Dalam pertemuan puncak para pemimpin Eropa di Brussels, Kamis (26/06), selama 16 jam dihabiskan untuk menavigasi isu paling mendesak: Sanksi terhadap Rusia, perang Gaza, dan konflik dagang dengan Amerika Serikat.
KTT Uni Eropa dengan kepala pemerintahan dari delapan negara - Kanselir Jerman Friedrich Merz, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, Perdana Menteri Finlandia Petteri Orpo, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, Presiden Lithuania Gitanas Nauseda, Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, Perdana Menteri Estonia Kristen Michal bertemu di Brussels,Foto: Christian Hartmann/REUTERS
Iklan
Di tengah langit mendung Brussels yang diselimuti ketegangan global, di ruang tertutup, para pemimpin Uni Eropa menyuarakan satu tekad: Memperkuat dukungan bagi Ukraina menghadapi gempuran Rusia.
Dalam pertemuan puncak yang dipenuhi nada waspada, para pemimpin Uni Eropa, menyerukan pengiriman sistem pertahanan udara, antidrone, dan amunisi kaliber besar. Semua demi membantu Ukraina mempertahankan tanah air dan rakyatnya dari gempuran Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, hadir dalam pertemuan secara virtual. Bayangannya di layar menjadi simbol bahwa perang tak menghapus semangat perlawanan.
Namun, di balik kata-kata solidaritas, kenyataan politik tetaplah rumit. Dilansir dari Associated Press, upaya menerapkan sanksi tambahan terhadap Rusia—terutama menargetkan "armada bayangan” kapal tanker minyak yang masih memberi pemasukan pada Kremlin—berjalan lambat. Satu negara, seperti biasa, memilih tak seiring jalan: Hungaria. Perdana Menteri Viktor Orbán dengan tegas menolak, dan tanpa tedeng aling-aling menyatakan, "NATO tak punya urusan di Ukraina.”
Shahed-136: Drone Kamikaze Penyebar Teror di Ukraina
Uni Eropa akan jatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Bukan gara-gara program nuklir atau kematian Mahsa Amini, melainkan karena pesawat nirawak yang digunakan Rusia di Ukraina.
Foto: Efrem Lukatsky/AP/picture alliance
Polisi berupaya lumpuhkan drone di langit Ukraina
Dua polisi Ukraina menembakkan senjata mereka ke udara untuk berupaya melumpuhkan drone Rusia yang terlihat beterbangan di kejauhan. Ukraina menuduh Iran telah memasok pesawat nirawak tersebut ke Rusia, yang kemudian digunakan untuk menjatuhkan bom di berbagai kota di Ukraina. Foto diambil pada 17 Oktober 2022.
Foto: Vadim Sarakhan/REUTERS
Tembak jatuh 220 drone dalam sebulan?
Ukraina mengklaim, pasukan keamanannya telah menembak jatuh lebih dari 220 drone hanya dalam waktu sebulan. Rusia, membantah telah mendatangkan drone dari Iran. Tuduhan yang sama juga telah dibantah Iran. Dalam gambar: Drone Rusia di wilayah udara Kyiv, Ukraina.
Foto: Roman Petushkov/REUTERS
Serangan teror di Kyiv
Pesawat tak berawak Rusia hari Senin (17/10), membombardir daerah pemukiman di ibu kota Ukraina, Kyiv. Lima orang tewas dalam serangan itu. Sejumlah petugas penyelamat berusaha mengeluarkan orang-orang yang terperangkap di reruntuhan gedung yang hancur akibat serangan itu.
Foto: Oleksii Chumachenko/ZUMA/IMAGO
Drone Kamikaze Shahed-136
Pihak berwenang Ukraina menyebutkan drone yang digunakan oleh Rusia sebagai Drone Kamikaze alias drone bunuh diri. Terlihat bagian dari area perumahan di Kyiv yang hancur oleh serangan pesawat nirawak tersebut. Suara drone yang mengaung di langit Ukraina, kini sontak memicu kepanikan warga.
Foto: NurPhoto/IMAGO
Apa itu Kamikaze?
Selama Perang Dunia II, Angkatan Udara Jepang melakukan serangan bunuh diri bertubi-tubi terhadap armada Sekutu. Dalam bahasa Jepang, Kamikaze berarti Dewa Angin, terinspirasi dari topan yang menghempaskan pasukan Kublai Khan saat menginvasi Jepang di abad ke-11. Saat PD II, sekitar 3.800 penerbang Jepang dan setidaknya 7.000 personel Angkatan Laut Sekutu tewas dalam serangan semacam ini.
Foto: Vadym Sarakhan/AP/picture alliance
Amerika Serikat marah besar
Gedung Putih berang dan mengatakan, Amerika Serikat akan segera mendakwa Rusia melakukan kejahatan perang, menyusul serangan pesawat nirawak di beberapa kota di Ukraina, termasuk Kyiv. Belum ada tanggapan dari Rusia terhadap gertakan AS ini.
Foto: SERGEY SHESTAK/EPA-EFE
Protes terhadap Iran
Warga Ukraina menggelar protes di depan Kedutaan Besar Iran setelah serangan pada Senin, 17 Oktober 2022. Demonstran meminta negara itu segera mengakhiri pemasokan drone ke Rusia. Setelah serangan itu, banyak warga Ukraina yang mengungsi ke negara tetangga seperti Polandia.
Foto: SERGEY DOLZHENKO/EPA-EFE
Sanksi terbaru untuk Iran
Hari Rabu (19/10), Uni Eropa memutuskan menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran karena diduga memasok drone ke Rusia. Dewan Keamanan PBB juga menggelar pertemuan tentang masalah ini. Dalam pertemuan tertutup itu, AS, Prancis, dan Inggris meminta Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi yang mengutuk Rusia atas serangan pesawat nirawak di Kyiv. ae/as (AFP, Reuters, AP)
Foto: Efrem Lukatsky/AP/picture alliance
8 foto1 | 8
Alhasil, tak ada sanksi baru terhadap Rusia yang bisa disahkan. Meski begitu, negara-negara lain tetap memuji kemajuan reformasi Ukraina dalam proses menuju keanggotaan Uni Eropa. Namun bagi Kyiv, pujian tanpa aksi tetaplah kenyataan pahit. Demikian dikutip dari dpa.
Sementara itu, garis depan yang membentang lebih dari 1.000 kilometer terus menjadi medan berdarah. Rusia memperoleh keuntungan geografis, tetapi harus membayarnya dengan harga mahal: Banyak korban jiwa berguguran dan kerugian dari segi peralatan.
Di lain pihak, Ukraina, meski kalah jumlah dalam hal pasukan militer atau persenjataan dibanding Rusia, meski kalah dalam segi jumlah, masih melawan—berkat strategi dan armada drone yang nyaris menjadi legenda perang modern. Demikian dikutip dari Associated Press.
Tim penyelamat membawa seorang perempuan yang terluka di lokasi bangunan yang rusak akibat serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di wilayah Dnipropetrovsk, Ukraina, 24 Juni 2025.Foto: Press service of the State Emergency Service of Ukraine in Dnipropetrovsk region/REUTERS
Di luar medan tempur: Perang tarif dan perdagangan menghantui
Tak hanya perang bersenjata yang jadi perhatian. Di balik pintu-pintu kaca gedung Dewan Eropa, ada isu lain yang tak kalah panas: Perang dagang.
Dikutip dari dpa, bayangan Donald Trump kembali menghantui pertemuan. Dengan tenggat 9 Juli mendekat, Uni Eropa dikejar waktu menyelesaikan sengketa dagang dengan Amerika Serikat. Presiden AS mengancam akan memberlakukan tarif tambahan besar—hingga 50% untuk mobil, baja, aluminium.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melaporkan bahwa negosiasi dengan Amerika Serikat, khususnya dengan Presiden AS Donald Trump, berada di ambang waktu. Ancaman tarif 50% terhadap mobil dan baja dari Eropa menghantui industri dan pertumbuhan ekonomi.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Kami siap untuk membuat kesepakatan,” ujarnya di konferensi pers. "Tapi kami juga siap untuk skenario terburuk. Semua opsi masih di atas meja.” Eropa pun telah menyiapkan daftar produk AS yang akan dikenai tarif balasan jika jalan damai gagal ditempuh.
Dilansir dari Associated Press, Presiden Prancis Emmanuel Macron menambahkan nada keras: "Kami tak akan membuat kesepakatan dengan harga yang terlalu mahal. Jika mereka mengenakan tarif, kami akan membalas.”
Namun Kanselir Jerman, Friedrich Merz, sadar dampaknya bagi industri Jerman, dan berkata tegas: "Lebih baik cepat dan sederhana, daripada lambat dan rumit.” Ia tak ingin sektor otomotif, farmasi, dan teknik Jerman menjadi korban tarik-ulur politik internasional. Demikian dikutip dari dpa.
Iklan
Di Gaza, luka dunia menganga
Di akhir hari yang sarat diplomasi, para pemimpin Eropa juga menoleh ke selatan, ke Gaza. Pernyataan bersama KTT mencerminkan kekhawatiran mendalam: Jumlah korban sipil yang tak terperi, kelaparan meluas, sementara blokade mencengkram rakyat Palestina.
Uni Eropa menyerukan agar Israel membuka sepenuhnya blokade bantuan. Namun, perpecahan dalam tubuh UE sendiri membuat langkah konkret sulit dilakukan.
Beberapa negara masih kokoh mendukung Israel. Sementara itu, suara-suara kritis di Parlemen Eropa memperingatkan: "Eropa kehilangan kredibilitas jika terus bungkam terhadap penderitaan ini."
Warga dan kerabat warga Palestina yang meninggal akibat serangan tentara Israel saat menunggu bantuan AS di Rafah menghadiri upacara pemakaman setelah jenazah dibawa dari Rumah Sakit Nasser untuk dimakamkan di Khan Yunis, Gaza pada 25 Juni 2025Foto: Abed Rahim Khatib/Anadolu/picture alliance
Dilansir dari dpa, meski penuh energi, pertemuan tingkat tinggi itu gagal mencapai kesepakatan konkret dalam banyak hal. Isu kerja sama dengan Israel terhenti di tengah jalan. Hanya ada satu kalimat di akhir pernyataan: Para pemimpin "mengakui” laporan internal yang menyatakan bahwa tindakan Israel di Gaza melanggar prinsip kerja sama Uni Eropa.
Cahaya di tengah kebuntuan: Bulgaria menyambut Euro
Meski banyak ketegangan, satu titik terang muncul bagi Bulgaria yang diizinkan menggunakan mata uang euro mulai 1 Januari 2026. Negara Balkan itu akan menjadi anggota ke-21 zona euro. Langkah ini membawa harapan baru bagi salah satu negara termiskin di Eropa.
Editor: Rizki Nugraha
Hantu Perang Dingin - Warisan Muram Peradaban Manusia
Perang dingin sudah berakhir beberapa dekade silam. Tapi potongan sejarah muram itu tidak lantas menghilang. Yang tersisa adalah peralatan perang yang berkarat, membusuk dan usang dimakan waktu
Foto: Martin Roemers
Mengambang dan Tenggelam
Reruntuhan bunker perang dingin di Lithuania ini sekilas seperti mengambang di awan. Tidak lama lagi bangunan uzur itu akan tenggelam di tengah Laut Utara. Kendati tidak menjelma menjadi perang terbuka, konflik yang berlangsung sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga runtuhnya tembok Berlin itu memicu kengerian akan serangan nuklir di Eropa dan Amerika Serikat.
Foto: Martin Roemers
Demam Nuklir
Uni Sovyet dan NATO saling melontarkan dan menjawab ancaman satu sama lain dengan membangun puluhan bunker, stasiun peluncuran roket dan fasilitas penyadapan. Saat itu Eropa, Rusia dan Amerika Serikat diliput demam nuklir dan berlomba-lomba memproduksi senjata pemusnah massal. Dalam foto ini tampak bunker milik militer Jerman barat di Lorch.
Foto: Martin Roemers
Selongsong Peluru Uni Sovyet
Fotografer Jerman Martin Roemers menghabiskan waktu 11 tahun untuk mendokumentasikan "relik perang dingin." Salah satunya adalah pusat latihan tempur milik militer Uni Sovyet yang dipenuhi sisa-sisa selongsong peluru.
Foto: Martin Roemers
"Perang Dingin Jilid Dua"?
Baru-baru ini Perdana Menteri Rusia Dimitri Medvedev mewanti-wanti terhadap "perang dingin" jilid dua antara Nato dan Rusia. Kendati terkesan jauh panggang dari api, ancaman Medvedev itu tidak bisa dipandang sebelah mata. Foto-foto Roemers menampilkan dampak fatal perang dingin terhadap manusia dan alam.
Foto: Martin Roemers
Ambisi Militer Lintas Generasi
Pusat latihan tempur Altengrabow di Jerman timur ini menjadi saksi ambisi militer lintas generasi. Pernah digunakan oleh tentara kekaisaran Jerman, Altengrabow kemudian dipakai oleh serdadu NAZI dan kemudian Uni Sovyet. Kini kawasan yang terletak sekitar 100km dari ibukota Berlin itu menjadi pusat latihan tempur militer Jerman, Bundeswehr.
Foto: Martin Roemers
Berlindung di Bawah Tanah
Ancaman serangan nuklir memaksa negara-negara Eropa berlomba-lomba membangun tempat berlindung di bawah tanah. Bunker tidak cuma digunakan untuk warga sipil, melainkan terutama buat pejabat pemerintah dan militer. Pada gambar ini tampak jalan keluar sebuah bunker anti nuklir di Inggris.