1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kuburan Massal, Bukti Kekejaman Rezim Gaddafi

27 September 2011

Sejak kuburan massal ditemukan di Tripoli akhir pekan lalu, banyak warga mencari jejak kerabat yang hilang. Seribu tiga ratus jasad diperkirakan terkubur, yakni para korban pembantaian di penjara Abu Salim tahun 1996.

Kuburan massal dekat dinding penjara Abu Salim ditemukan berkat informasi seorang mantan penjaga penjara
Kuburan massal dekat dinding penjara Abu Salim ditemukan berkat informasi seorang mantan penjaga penjaraFoto: picture-alliance/abaca

Dinding tinggi terbentang panjang, dilengkapi gulungan kawat berduri, begitu besar dan mengintimidasi, terlihat dari kejauhan. Itulah dinding penjara Abu Salim di pinggiran Tripoli. Tak jauh dari dinding tersebut baru-baru ini ditemukan kuburan massal berisi tulang belulang yang diduga berasal dari para tahanan yang dibantai pada masa rezim Muammar Gaddafi.

Soumaia bin Jabr menjadi salah satu warga yang langsung mengunjungi lokasi berbekal foto kerabat yang hilang. Ironisnya, ia hanya membawa satu foto dari empat saudara lelakinya yang diduga menjadi korban pembantaian 15 tahun lalu. "Saudara saya diculik saat salat. Kami hanya warga biasa, bukan ekstremis," rintihnya.

Tulang belulang berserakan di gurun dekat penjara yang ditumbuhi kaktusFoto: dapd

Pembantaian tahanan Abu Salim

Banyak warga Libya dijebloskan ke penjara di tahun 90-an oleh rezim Gaddafi semata-mata untuk menyebar teror di tengah masyarakat. Satu sel penjara bisa berisi 10 tahanan tanpa tuntutan resmi. Di tahun 1996, para tahanan menuntut perbaikan kondisi penjara serta proses legal. Jawabannya? Lebih dari seribu tahanan dibungkam untuk selamanya. Abdel Hafid Abu Aisha, seorang warga yang tinggal tak jauh dari penjara, masih ingat mendengar rentetan tembakan saat itu. "Jam 4 sore usai salat Jumat terdengar bunyi senapan mesin. Bunyinya pun berlanjut Sabtu pagi," kisahnya.

Tidak ada warga yang tahu pasti apa yang terjadi. Abu Salim adalah area militer yang tertutup bagi awam. Berbagai pihak yang terlibat dalam pembantaian sejak itu selalu berusaha menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya. Seperti diungkapkan mantan penjaga penjara, Salim Mayuff, "Sekitar 10 tahun para kerabat tahanan diberi tahu untuk membawa makanan dan uang ke penjara yang susah payah disisihkannya. Padahal keluarganya di dalam penjara sudah tidak ada." Pakaian yang dibawakan bagi para tahanan sampai menumpuk tinggi. "Jadi bukan hanya Gaddafi dan orang-orang terdekatnya di sistem peradilan yang tahu, tapi juga para pengikutnya yang jumlahnya sangat sangat banyak," tambah Mayuff.

Kerabat tahanan terus dibohongi

Baru 6 tahun lalu, rezim Gaddafi mengakui adanya pertumpahan darah di penjara Abu Salim. Itupun disebutnya akibat bentrokan kelompok Islamis di dalam penjara. Banyak juga anggota keluarga tahanan yang mendapat kabar bahwa kerabatnya mengalami kematian alamiah.

Mayoritas korban pembantaian berasal dari Benghazi. Di kota itu pula revolusi yang berhasil menggulingkan Muammar Gaddafi dimulai bulan Februari lalu. Berawal dari unjuk rasa menuntut penjelasan mengenai Abu Salim. Itu juga mengapa bukan hanya para kerabat korban yang mengunjungi kuburan massal. Banyak warga datang untuk menghormati para korban. "Di sini terdapat kerabat seluruh warga Libya," ujar seorang warga yang berkunjung. "Ini menyangkut kenangan."

Björn Blaschke/Carissa Paramita

Editor: Dyan Kostermans

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait