

Pembebasan tahanan politik dan penghentian kekerasan di Myanmar juga dituntut dalam pernyataan bersama. Selain itu, KTT ini juga menghasilkan pernyataan bersama yang mengungkapkan "kekhawatiran mendalam" tentang ketidakstabilan di semenanjung Korea.

rs/ha (dpa, AP, Reuters, AFP)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait