1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

KTT Uni Eropa Temui Jalan Buntu

20 Juli 2020

Hingga Senin (20/07), KTT Uni Eropa belum capai kata sepakat tentang paket stimulus COVID-19 untuk hidupkan kembali perekonomian Eropa. Presiden Dewan Eropa serukan semua negara anggota bersatu wujudkan “misi mustahil”.

Sejumlah pemimpin Eropa tengah berdiskusi di sela-sela KTT Uni Eropa
Foto: imago images/Xinhua

Hingga Senin (20/07) dini hari waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa masih menemui jalan buntu setelah tiga hari berturut-turut melakukan negosiasi alot terkait kesepakatan dana stimulus 1,85 triliun Euro atau setara 29.600 triliun Rupiah untuk menghidupkan kembali perekonomian di tengah pandemi COVID-19.

KTT ini awalnya dijadwalkan berlangsung dua hari mulai Jumat (17/07), namun adanya perbedaan pendapat yang sangat lebar di antara negara-negara anggota membuat KTT ini diperpanjang hingga Minggu (19/07).

Presiden Dewan Eropa Charles Michael, meminta para pemimpin Uni Eropa bersatu melawan pandemi yang telah menewaskan lebih dari 600 ribu orang untuk mewujudkan “misi mustahil” ini.

"Harapan saya adalah kita mencapai kesepakatan dan itu menjadi berita utama...besok adalah bahwa Uni Eropa telah menyelesaikan misi mustahil," ujar Michael, Minggu (19/07) di Brussels. "Itu harapan tulus saya...setelah tiga hari bernegosiasi tanpa henti."

Pada kesempatan yang sama, Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan bahwa adanya kemungkinan para pemimpin Uni Eropa tidak dapat mencapai kesepakatan tentang paket stimulus ekonomi yang belum pernah dikeluarkan sebelumnya dan anggaran jangka panjang untuk ekonomi Uni Eropa yang hancur imbas pandemi COVID-19.

"Saya masih belum bisa mengatakan apakah kami akan menemukan solusi," kata Merkel. "Ada banyak kemauan, tetapi ada banyak posisi yang berbeda,” lanjutnya.

Ucapan Merkel menjadi kenyataan, di mana 27 negara anggota masih menemui jalan buntu terkait detil apa yang harus dilampirkan pada paket stimulus tersebut.

Walkout Prancis-Jerman

Tidak ada kesepakatan di antara para pemimpin tentang berapa banyak bantuan yang diberikan dalam bentuk hibah dan berapa banyak yang ditawarkan sebagai pinjaman, seorang diplomat yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters, Minggu (19/07) malam.

Diplomat itu mengatakan € 350 miliar (Rp 5.600 triliun) adalah jumlah maksimum yang dapat diterima untuk negara-negara utara Eropa, dibandingkan dengan € 400 miliar (Rp 6.400 triliun) yang diajukan negara-negara selatan Eropa, termasuk Jerman dan Prancis.

Kelompok Frugal Four (Si Empat Penghemat), Belanda, Austria, Denmark, dan Swedia yang dipimpin Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, beserta Finlandia bersikeras agar paket stimulus tersebut ditetapkan bukan sebagai dana hibah melainkan hutang. Kelompok ini menuntut agar paket stimulus harus disertai dengan persyaratan yang ketat untuk memastikan negara-negara yang memiliki hutang yang besar melakukan reformasi di pasar tenaga kerja.

Namun, negara-negara seperti Prancis, Italia, dan Spanyol, bahkan Hungaria menolak gagasan tersebut. Maklum, negara-negara itu terdampak parah oleh pandemi Covid-19. Mereka tentu ingin dana pemulihan tersebut ditetapkan sebagai hibah.

Ketegangan pun sempat terjadi pada Sabtu (18/07) ketika Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan aksi walkout karena adanya perbedaan pendapat tersebut. Bahkan pada Minggu, Macron kembali dilaporkan kembali melancarkan aksi walkout. Aliansi Prancis-Jerman dinilai memiliki peran vital dalam terwujudnya kesepakatan antara 27 negara anggota Uni Eropa tersebut.

Jangan terburu-buru

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan akan lebih baik bagi para pemimpin untuk menyetujui paket stimulus "ambisius" daripada mewujudkan kesepakatan cepat dengan biaya berapa pun.

"Idealnya, perjanjian para pemimpin harus ambisius dalam dari segi ukuran dan komposisi paket...bahkan jika itu membutuhkan sedikit lebih banyak waktu," ujar Lagarde dilansir Reuters, Senin (20/07).

Komentar Lagarde menunjukkan bahwa dia tidak khawatir akan kemungkinan reaksi negatif pasar jika KTT menemui jalan buntu, terutama karena ECB memiliki nilai tambah € 1 triliun (Rp 16 ribu triliun) untuk membeli hutang pemerintah.

rap/ha (AFP, AP, Reuters)