Peneliti di Universitas RMIT Australia kembangkan kulit buatan elektronik, yang bereaksi pada rasa sakit seperti kulit asli. Temuan ini buka kemungkinan baru pengembangan robot dan prostetik cerdas serta cangkok kulit.
Iklan
Kulit artifisial berupa sensor elektronik penala rasa sakit itu, bekerja dengan menyalin jalur transmisi saraf yang menghubungkan reseptor pada kulit dengan otak. Dengan itu dilakukan replikasi respons umpan balik tubuh pada sinyal rasa sakit, yang dikirim ekstra cepat ke otak. Rasa sakit merupakan metode esensial tubuh manusia untuk membantu menghindari kerusakan, yang bisa menyebabkan kematian.
"Kulit adalah organ sensorik tubuh paling besar, dengan fitur sangat kompleks dan didesain mengirim sinyal peringatan ekstra cepat, jika ada cedera pada tubuh," kata Madhu Bhaskaran penulis laporan ilmiah itu dalam sebuah pernyataan belum lama ini.
"Kita menala segala hal, setiap waktu melalui kulit. Tapi respons rasa sakit hanya bereaksi pada poin-poin tertentu saja, misalnya saat menyentuh benda yang sangat panas atau sangat tajam. Hingga kini, belum ada teknologi elektronik yang bisa meniru secara realistik perasaan rasa sakit pada manusia," tambah peneliti di Royal Melbourne Institute of Technology - RMIT Australia itu.
Kulit Ikan Tilapia Sembuhkan Luka Bakar
Ilmuwan Brazil bereksperimen dengan kulit ikan untuk mengobati pasien luka bakar. Prosedur ganjil ini diklaim ampuh meredakan rasa sakit dan mengurangi biaya pengobatan.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Kelembapan Kulit Babi
Kulit babi beku atau bahkan jaringan kulit manusia selama ini digunakan buat menutup luka bakar, lantaran manjur menjaga kelembaban area yang terluka dan mempermudah asupan Kolagen, sejenis protein yang mempercepat penyembuhan.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Perban Alternatif Terakhir
Namun rumah sakit pemerintah di Brazil sering mengalami kelangkaan pasokan kulit babi atau manusia. Adapun kulit buatan sejauh ini hanya tersedia di negara-negara barat. Sebab itu pasien luka bakar di Brazil acap dirawat dengan menggunakan perban yang harus sering diganti dan menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Khasiat Kulit Tilapia
Sebab itu ilmuwan di Federal University of Caera mulai bereksperimen dengan menggunakan kulit ikan Tilapia, sejenis Nila, yang marak di Brazil. Kulit ikan Tilapia diklaim memiliki tingkat kelembapan, Kolagen dan kekebalan penyakit yang serupa seperti pada kulit manusia. "Jadi butuh waktu lama bagi kulit ikan untuk mengering," kata Dr. Edmar Maciel.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Proses Rumit Pembersihan Kulit
Namun sebelum digunakan, ilmuwan harus terlebih dahulu menghilangkan sisik, jaringan otot, racun dan bau amis yang menempel. Setelah itu kulit direnggangkan dan dilaminating, sebelum disimpan di lemari es dan bisa dipakai sebelum dua tahun.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Mempercepat Penyembuhan
Hasilnya serupa dengan kulit manusia yang lunak dan mudah dibebat ke permukaan kulit yang terkena luka bakar. Kulit ikan biasanya digunakan selama 11 hari pada bagian yang terluka. Untuk melepas atau memindahkan kulitn ikan dokter menggunakan minyak berbentuk agar-agar. "Kami menemukan kulit ikan Tilapia mampu mempercepat penyembuhan," kata Dr. Edmar Maciel.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Brazil yang Pertama
Selain Brazil, ilmuwan Cina juga memastikan khasiat kulit ikan Tilapia dalam perawatan luka bakar. Namun Brazil adalah negara pertama yang melakukan ujicoba pada manusia dengan melibatkan 50 orang pasien. "Kulit ikan biasanya dibuang. Jadi kami mengubah sampah menjadi produk yang bermanfaat," kata Dr. Odorico de Morais, dosen di Universitas Caera.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Tanpa Obat, Lebih Murah
Pengobatan lewat kulit ikan terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan hingga beberapa hari lebih cepat. Selain itu pasien juga lebih sedikit meminum obat penahan rasa sakit, sehingga semakin menekan ongkos pengobatan. Rumah sakit Brazil mengklaim cara pengobatan dengan kulit ikan memangkas biaya pengobatan hingga 75 persen.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Produksi Massal?
Biasanya pasien luka bakar harus menggunakan krim Sulfadiazine yang mahal. Ilmuwan Brazil berharap eksperimen yang mereka lakukan akan membuktikan bahwa kulit ikan Tilapia bisa dijual secara komersial dan mendorong industri farmasi untuk memproduksinya secara massal.
Foto: Reuters/P.Whitaker
8 foto1 | 8
Pengembangan robot dan prostetik cerdas
Prototipe kulit artifisial yang sangat tipis itu mampu merasakan perubahan tekanan, panas atau dingin. Target para peneliti antara lain, mengembangkan robot lebih cerdas dan meningkatkan kepekaan prostetik serta alternatif lebih baik buat transplantasi pengganti kulit asli.
Iklan
Sasarannya lebih jauh lagi, membuat dan membiakkan tiruan kulit manusia, untuk pengembangan humanoid yang sangat mirip manusia. Demikian laporan tim ilmuwan RMIT Australia yang dipubikasikan dalam jurnal ilmiah Advanced Intelligent Systems belum lama ini.
"Ini merupakan langkah kritis untuk melaju ke masa depan pengembangan sistem umpan balik cerdas, yang kita perlukan untuk membuat prostetik pintar dan robotik cerdas," ujar Bhaskaran lebih lanjut.
Kulit artifisial itu memanfaatkan elektronik yang bisa melar dikombinasikan dengan material oksida dan silikon biokompatibel, untuk menciptakan perangkat elektronik supertipis yang "wearable", transparan dan tidak mudah rusak. Lapisan reaktif temperatur yang 1000 kali lebih tipis dari rambut manusia, digunakan sebagai basis pada material yang melakukan transformasi sebagai respons pada panas.
Robot Akan Kuasai Dunia
02:30
Sementara fitur memori yang menyalin fungsi otak, menggunakan sel memori elektronik yang meniru bagaimana otak menggunakan memori jangka panjang, untuk memanggil kembali dan memulihkan informasi yang diserap sebelumnya. Sensor rasa sakit menggunakan tiga fitur tersebut sekaligus.
"Teknologi yang ada saat ini, memanfaatkan sinyal elektrik untuk meniru berbagai tingkatan rasa sakit. Sementara perangkat terbaru buatan RMIT bisa bereaksi pada tekanan mekanik real, temperatur dan rasa sakit dan mengirimkan respons elektronik yang tepat," ujar Ataur Rahman peneliti dari RMIT dan penulis utama laporan ilmiah itu.
"Artinya, kulit artifisial buatan kami mengetahui perbedan antara menyentuh peniti dengan jari, atau tidak sengaja menusukkan peniti ke kulit. Sebuah perbedaan sangat kritis, yang belum pernah tercapai sebelumnya secara elektronik," pungkas Rahman dalam sebuah pernyataan.
as/gtp (dari berbagai sumber)
5 Abad Robot: Makin Mirip Manusia
Lima abad sejak pertama kali diciptakan, kecanggihan robot makin ‘menggila’. Tak hanya tampilannya yang makin mirip dengan manusia, perannya juga mulai menggantikan tugas penciptanya.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Bisa baca berita
Profesi pembaca berita atau news anchor mulai tergantikan tugasnya sejak Jepang menciptakan kodomoroid. Android yang diciptakan tahun 2014 itu bisa lancar melaporkan berita dalam berbagai bahasa, tanpa tersandung-sandung. Dia bahkan diprogram dengan rasa humor. Memang, dia masih sedikit kaku - untuk jenisnya yang sekarang ini.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
AI dari Beijing
Baru tahun 2018, Cina sukses mengembangkan robot pembaca berita yang mampu bekerja hingga 24 jam. Robot yang dilingkapi kecerdasan buatan (AI) itu dikembangkan Xinhua dan perusahaan mesin pencari Cina Sohou. Pembaca berita ini dirancang meniru suara manusia, ekspresi wajah hingga gerak tubuh.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Tangan baja
Namun jauh sebelum tokoh humanoid diciptakan, perangkat palsu sebenarnya sudah dikembangkan untuk menggantikan anggota badan yang hilang. Model awal ditemukan pada mumi Mesir antara 950-710 SM. Bagi penggemar sains fantasi, protesa baja dan kuningan era Victoria ini mungkin keren. Namun, bagi orang lain, tangan-tangan palsu ini agak menyeramkan.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Biksu pendeta 'Frankenstein'
Robot terbaru tahun 2019, adalah robot pendeta di Kuil Kodaiji di Kyoto, Jepang. Sebagaimana biksu manusia, ia juga memberikan wejangan pada pengunjung kuil. Meski menuai kritik dari luar karena dibandingkan dengan Frankenstein, warga lokal justru beri respon positif. Robot ini diharapkan bisa merangkul generasi muda yang kurang familier dengan agama Buddha yang dianut sekitar 30% warga Jepang.
Foto: Getty Images/AFP/C. Triballeau
Asal mula robot biksu
Istilah "robot" sebenarnya sudah tidak digunakan sampai tahun 1920, karakter mekanik telah diciptakan selama berabad-abad. Di antaranya untuk menghidupkan kembali cerita-cerita Alkitab. Karakter biksu ini misalnya, berasal dari Spanyol dan diperkirakan sudah dibuat sejak tahun 1560.
Foto: Smithsonian Institution/Jennie Hills
Bayi animatronik
Dalam pameran robot di Museum Sains London, pengunjung menyaksikan robot mirip bayi manusia. Sama seperti bayi baru lahir, gerakan robot bayi ini terbatas pada lengan dan kaki; tampak seperti bernapas dan bisa bersin. Robot seperti ini digunakan untuk produksi film. Mereka amat mirip bayi, sehingga orang merasakan emosinya ketika menyaksikan robot bayi ini.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Gantikan tugas manusia
Semakin lama robot makin digunakan untuk menggantikan tugas manusia dalam pekerjaan industri. Mengapa orang harus melakukan tugas-tugas yang dianggap kotor atau berbahaya - ketika robot dapat melakukannya? Hanya butuh waktu beberapa menit untuk pekerja reguler untuk "mengajarkan" robot Baxter tugas baru. Robot ini dijual seharga $25.000.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Ilmiah di balik fiksi
Pameran robot di London 2017 memutar film yang berfokus pada kecerdasan buatan, seperti film Steven Spielberg "A.I. Artificial Intelligence" (2001) dan film Alex Garland "Ex Machina" (2015). Bintang film Alicia Vikander berperan sebagai robot yang sangat canggih (gambar). Semakin menjadi bagian dari realitas kita, tema-tema film tersebut tidak lagi sekadar fiksi ilmiah yang surealis
Foto: picture-alliance/AP Photo/A24 Films
Makin canggih
Android open source Rob Knight (ROSA) adalah robot "anthropomimetic" pertama. Ia mereproduksi struktur tubuh manusia. Robot yang ditampilkan di pameran di Museum Sains di London tidak hampir sama dengan android dari serial TV "Westworld," tapi mereka terus memprovokasi refleksi tentang apa artinya menjadi manusia.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
I'll be back
Persepsi kita atas robot telah sangat dipengaruhi oleh seni. Dalam film R.U.R, robot bangkit untuk hancurkan penciptanya. Sejak itu, film juga berkontribusi dengan konsep cerita serupa. Salah satu robot yang paling ikonik dalam sejarah film diciptakan oleh James Cameron pada tahun 1984 dengan film thriller-nya, "The Terminator," dimana kata-kata “I’ll be back!” di film ini jadi legendaris.
Foto: picture-alliance/dpa/M. S. Gordon/2015 Paramount Pictures
Robot pertama di bioskop jenis kelaminnya perempuan
Fritz Lang perintis fiksi ilmiah karya "Metropolis" (1927) menampilkan salah satu robot pertama sejarah film: "Maschinenmensch" (manusia mesin). Latar belakang kisahnya tahun 2026. Dikisahkan di film ini, ilmuwan ciptakan robot untuk mereproduksi perempuan yang dicintainya, Maria.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Mari kita sebut mereka robot
Pada tahun 1920, penulis Ceko, Karel Capek menemukan kata "robot" untuk drama fiksi ilmiahnya: "R.U.R." (Rossum's Universal Robots). Istilah robot berasal dari bahasa Ceko "robota," yang berarti buruh kerja paksa. Drama “R.U.R” diterjemahkan ke dalam 30 bahasa. Dalam gambar ini, "Eric" (kanan) adalah reproduksi dari salah satu robot pertama di dunia, berasal dari tahun 1928. (Ed: ap/vlz/vv)
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum