1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Clinton ke India, Rekatkan Hubungan India-AS

16 Juli 2009

Melalui lawatan menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton ke India hari Jumat, Amerika Serikat hendak menawarkan kemitraan strategis dengan India, yang kini dipandang sebagai pemain global.

Menlu AS Hillary ClintonFoto: AP

Pertama-tama, menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton akan menyambangi pusat bisnis Mumbai, dalam rangkaian kunjungannya ke India. Kemudian melanjutkannya ke ibukota New Delhi, hari Senin.

Kepada para pakar kebijakan luar negeri di Washington, Hillary Clinton mengungkapkan AS percaya bahwa India memiliki kesempatan besar dan tanggungjawab yang terus tumbuh, dalam memainkan peranannya, tidak hanya untuk kawasan regional, namun juga internasional. Itu sebabnya, AS akan melakukan segalanya untuk dapat memperdalam dan memperluas kemitraan. Demikian ungkap Clinton, sebelum bertemu dengan Perdana Menteri India, Manmohan Sigh dan Menteri Luar Negeri India SM. Khrisna.

Administrasi Gedung Putih kini tengah meneruskan hubungan yang dibangun oleh pemerintahan sebelumnya dengan India, yaitu kerjasama teknologi nuklir untuk kepentingan sipil, yang ditandatangani di bawah pemerintahan mantan presiden AS, George W. Bush. Penandatanganan pakta itu merupakan pertamakalinya dalam tiga dekade terakhir. Hubungan kedua negara ini sempat terusik selama Perang Dingin dan di tahun 1998 kembali berselisih paham ketika India memutuskan melakukan uji coba bom atom, hal yang menjadi ganjalan bagi kelompok elit negara-negara nuklir.

Selain membahas pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, Clinton juga mengharapkan kerjasama yang lebih erat dengan India, di bidang pendidikan, pertahanan, agrikultur, pengetahuan dan teknologi, sebagaimana juga peningkatan hubungan ekonomi dan isu perempuan.

Clinton dan timnya juga mengharapkan agar kedua negara demokrasi ini akan mencapai kemajuan dalam menjembatani berbagai isu global seperti perubahan iklim, non-proliferasi senjata nuklir dan perdagangan multilateral.

Pada masa pemerintahan Bush, India menolak untuk menandatangani perjanjian non-proliferasi senjata nuklir. Namun kini, asisten menlu AS untuk kawasan Asia Selatan Robert Blake mengungkapkan Clinton dan presiden AS Barack Obama berkomitmen untuk mencapai kesepakatan guna membuka jalan dialog non-profilferasi.

Mengiringi lawatan Clinton, pemerintahan Obama juga mengirimkan utusan khususnya untuk isu perubahan iklim, Todd Stern, dengan harapan dapat mencapai pendekatan melalui dialog, untuk mengatasi pemanasan global. Ini menjadi isu penting mengingat akhir tahun ini akan digelar Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Kopenhagen, Denmark. Sejauh ini India, sebagaimana dengan Cina masih menolak untuk mengurangi emisinya sampai negara-negara maju seperti AS mau memenuhi target mereka sendiri.

India dan AS juga sempat mengalami perdebatan tajam dalam Putaran Doha yang membahas perdagangan bebas. India bulan lalu menyerukan agar China, AS dan negara-negara kuat lainnya kembali ke meja perundingan segera, untuk merumuskan kelanjutan isu perdagangan bebas, ketimbang hanya menunggu keadaan kembali pulih dari terpaan krisis ekonomi.

Setelah menutup kunjungannya hari Senin pekan depan nanti di India, menlu AS Hillary Clinton akan bertolak ke Bangkok, sebelum memimpin delegasi AS dalam pertemuan dengan Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara ASEAN di Phuket, tanggal 22-23 Juli mendatang. (AP/afp/reuters)

Editor : Edith Koesoemawiria