1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Luar Negeri Pertama Kanselir Angela Merkel

25 November 2005

Jacques Chirac mencium tangan Angela Merkel ketika menyambutnya di halaman Istana Èlysèe (baca: eli`ze). Sehari setelah pengangkatannya, kanselir baru Jerman itu melakukan lawatan luar negeri pertamanya ke Perancis.

Foto: AP

Di Paris, Presiden Chirac berterima kasih kepada Kanselir Merkel untuk isyarat ini dengan mengatakan: "Inilah tanda sebuah persahabatan, suatu kehormatan.“ Sementara Merkel mengatakan, kerjasama erat kedua negara jika dilihat dari sejarahnya, adalah suatu keajaiban.

Kunjungannya ke Perancis bukan hanya kegiatan ritual, melainkan atas keyakinan mendalam, bahwa hubungan baik antara Jerman dan Perancis juga menunjang dan penting bagi Eropa. Dengan Brussel sebagai tujuan kedua kunjungannya setelah Paris, sudah dapatkah politik luar negeri Merkel ditebak?

Harian-harian di Perancis dan Jerman menyoroti hal ini. Harian Nord Eclair yang terbit di Perancis Utara menulis:

"Terdapat isyarat dan tanda yang lebih meyakinkan dibandingkan kata-kata. Bahwa kanselir perempuan pertama dalam sejarah Jerman dalam langkah politik luar negeri pertamanya dan hanya sehari setelah pelantikannya di Parlemen Jerman bertandang ke Paris, tentu saja bukan tanpa maksud. Dan dimana ia selanjutnya mengunjungi wakil-wakil Uni Eropa di Brussel, Angela Merkel mengirimkan pesan yang jelas: Sebagai ketua Partai Uni Demokrat Kristen, ia tetap setia mengikuti prioritas para pendahulunya sejak Konrad Adenauer. Masa depan Jerman berada dalam akar anti perang dan warga Eropa yang uni demokrat. Dan Jerman Perancis harus bekerja sama erat, yang penting bagi kehidupan politik dan sosial Uni Eropa, dimana mereka memiliki pandangan yang sama."

Tentang politik Kanselir Angela Merkel harian Perancis Le Courrier Picard menulis:

"Dengan sinyal kuat kunjungannya di Paris Angela Merkel meyakinkan Perancis, bahwa ia melanjutkan politik luar negeri pendahulunya, meskipun kunjungannya ke NATO di Brussel juga menunjukkan, akan menguatnya hubungan dengan Washington. Tapi di Perancis juga akan diperhatikan benar-benar inisiatif ekonominya, terutama program penghematan yang akan ia bebankan kepada warganya. Apakah pemerintah koalisi juga akan berani mengambil inisiatif menggerakkan kembali Uni Eropa yang tengah tercebur ke lumpur? Inilah harapan tersembunyi Perancis, yang juga ingin memanfaatkan gagasan bagus tetangganya, Jerman di bidang sosial untuk pemilihan presiden tahun 2007."

Dalam artikel 'Berpisah dari Poros’, harian Jerman Die Welt berkomentar:

"Sudah menjadi tradisi baik Jerman, dimana kanselir pertama-tama mengunjungi mitra terdekatnya. Angela Merkel, sebagai kanselir baru mengikuti norma ini. Dengan demikian ia menggaris bawahi hubungan bilateral Jerman-Perancis, sekaligus menetapkan aksen baru. Sementara Presiden Perancis Jacques Chirac berbicara tentang poros Jerman-Perancis, kanselir perempuan itu lebih mengutamakan persahabatan. Dengan begitu secara halus Merkel mengurangi eksklusivitas hubungan, yang di masa kanselir Schröder membatasi ruang gerak Jerman. Merkel ingin kembali politik luar negeri klasik, yaitu yang diikuti semua kepala pemerintahan Jerman sejak masa Kanselir Konrad Adenauer, dengan pengecualian Gerhard Schröder. Politik ini dapat juga berarti hubungan erat dengan Paris, tapi tanpa menutup hubungan dengan negara Eropa lainnya. Memelihara motor Jerman-Perancis, tanpa membuat jengkel Washington. Percekcokan dalam hubungan transatlantik maupun dalam Uni Eropa menunjukkan, pemerintah Uni Eropa bereaksi tidak percaya terhadap komando bernada kasar dari Paris dan Berlin serta berupaya membatasi ruang gerak Jerman di dunia. Pengambilan jarak secara halus dari mitranya Perancis akan membuat Berlin lebih berpengaruh di Eropa. Juga atas dasar ini Merkel memilih Brussel sebagai tujuan kedua agenda lawatannya. Bahwa di sana Merkel lebih dulu mengunjungi NATO, disusul Uni Eropa, adalah bagian dari pergeseran aksen politik luar negeri Merkel."