Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke negara-negara Asia jadi tema menarik terkait tatanan geo-politik di kawasan. Bagaimana negara-negara Asia Tenggara menanggapinya? Wawancara DW dengan pakar politik Saleena Saleem:
Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke sejumlah negara Asia menjadi tema menarik terkait tatanan geo-politik dan sosio-religius di kawasan. Bagaimana negara-negara Asia Tenggara menanggapinya? Wawancara DW dengan Saleena Saleem periset di Nanyang Technological University Singapore.
DW: Seberapa penting kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Brunei dalam rangka mendorong hubungan antara Riyadh dengan kawasan. Apa yang diharapkan Raja Salman dari kunjungannya ke negara-negara ini?
Saleena Saleem:Konteks geo-politik aktual menjadikan kunjungan ini penting bagi Arab Saudi. Terus turunnya harga minyak beberapa tahun terakhir dan perkembangan konflik sektarian Syiah-Sunni di Suriah dan Yaman memberikan impak pada kemampuan Arab saudi untuk membiayai pengaruh "soft powernya." Tapi perlu diperhatikan, tujuan utama tur Raja Salman ke Asia ini adalah untuk mendorong kerjasama ekonomi dengan Cina dan Jepang. Arab Saudi merencanakan swastanisasi perusahaan minyak nasional Aramco, dan ingin menarik investor dari Cina serta Jepang.
Juga harus dicatat, bahwa Malaysia menjadi negara singgahan pertama Raja Salman. Perkembangan ekonomi Malaysia serta statusnya sebagai negara Muslim yang moderat dan terbuka dipandang sebagai sejarah sukses di Timur Tengah. Arab Saudi juga selalu memandang penting hubungannya dengan Malaysia. Malaysia termasuk mitra ekonomi penting bagi Arab Saudi. Malaysia membeli minyak mentah untuk diolah dari Arab Saudi. Demonstrasi dukungan dengan kunjungan resmi ini amat menguntungkan dalam memelihara hubungan diantara kedua negara.
Di Balik Gemerlap Putri-putri Arab Saudi
Kerap jadi sorotan, karena dipandang jelita, punya harta melimpah dan bagai hidup dalam dongeng. Bagaimana kehidupan putri-putri Arab Saudi ini?
Foto: Getty Images/F. Nel
Bertemu pangeran
Setelah orangtuanya bercerai, Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi dibesarkan ibu dan kakek-neneknya di Riyadh. Ia menikah dengan Pangeran Alwaleed Bin Talal, keponakan mantan Raja Arab Saudi, sekaligus saudara tiri Raja Arab Saudi saat ini Salman bin Abdulaziz al-Saud, almarhum Abdullah bin Abdulaziz Al Saud. Keduanya bercerai pada tahun 2013.
Foto: Getty Images/F. Nel
Bergerak di bidang kemanusiaan
Harta melimpah tak membuat Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi sering berleha-leha. Putri Ameera pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Yayasan Al Waleed bin Talal yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, seperti mengatasi kemiskinan, edukasi dan pemberdayaan pemuda dan perempuan. Perempuan kelahiran 1983 ini merupakan lulusan terbaik Universitas New Haven.
Foto: Getty Images/D. Berehulak
Melawan tabu
Selain terkenal gemar beramal dan membantu orang tidak mampu, Putri Ameerah juga disorot karena kenekatannya memerangi diskriminasi jender. Ia mendorong kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, misalnya menentang larangan bagi perempuan untuk menyetir kendaraan di Arab Saudi. Ia juga berjuang agar perempuan di negerinya tak lagi jadi warga kelas dua.
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz merupakan istri Sultan bin Fahad bin Nasser bin Abdulaziz, keturunan mantan Raja Arab Saudi, Aziz bin Abdul Rahman Al Saud. Mereka dikaruniai tiga orang anak, seorang anak perempuan dan sepasang putra kembar. Juli 2016 lalu Condé Nast International mengumumkan Putri Deena Aljuhani Abdulaziz sebagai pemimpin editor majalah fesyen Vogue Arabia.
Foto: Getty Images for Burberry/S. C. Wilson
Si rambut pixie
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz diakui sebagai salah satu ikon fesyen dunia. Berteman dengan banyak desainer top, sosialita satu ini terkenal trendi. Jika banyak putri digambarkan berambut panjang, ia setia berambut pendek, melengkapi gayanya yang mengikuti perkembangan mode dunia. Kadang tampil dengan rok mini, lain waktu ia muncul dengan gaya musisi rock.
Foto: Getty Images/V. Boyko
Berbisnis di bidang fesyen
Banyak bergaul dengan desainer internasional, Putri Deena pun terjun ke dunia fesyen, dengan membuka butik internasional dengan merek dagang D’NA. Ia berujar: "Memang benar bahwa wilayah kami adalah konservatif karena lingkungannya, tetapi perempuan Arab tidak berbeda dari rekan-rekan mereka di seluruh dunia, bahwa kita ingin merasa diberdayakan dan terlihat cantik."
Foto: Getty Images/C. Ord
Putri pengemplang
Majalah Vanity Fair mengungkap, Putri Maha binti Mohammed bin Ahmad al-Sudairi pada tahun 2009 habiskan Rp. 200-an milyar /hari kala belanja di Paris. 2012, sepupu Pangeran Alwaleed bin Talal ini dilaporkan menunggak tagihan US$ 7 juta di Hotel Shangri-La, dimana ia menginap 5 bulan dan menyewa 41 kamar. Ditambah lagi, utang dari butik-butik. Utang-utang itu akhirnya dilunasi Arab Saudi.
Foto: vanityfair
Marah karena difoto diam-diam?
Sementara itu, media memberitakan putri Hassa pernah melarikan diri ke Paris tahun 2016, setelah diduga memerintahkan pengawalnya untuk membunuh seorang pelukis yang juga dekorator. Metro dan Newscrunch memberitakan,anak perempuan raja Salman itu marah, pelukis itu memotrtnya dengan ponsel di apartemennya. Ed: ap/yf
Foto: newscrunch
8 foto1 | 8
Terlepas dari kepentingan Arab Saudi mendorong hubungan ekonomi di kawasan, Arab Saudi juga ingin memelihara hubungan sosio-politik dengan Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim Sunni. Indonesia menjadi penting karena memiliki populasi Muslim terbesar di Asia. Terkait rivalitas politik dominasi kawasan antara Riyadh dan Teheran, kunjungan ini menjadi sinyal komitmen Riyadh bagi pimpinan politik Sunni di Asia Tenggara. Delegasi Arab Saudi juga mengikutsertakan pimpinan religius, yang ingin menjalin kontak dengan pimpinan religius di negara-negara Asia Tenggara. Ini akan memperdalam koneksi Muslim Sunni antara Arab Saudi dengan negara berpenduduk mayoritas Muslim di Asia Tenggara. Gagasan Arab Saudi adalah memperdalam dukungan sosio-politik bagi negara Muslim di Asia Tenggara, yang akan memperkuat posisinya sebagai pimpinan blok Sunni Muslim.
Apa yang diharapkan negara-negara ini dengan memperdalam hubungan dengan Riyadh.
Keuntungan ekonomi, itu jelas. Arab Saudi telah menandatangani kesepakatan investasi kilang minyak di Malaysia, yang akan membantu menciptakan lapangan kerja baru di Malaysia. Berita ini disambut gembira, karena bulan Januari lalu, Arab Saudi mengindikasikan akan mundur dari proyek investasi itu. Kunjungan Raja Salman dan penandatanganan kesepakatan investasi, memilki dampak bagus bagi pemimpin Malaysia, Najib Razak yang menghadapi tuntutan dugaan korupsi dan mismanajemen pada yayasan investasi negara 1MDB. Inilah salah satu cara Riyadh menunjukkan dukungannya kepada pimpinan negara Asia Tenggara.
Bayang-bayang Gelap Raja Salman
Kunjungan Raja Salman di Indonesia ikut menebar pesona monarki Arab Saudi. Namun kenapa masa lalu penguasa berusia senja itu dikaitkan dengan geliat terorisme di Afghanistan dan Bosnia? Inilah kisahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Bantuan Sipil Menuai Teror
Sebelum berkuasa, Salman ibn Abd al-Aziz Al Saud, sering dipercaya mengelola dana sumbangan Arab Saudi. Namun berulangkali aliran dana dari Riyadh mendarat di kantung kelompok teror seperti Al-Qaida. Salman mengaku bertindak dengan tulus dan bersikeras "bukan tanggungjawab kerajaaan, jika pihak lain menyalahgunakan dana donasi Arab Saudi buat terorisme."
Foto: Getty Images/AFP/S.Loeb
Menghadang Soviet di Hindukush
Tudingan terhadap Salman pertamakali dilayangkan oleh bekas perwira Dinas Rahasia AS CIA, Bruce Riedel. Dia yang kini juga penasehat pemerintah buat urusan Timur Tengah mengklaim Salman ikut mengumpulkan dana untuk Mujahiddin Afghanistan saat invasi Uni Sovyet di dekade 1980an. Selain itu ia juga menyuplai dana buat mempersenjatai kelompok muslim dalam perang Kosovo.
Foto: picture-alliance/dpa
Duit buat Mujahiddin
Persinggungan Salman dengan terorisme berawal dari perintah Raja Khalid mengumpulkan donasi untuk Mujahidin Afghanistan. Menurut Riedel, sumbangan pribadi dari kerajaan untuk kelompok perlawanan di Afghanistan mencapai 25 juta Dollar AS per bulan. Pengamat Timur Tengah AS, Rachel Bronson, pernah menulis Salman membantu merekrut gerilayawan buat kelompok Abdul Rasul Sayyaf, mentor Osama bin Laden
Foto: picture-alliance/dpa
Simpati buat Bosnia
Tahun 1992 Salman diangkat oleh Raja Fahd untuk mengepalai lembaga bantuan Saudi High Commission for Relief for Bosnia and Herzegovina (SHC). Melalui lembaga tersebut ia mengumpulkan donasi untuk membantu warga muslim Bosnia, hingga ditutup tahun 2011. Pada 2001 SHC telah mengumpulkan dana kemanusiaan senilai 600 juta Dollar AS. Namun sebagian ditengarai disalahgunakan buat persenjataan.
Foto: picture-alliance/dpa/Barukcic
Razia Sarajevo
Pada 2001 NATO mencurigai adanya aliran dana Saudi yang digunakan buat membeli senjata dan merazia kantor cabang SHC di Sarajevo. Di sana mereka menemukan berbagai dokumen teror, termasuk foto sebelum dan sesudah serangan Al-Qaida, instruksi buat memalsukan lencana Kementerian Luar Negeri AS dan peta gedung-gedung pemerintahan di Washington.
Foto: picture alliance/ZB/B. Pedersen
Donasi Kompori Perang
Razia Sarajevo merupakan bukti pertama aktivitas gelap SHC di luar bantuan kemanusiaan. Antara 1992 dan 1995, Uni Eropa melacak jejak donasi dari akun pribadi Salman senilai 120 juta dari SHC ke organisasi bantuan bernama Third World Relief Agency (TWRA). Data CIA menyebut TWRA menghabiskan sebagian besar dana sumbangan untuk mempersenjatai gerilayawan dalam perang di Balkan.
Foto: Sebastian Bolesch
Kesaksian Sang Pembelot
2015 silam, Zacarias Moussaoui, pembelot Al-Qaida memberi kesaksian di PBB yang menyebut SHC dan TWRA merupakan sumber dana terbesar buat Al-Qaida di Bosnia, termasuk untuk membiayai pembentukan sayap militer berkekuatan 107 orang. Menurutnya SHC "membiayai dan menyokong operasi Al-Qaida di Bosnia."
Foto: AP
Hingga ke Somalia
Sebab itu Amerika Serikat memasukkan SHC dalam daftar hitam terorisme. Dinas Rahasia Pertahanan (DIA) juga pernah menuding SHC mengirimkan senjata kepada Mohamed Farrah Aidid, gembong teror Somalia yang dikenal lewat film Black Hawk Down. Padahal saat itu Somalia mengalami embargo senjata PBB sejak Januari 1992.
Foto: John Moore/Getty Images
Bumerang Teror
Aktivitas kemanusiaan Salman yang secara tidak langsung menghidupi Al-Qaida justru menjadi bumerang. Pada 2003 Arab Saudi mengalami gelombang terorisme oleh bekas gerilayawan yang pulang dari medan Jihad. Saat itu Salman mengumumkan di media bahwa para bekas Mujahiddin itu "didukung oleh ekstrimis Zionisme yang bertujuan menghancurkan Islam." (Sumber: Foreign Policy, NYTimes, Guardian, JPost)
Foto: Reuters/Saudi Press Agency
9 foto1 | 9
Bagaimana tanggapan atas kunjungan ini di kawasan, karena dilaksanakan berbarengan dengan kekhawatiran meningkatnya fundamentalisme bergaya Wahabi serta ekstremisme keagamaan di kawasan?
Para pimpinan politik memandang kunjungan ini secara positif, karena mereka melihat keuntungan bagi sektor ekonomi dan citra politik bagi mereka sendiri. Warga masyarakat secara umum juga memandang kunjungan Raja Salman ini menguntungkan, karena menjadi sinyal bahwa negara dengan umat Muslim mayoritas di Asia Tenggara memiliki keterikatan dengan dunia Muslim Sunni. Arab Saudi juga ingin menjalin kontak dengan pimpinan sosial dan religius di Asia Tenggara, dan siap memberikan sumbangan dalam jumlah besar bagi proyek-proyek sosial dan religius, dan ini dinilai menguntungkan.
Ada tudingan bahwa sumbangan Arab Saudi kepada pimpinan keagamaan dan sekolah memberikan kontribusi bagi meningkatnya radikalisme di kalangan tersebut. Bagaimana pandangan Anda? Apa yang bisa dilakukan negara tersebut, untuk melindungi diri dari tren tersebut?
Tren ini sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Generasi pemuka agama dari Asia Tenggara yang dilatih pada periode tersebut di sekolah Arab Saudi atau pesantren yang dibiayai Arab Saudi kini masih terus aktif pada kisaran umur 50-an, dan kini merekalah yang mengajar generasi muda di negaranya masing-masing.
Penting untuk dipahami, bahwa pelatihan religius di era itu, dimanfaatkan untuk tujuan politik. Misalnya merekrut orang untuk berperang melawan Uni Soviet di Afghanistan. Dalam konteks saat ini, pelatihan semacam itu, justru akan mengancam posisi para pimpinan Arab Saudi. Hal ini terlihat sejak tahun 1990-an. Karena itu, Arab Saudi menerapkan pendekatan baru, dengan tekanan menolak pemikiran ekstrimisme yang dianjurkan oleh kelompok semacam Al Qaida atau ISIS. Akan tetapi ini merupakan langkah terbaru dan hasilnya tidak akan segera kelihatan. Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara juga perlu pro-aktif dalam memonitor jenis pendidikan Islam yang diberikan di sekolah-sekolah mereka.
Buah Haram Wahabisme
Sejak lama dunia mengkhawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme global. Ajaran puritan itu diyakini tidak cuma menjadi rumah ideologi, tapi penganutnya juga ikut membiayai tindak terorisme di Timur Tengah.
Foto: Reuters/C. Barria
Wahabisme Telurkan Radikalisme?
Sejak 2013 silam parlemen Eropa mewanti-wanti terhadap paham Wahabisme. Bahkan Dewan Fatwa Malaysia menilai faham tersebut kerap melahirkan pandangan radikal dan bisa berujung pada tindak terorisme. Pasalnya Wahabisme menganut prinsip pemurnian Islam. Bentuknya yang cenderung eksklusif dan intoleran terhadap ajaran lain membuat penganut Wahabisme rentan terhadap radikalisasi.
Foto: Reuters
Sumber Ideologi
Kebanyakan kelompok teror dari Nigeria, Suriah, Irak hingga ke Pakistan mengklaim Wahabisme atau Salafisme sebagai ideologi dasar. Al-Qaida, Islamic State, Taliban, Lashkar-e-Toiba, Front al Nusra dan Boko Haram adalah kelompok terbesar yang jantung ideologinya merujuk pada paham Islam puritan itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Propaganda dari Riyadh
Hingga kini pemerintah Arab Saudi sudah mengucurkan dana hingga 100 milyar Dollar AS untuk mempromosikan paham Wahabisme ke seluruh dunia. Sebagai perbandingan, Uni Sovyet cuma menghabiskan dana propaganda Komunisme sebesar 7 milyar Dollar AS selama 70 tahun sejak dekade 1920an. Pakar keamanan mencurigai, sebagian dana dakwah itu disalahgunakan untuk membiayai terorisme.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Brakemeier
Dana Gelap di Musim Haji
Pada nota rahasia senat AS dari tahun 2009 yang bocor ke publik, calon presiden AS Hillary Clinton menyebut hartawan Arab Saudi sebagai "donor terbesar" kelompok terorisme di seluruh dunia. Biasanya teroris memanfaatkan musim haji untuk masuk ke Arab Saudi tanpa mengundang kecurigaan aparat keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Al-Shaikh
Bisnis Perang
Penyandang dana teror terbesar di Arab Saudi tidak lain adalah hartawan berkocek tebal. Dengan mengandalkan uang minyak, mereka secara langsung atau tidak langsung menyokong konflik bersenjata di Pakistan atau Afghanistan. Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor di Wikileaks.
Foto: Getty Images/AFP/A. Karimi
Sumbangan buat Laskar Tuhan
Kelompok teroris tidak jarang menggunakan perusahaan atau yayasan untuk mengumpulkan dana perang. Lashkar-e-Toiba di Pakistan misalnya menggunakan lembaga kemanusiaan Jamaat-ud Dakwa, untuk meminta sumbangan. Kedoknya adalah dakwah Islam. Salah satu sumber dana terbesar biasanya adalah Arab Saudi.
Foto: AP
Senjata dari Emir
Arab Saudi bukan satu-satunya negara Islam yang menyokong terorisme. Menurut catatan Pentagon yang dipublikasikan majalah The Atlantic, Qatar membantu Jabhat al-Nusra dengan perlengkapan militer dan dana. Kelompok teror tersebut sempat beroperasi sebagai perpanjangan tangan Al-Qaida di Suriah. Jerman juga pernah melayangkan tudingan serupa terhadap pemerintah Qatar ihwal dana untuk Islamic State
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Jebreili
Dinar untuk al Nusra
Tahun 2014 silam Washington Post memublikasikan laporan yang mengungkap keterlibatan Kuwait dalam pembiayaan kelompok teror di Suriah, seperti Jabhat al Nusra. Laporan yang berlandaskan kesaksikan perwira militer dan intelijen AS itu menyebut dana sumbangan raksasa senilai ratusan juta Dollar AS.
Foto: Reuters/H. Katan
Dukungan "tak langsung"
Harus ditekankan tidak ada bukti keterlibatan kerajaan al-Saud dalam berbagai aksi teror di seluruh dunia. Namun pada serangan teror 11 September 2001 di New York, AS, komite bentukan senat menemukan bahwa pelaku memiliki hubungan "tidak langsung" dengan kerajaan dan "mendapat dukungan dari kaum kaya Saudi dan pejabat tinggi di pemerintahan."
Foto: AP
Pencegahan Setengah Hati
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi terkesan setengah hati membatasi transaksi keuangan gelap untuk pendanaan terorisme dari warga negaranya. Dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor ke publik, Riyadh misalnya aktif melumat sumber dana Al-Qaida, tapi banyak membiarkan transaksi keuangan untuk kelompok teror lain seperti Taliban atau Lashkar-e-Toiba.
Foto: picture-alliance/dpa/Saudi Press Agency
Bantahan Riyadh
Namun Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, membantah hubungan antara ideologi Wahabi dengan terorisme. "Anggapan bahwa Saudi membiayai ekstremisme atau Ideologi kami menyokong ekstremisme adalah omong kosong. Kami aktif memburu pelaku, uang dan dalang di balik tindak terorisme," tukasnya.
Foto: Reuters/C. Barria
11 foto1 | 11
Pewawancara: Srinivas Mazumdaru
Saleena Saleem Associate Research Fellow, Institute of Defence and Strategic Studies S. Rajaratnam School of International Studies. Nanyang Technological University Singapore.