1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan kenegaraan Presiden Bush ke Inggris Presiden AS George W Bush...

19 November 2003
tiba di London dalam rangka kunjungan kenegaraan tiga hari ke Inggris. Seperti telah diberitakan, Bush di bandar udara Heathrow di London disambut oleh Pangeran Charles. Dalam pertemuan dengan PM Tony Blair di London , terutama dibicarakan mengenai konflik Timur Tengah , situasi Irak dan sengketa perdagangan antara UE dan AS. Kunjungan Bush yang diiringi berbagai aksi protes, dikomentari sinis dan negatif oleh berbagai harian internasional, yang kami ketengahkan dalam Sari Pers DW.

Harian Jerman Schwäbische Zeitung menulis ...

Perang Irak telah mengikat Bush dan Blair satu sama lain, bagaikan budak yang dirantai di kapal perang zaman dahulu. Meski Blair menginginkannya, ia tidak dapat melepaskan diri dari Bush. Blair hanya dapat mengharapkan keajaiban, bahwa situasi Irak akan tenang kembali, sedapat mungkin sebelum pemilihan berikutnya. Tidak ada jalan keluar bagi Tony Blair. Sebab kemudi di Irak tidak dipegang oleh Blair, melainkan berada di tangan Bush. Bila AS dan Inggris tiba-tiba menarik diri, akan timbul kekacauan. Bila mereka tetap di Irak, perlawanan makin kuat, jumlah serdadu yang tewas akan meningkat. Bush dan Blair hanya dapat memilih antara dua hal yang tidak terlalu buruk.

Harian Münchner Tageszeitung menanggapi sikap skeptis rakyat Inggris. Komentar harian ini...

Alangkah indahnya , Bush dan Blair setelah kemenangan gemilang dalam Perang Irak bertemu dengan Ratu Elisabeth di Istana Buckingham. Tetapi kenyataannya, kemenangannya tidak seperti yang diharapkan oleh Bush dan Blair. Kunjungan Bush dewasa ini tidak pada tempatnya, seperti penampilan penari striptease di pesta perkawinan.

Harian liberal kiri Inggris The Guardian mengomentari kunjungan kenegaraan Bush di Inggris dan kebersamaan antara Bush dan Blair...

Apa pun yang dibicarakan dalam dua hari mendatang, sebenarnya tidak ada kebersamaan antara Bush dan Blair , kecuali bahwa nasib politik keduanya erat berkaitan dengan Irak.

Harian konservatif Austria Die Presse mengomentari kunjungan Bush sebagai main sembunyi-sembunyian dan bukan sebagai perjalanan kemenangan...

Kunjungan presiden AS yang direncanakan sebagai perjalanan kemenangan menjadi main sembunyi-sembunyian untuk menghindar amarah rakyat. Puluhan ribu aktivis perdamaian hanya ingin menunjukkan poster dan protesnya kepada presiden AS. Para komentator ternama sejak berhari-hari menulis, mengapa laki-laki yang membiarkan pertumpahan darah di Irak, kini diterima sebagai tamu negara. Tony Blair yang sedang terpukul oleh perang dan dampaknya memerlukan simpati rakyatnya, dan bukan kunjungan kenegaraan seperti itu.

Sementara harian konseravtif Prancis Le Figaro berkomentar...

Jembatan yang hendak dibangun oleh Inggris antara Eropa dan AS tetap merupakan fata morgana. Menlu AS Colin Powell yang di Brussel mengadakan pertemuan dengan para menlu UE, tidak merasa perlu untuk singgah di London. Ketika Presiden Prancis Jacques Chirac menolak perang Irak, ia tidak mendengarkan protes dari PM Tony Blair. Dengan kunjungannya sekarang Presiden AS George Bush justru akan mendapatkan sebaliknya daripada apa yang sebenarnya diinginkan. Bila kunjungan ini tidak sukses, maka Bush yang membuat rakyat Inggris akan menjauhi AS , dan mendekati Eropa.

Akhirnya komentar harian Italia La Republicca...

Siapa yang menyangka kunjungan Bush dalam susana seperti ini. Ketika Tony Blair di bulan Juni 2002 memutuskan untuk mengundang Bush, suatu penghormatan yang belum pernah sebelumnya diberikan , baik kepada Bill Clinton, maupun oleh Ny. Thatcher kepada sahabatnya Ronald Reagan. Ketika itu , Juni 2002, undangan tsb dianggap sebagai gagasan yang bagus, sebagai tanda solidaritas dari sekutunya yang paling erat di Eropa kepada negara adi daya yang sedang dilanda aksi teror. Namun kini suasana internasional telah berubah sama sekali. Dan Blair tidak dapat berbuat apa-apa.