Karena ancaman sekelompok peretas, Sony Pictures urung merilis film komedi "The Interview" yang mengisahkan rencana pembunuhan diktatur Korea Utara Kim Jong Un. Inilah contoh kebebasan yang tunduk pada kriminalitas cyber
Iklan
Seandainya Sony memiliki pasukan peretas yang dini mengendus celah keamanan dan meredam ancaman, maka fatwa haram Pyongyang terhadap film komedi The Interview mungkin tidak akan memancing huru hara di Hollywood.
Perusahaan Jepang itu sebenarnya sudah sering menjadi sasaran serangan Cyber. Beberapa waktu lalu peretas berhasil mencuri data kartu kredit milik pegawai Sony. Sebagian besar data itu lantas beredar di internet. Namun Sony tidak banyak belajar dari kejadian tersebut, kata Stephan Urban, bekas peretas yang kini aktif memerangi kejahatan cyber.
"Kasus semacam itu bukan kecelakaan, tapi keteledoran."
Pencurian data terakhir tidak cuma membocorkan Email, dokumen rahasia, naskah film yang belum dirilis atau kartu kredit saja, melainkan juga memaksa Sony menghentikan peredaran The Interview di Amerika Serikat.
The Interview berkisah tentang dua wartawan yang direkrut dinas rahasia CIA buat membunuh diktatur Korea Utara, Kim Jong Un. Korea Utara bereaksi keras dan menyatakan protes atas pemutaran film itu. Kelompok peretas yang menamakan diri "Guardians of Peace" mengancam akan memublikasikan data-data curian jika film itu tetap dirilis di layar lebar.
Menurut studi Komisi Eropa 2010 silam, kira-kira seperlima perusahaan di dunia pernah menjadi korban serangan peretas. Kebanyakan mengincar ketenaran atau uang. Tiga tahun silam, kelompok hacker "Anonymus" membuat geger dengan meretas situs internet milik sebuah perusahaan konsultan AS dan mencuri data-data kartu kredit.
Belakangan juga muncul serangan Cyber bermotif politik atau agama. Dua tahun lalu situs millik beberapa bank papan atas AS menghilang dari internet. Kelompok "Cyber fighters of Izz ad-Din al-Qassam" mengaku mendalangi aksi tersebut dan menuntut penarikan film Muhammad dari internet.
Kelompok "Guardians of Peace" kini berhasil menyulut ketakutan atas terorisme. Pemerintah AS khawatir, kejahatan cyber yang digalang kelompok tersebut akan memprovokasi serangan teror.
Sebagian yakin, film "the Interview" tetap akan bisa ditonton publik umum. "Serangan peretas semacam itu berdampak pada konsumen, bukan perusahaan," ujar Stephan Urban. Menurutznya Sony tetap akan mendulang duit dari sektor lain. "Tapi suatu saat film itu akan mendarat di internet. Tidak ada yang bisa mencegahnya," katanya.
Lima Serangan Hacker di Tahun 2014
Sebelum "keberhasilan" hacker membatalkan peluncuran film The Interview, beberapa serangan siber penting lainnya telah terjadi di tahun ini. Berikut lima kasus yang cukup banyak mendapat sorotan.
Foto: Fotolia/slunicko1977
Sony Pictures: Terungkapnya Rahasia Hollywood
Setelah beberapa kali diancam kelompok hacker yang menamakan diri Guardian of Peace, Sony Pictures memutuskan untuk tidak memutar filmnya "The Interview". Sebelumnya, perusahaan ini diserang dengan cara: sistem IT dimatikan, akun Twitter dibajak, dan informasi rahasia perusahaan dibocorkan – semua mulai dari email pribadi para direktur, gaji dan data performa pegawai.
Foto: M. Thurston/AFP/Getty Images
Apple: Peretasan Foto Bugil Artis
Bulan September puluhan foto artis-artis terkenal tanpa busana bermunculan di jejaring sosial. Pada awalnya diduga hacker berhasil meretas iCloud. Tapi Apple mengatakan, teknisi yang ditugaskan untuk menyelidiki skandal peretasan foto telanjang menemukan, bahwa hacker meretas akun-akun individu yang terkait dan tidak dengan mengakses dua layanan perusahaan - iCloud dan Find My iPhone.
Foto: picture-alliance/dpa
Ebay: Situs E-Commerce Jadi Korban Serangan Besar-besaran
Bulai Mei 2014, eBay Inc yang bermarkas di Kalifornia mengatakan bahwa informasi identitas pengguna dicuri dalam sebuah serangan peretas yang terjadi antara akhir Februari dan awal Maret, dan menganjurkan pengguna untuk mengubah password atau kata sandi mereka. Sebelumnya, kelompok peretas Pasukan Elektronik Suriah mengubah tampilan situs milik PayPal dan eBay cabang Inggris.
Foto: Reuters
Twitter: Tidak Terhitung Jumlah Akun Yang Diretas
Akun twitter resmi Yahoo diretas bulan Agustus. Tweet palsu tentang virus Ebola diposting oleh hacker melalui feed Twitter Yahoo News. Yahoo kemudian berhasil mengambil alih kendali dan menghapus tweet tersebut. Akun penyanyi Justin Bieber juga diretas bulan Maret tahun ini dan berhasil memposting tweet spam selama 15 menit sebelum pihak Twitter langsung yang mengintervensinya.
Foto: picture-alliance/dpa/S.Stache
Heartbleed: Bug Penolong Hacker
Bug Heartbleed ditemukan pada piranti lunak Open SSL yang menyebabkan hacker bisa mencuri data dari komunikasi lewat internet, mengganti data di situs dan meretas data yang dilindungi kode. "Berkat" bug ini, kantor pajak Kanada diretas dan dalam kurun waktu enam jam 900 nomor asuransi sosial, berupa kode sembilan digit yang diperlukan orang untuk mendapat tunjangan pemerintah berhasil dicuri.