Kubu Islam Konservatif Memimpin di Pilkada Jakarta
19 April 2017
Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memimpin prediksi perolehan suara cukup jauh di depan. Anies-Sandi meraup sekitar 56-57 persen suara, Ahok Djarot hanya 42-43 persen.
Iklan
Mantan Menteri Pendidikan di Kabinet Jokowi, Anies Baswedan, memimpin untuk sementara perolehan suara di Pilkada Jakarta. Berbagai lembaga riset memperkirakan duet Anies Baswedan dan Sandiaga Uno bakal memenangkan sekitar 54 persen suara, sedangkan duet petahana Basuki-Djarot mengumpulkan sekitar 45 persen suara.
Dalam pilkada putaran pertama, Ahok-Djarot masih mampu mengungguli Anies-Sandi, walaupun terpaut tidak jauh. Komisi pemilihan umum baru akan akan mengumumkan hasil resmi pada awal Mei.
Jajak pendapat sebelum pemungutan suara memang sudah menunjukkan persaingan ketat. Namun hasil Pilkada Jakarta tampaknya cukup mutlak memenangkan Anies-Sandi.
Di luar negeri, Pilkada DKI dilihat sebagai ujian bagi ketahanan demokrasi Indonesia yang masih muda, dan keberlangsungan toleransi beragama di Indonesia.
Kampanye Pilkada yang digalang Anies-Sandi menampilkan aksi massa yang dipimpin oleh gerakan Islam garis keras, yang intinya menyatakan bahwa umat Islam dilarang memilih pemimpin non-Islam.
Inilah Suasana Pilkada DKI Jakarta
00:35
Setelah memberi suara di TPS Gambir, Jakarta Pusat, Presiden Joko Widodo mengimbau agar warga mengedepankan persatuan dan tidak sampai terpecah belah.
"Perbedaan pilihan politik jangan sampai memecah-belah persatuan kita karena kita ingat kita semua adalah bersaudara," kata Jokowi.
"Apapun hasilnya, siapapun yang terpilih harus kita terima dengan lapang dada," tambahnya.
Polisi dan tentara mengerahkan lebih 60 ribu personel untuk mengamankan Pilkada DKI. Polisi di provinsi tetangga dan di kota-kota sekitar Jakarta juga melakukan pemeriksaan mobil pribadi dan bus umum yang menuju Jakarta.
Juru bicara Polda Metro Jaya Argo Yuwono mengatakan, "tidak ada gerakan massa menuju ibukota".
Kalangan ekonomi di Jakarta mengikuti Pilkada di Jakarta dengan penuh perhatian, namun para investor yakin hasilnya tidak akan berpengaruh besar pada program-program ekonomi pemerintah pusat.
Kelompok Citigroup dalam sebuah surat edaran menyebutkan: "Selama tidak ada masalah keamanan, hasil pemilu tidak punya pengaruh signifikan pada program reformasi pemerintahan nasional."
Metamorfosis Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung adalah nadi kehidupan sejak era Tarumanegara hingga Jakarta. Setelah dijadikan lubang sampah ibukota, sungai bersejarah itu mulai berubah. Kini Ciliwung menjadi ladang perseteruan demi identitas kota
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Nadi Peradaban
Tanpa Ciliwung Jakarta mungkin tidak pernah ada. Sungai sepanjang 120 kilometer itu ikut melahirkan peradaban awal berupa Kerajaan Tarumanegara. Kesultanan Banten, pemerintahan kolonial Portugal dan Belanda menggunakan Ciliwung sebagai jalur transportasi utama dan sumber air minum. Namun sejarah panjang sungai tersebut kini nyaris dilupakan.
Foto: public domain
Pelarian Kaum Terbuang
Sejak 40 tahun terakhir wajah bantaran Ciliwung dipenuhi pemukiman kumuh buat kaum terpinggirkan. Ketiadaan ruang hidup yang terjangkau memaksa mereka menempati lahan milik negara tersebut. Buruknya perencanaan tata kota dan infrastruktur untuk mendukung pemukiman penduduk membuat Ciliwung menjadi daerah kotor dan berpolusi.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Polusi demi Uang
Namun begitu penduduk bukan satu-satunya sumber polusi Ciliwung. Studi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama empat tahun yang dipublikasikan 2014 silam menyebut 17 perusahaan rajin membuang limbahnya di sungai tersebut. Pada 2011 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Jakarta telah memperingatkan, air resapan tanah di Ciliwung telah terkontaminasi bakteri E Coli lebih dari 90 persen.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Proyek Masa Depan
Bahkan sejak 1995 perusahaan air minum Jakarta, PT Palyja dan PT Aetra, tidak lagi mengambil air dari Ciliwung, melainkan Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Seharusnya harga air buat sekitar 5 juta konsumen di Jakarta bisa berkurang drastis jika kejernihan air Ciliwung bisa dikembalikan. Dengan kebutuhan air yang kian melonjak, normalisasi Ciliwung menjadi proyek masa depan yang tak bisa diabaikan
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Polemik di Bantaran Sungai
Rencana itu kemudian dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2012. Normalisasi Ciliwung melibatkan pelebaran bibir sungai hingga mencapai 50 meter, seperti pada era kolonial Belanda. Namun hal tersebut berarti menggusur penduduk yang tinggal di bantaran sungai. Ujung-ujungnya proyek pemprov DKI itu mengundang polemik dan kritik karena dianggap mengorbankan penduduk miskin.
Foto: picture-alliance/dpa
Perang Identitas Kota
Arus balik animo publik berkutat pada masalah penggusuran. Sejumlah aktivis menilai normalisasi Ciliwung mengebiri identitas kota dan mengubur predikat Jakarta yang inklusif buat semua. Membangun tanpa menggusur menjadi moto yang dirapal oleh sebagian pakar tata kota. Pemerintah Provinsi sebaliknya terkesan ingin mempercepat normalisasi karena khawatir kehilangan momentum politik jelang Pilkada
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Penggusuran atau Relokasi?
Penggusuran sebagai bagian dari normalisasi sungai adalah ganjalan terbesar. Menurut Pemprov DKI, sebanyak 75.000 keluarga harus direlokasi untuk membebaskan bantaran sungai dari pemukiman kumuh. Kondisi tersebut menambah rumit masalah Ciliwung. Tidak heran jika rencana awal menyebut proyek normalisasi akan memakan waktu hingga 20 tahun.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Jernih Sungai Ciliwung
Perlahan wajah Ciliwung mulai berubah. Sungai yang dulunya dipenuhi sampah dan berbau busuk, kini bersih dan terkesan asri. Pemerintah dan penduduk berharap normalisasi bisa menghadang banjir yang tiap tahun menggenangi bantaran sungai. Namun proyek raksasa ini belum akan selesai dalam waktu dekat. Prahara yang menyertai penggusuran pun akan terus berlanjut selama belum ada model pendekatan lain