Di tengah memburuknya hubungan Afganistan dan Pakistan, India menata ulang kebijakan terhadap Kabul. Kunjungan Menlu Taliban Amir Khan Muttaqi ke New Delhi bisa menjadi titik balik hubungan kedua negara.
Menteri Luar Negeri Afghanistan, Amir Muttaqi melakukan perjalanan dengan izin khusus yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBBFoto: Alexander Nemenov/AFP
Muttaqi dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar untuk membahas isu kontra-terorisme, hubungan dagang, serta bantuan kemanusiaan dan pembangunan yang diberikan India kepada Afganistan.
Kunjungan tersebut hanya bisa terlaksana setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan pengecualian sementara terhadap larangan bepergian yang dikenakan pada Muttaqi. Langkah ini dipandang sebagai peluang bagi New Delhi untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap pemerintahan Taliban, tanpa memberikan pengakuan resmi.
Diplomasi hati-hati India
Muttaqi juga diperkirakan akan meminta India agar mengizinkan rezim Taliban menempatkan utusan resmi di Kedutaan Afganistan di New Delhi, serta memperluas staf konsulat Afganistan di Mumbai dan Hyderabad.
Selama lebih dari empat tahun terakhir, India menjalankan strategi diplomasi yang hati-hati: menjaga kontak kemanusiaan dengan Kabul, sambil tetap membatasi hubungan resmi di tingkat diplomatik.
Pada Juni 2022, sekitar sepuluh bulan setelah Taliban mengambil alih Kabul, India mengirimkan "tim teknis” untuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan, dan meninjau cara terbaik mendukung rakyat Afganistan. Sejak saat itu, Taliban terus menekan agar New Delhi mengizinkan penempatan perwakilan mereka di Delhi.
Pada November 2023, pejabat senior Kementerian Luar Negeri India, JP Singh, mengadakan beberapa pertemuan dengan perwakilan Taliban, termasuk pertemuan penting dengan Menteri Pertahanan Taliban, Mullah Mohammad Yaqoob. Sinyal keterlibatan yang lebih kuat terlihat awal tahun ini ketika diplomat senior Vikram Misri berkunjung ke Afganistan, disusul dengan undangan resmi bagi Muttaqi untuk bertemu Jaishankar di New Delhi.
Hubungan yang kian mencair ini, terjadi seiring memburuknya hubungan antara Pakistan dan kelompok fundamentalis tersebut. Islamabad semakin geram atas maraknya serangan lintas perbatasan yang dilakukan oleh militan yang beroperasi dari wilayah Afganistan, bahkan sempat melancarkan serangan udara ke wilayah tersebut.
Upaya Warga Afganistan Menyelamatkan Diri dari Taliban
Ribuan warga berusaha menyelamatkan diri dari Afganistan setelah Taliban mengambil alih kekuasan. Negara Barat berupaya menerbangkan warga sipil keluar dari bandara Kabul setelah penerbangan komersial dihentikan.
Foto: AFP/Getty Images
Warga Afganistan yang putus asa berusaha masuk bandara Kabul
Banyak keluarga di Afganistan semakin putus asa dan berusaha untuk masuk ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Terdapat anak-anak di antara kerumunan yang mencoba melakukan upaya terakhir untuk melarikan diri dari Taliban yang berhasil menguasai ibu kota Kabul dengan mudah.
Foto: REUTERS
Rakyat Afganistan hadapi masa depan yang tidak pasti
Sejak penarikan pasukan AS dan NATO dilancarkan, warga Afganistan menghadapi keputusan yang sulit: tetap tinggal dan berharap pasukan pemerintah menahan gerak maju milisi Taliban atau melarikan diri ke negara-negara tetangga. Setelah Taliban merebut Kabul dengan mudah, banyak warga terjebak dalam ketidakpastian, tanpa indikasi yang jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Foto: REUTERS
Kerumunan warga di bandara Kabul
Bandara utama Kabul menjadi tempat kerumunan orang yang putus asa. Ribuan orang berharap bisa naik pesawat dan melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Negara-negara Barat bergegas mengevakuasi warga mereka sendiri dan beberapa karyawan lokal. Penerbangan komersial dari dan keluar negara itu dihentikan total.
Foto: AFP/Getty Images
Taliban menguasi istana presiden
Setelah jatuhnya ibu kota Kabul dengan mudah, milisi Taliban langsung menguasai istana presiden Afganistan. Rekaman langsung menunjukkan komandan dan anggota Taliban duduk di dalam istana, menyatakan kemenangan mereka setelah pasukan Afganistan menyerah tanpa bertempur.
Foto: Zabi Karim/AP/picture alliance
Takut penerapan aturan Islam garis keras
Banyak yang takut penerapan aturan Islam garis keras. Walau dalam sebuah pernyataan Taliban mengklaim, tidak akan membalas dendam terhadap mereka yang mendukung aliansi dukungan AS. Perempuan sebagian besar dilarang ikut pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan (1996-2001). Warga di Kabul buru-buru hapus gambar yang mungkin tak disukai Taliban.
Foto: Kyodo/picture alliance
Melintasi perbatasan ke Pakistan
Di saat ribuan warga yang berusaha kabur menyerbu bandara Hamid Karzai, sejumlah warga Afganistan lainnya menyeberangi perbatasan memasuki Pakistan. Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmed mengatakan kepada DW, pemerintah telah menutup perbatasan dengan Afganistan di Torkham.
Foto: Jafar Khan/AP/picture alliance
Taliban kembali berkuasa setelah penarikan pasukan AS
AS dan sekutunya memasuki Afganistan setelah serangan teror 11 September 2001, dan menaklukan Taliban. Ketika konflik 20 tahun berakhir secara tiba-tiba dengan penarikan pasukan AS dan NATO, pasukan pemerintah Afganistan dengan cepat runtuh tanpa dukungan.
Foto: Hoshang Hashimi/AP Photo/picture alliance
Kepemimpinan Taliban
Taliban memerintah negara itu dari tahun 1996 hingga 2001 dan memberlakukan interpretasi hukum Syariah Islam yang ketat. Taliban didirikan di bawah kepemimpinan Mullah Umar. Haibatullah Akhundzada sekarang menjadi pemimpin tertinggi, sementara salah satu pendiri lainnya Mullah Baradar (foto) mengepalai sayap politik.
Foto: Social Media/REUTERS
Taliban mengibarkan bendera mereka
Taliban mengklaim siap mengendalikan negara itu, dan menyatakan tidak akan membahayakan warga sipil yang telah bekerja sama dengan pasukan Barat. "Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afganistan dan akan menjamin perlindungan yang diperlukan," kata juru bicara politik Taliban Mohammad Naeem kepada Al Jazeera. Sebuah klaim yang agak sulit dipercaya semua pihak.
Foto: Gulabuddin Amiri/AP/picture alliance
Wanita dan anak-anak berisiko tinggi
Perempuan, anak-anak dan minoritas lainnya kemungkinan besar akan sangat menderita di bawah rezim Taliban. Perempuan dan anak perempuan dilarang menjalani pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan, situasinya berubah setelah dilancarkan invasi yang dipimpin AS pada 2001.
Foto: Paula Bronstein/Getty Images
Presiden Ghani melarikan diri
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur meninggalkan negara itu pada 15 Agustus. "Untuk menghindari pertumpahan darah, saya pikir yang terbaik adalah keluar," katanya, tetapi ia menekankan akan terus berjuang untuk negara.
Foto: Rahmat Gul/AP Photo/picture alliance
Mantan Presiden Karzai desak perdamaian
Para pemimpin Afganistan telah membentuk dewan untuk bertemu dengan Taliban dan mengelola transfer kekuasaan. Mantan Presiden Hamid Karzai, yang merupakan bagian dari dewan mengatakan, ini "untuk mencegah kekacauan dan mengurangi penderitaan rakyat," dan untuk mengelola "pengalihan kekuasaan secara damai".
Foto: Mariam Zuhaib/AP Photo/picture alliance
AS dan Eropa lakukan evakuasi
Jerman mengerahkan pesawat militer untuk membantu evakuasi diplomat, warga negaranya dan staf lokal dari Afganistan setelah menutup kedutaan besarnya di Kabul. AS, Inggris, dan Arab Saudi juga mengevakuasi pasukan, diplomat dan pejabat lain dari negara tersebut.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
13 foto1 | 13
Taliban perluas pengaruh diplomatik
"Dengan menjalin hubungan dengan kekuatan regional besar seperti India, Taliban berupaya memperluas jangkauan diplomatiknya melampaui Pakistan dan Cina," kata Gautam Mukhopadhaya, mantan Duta Besar India untuk Afganistan.
"Langkah ini sebagian dimaksudkan untuk menantang klaim Pakistan bahwa mereka tak tergantikan dalam urusan Afganistan. Taliban generasi kedua ingin menunjukkan kemandirian dari Islamabad, memanfaatkan kedekatan historis antarwarga, khususnya di kalangan Pashtun, serta kepentingan keamanan bersama untuk membangun citra sebagai mitra tepercaya,” ujarnya kepada DW.
"Selain itu, ini juga merupakan upaya Taliban menampilkan diri sebagai aktor yang relevan secara internasional di tengah perhatian dari AS, Cina, dan Rusia,” tambahnya.
Di sisi lain, India juga baru-baru ini bergabung dengan Cina, dan Rusia dalam menolak seruan Presiden AS Donald Trump, untuk mempertahankan kehadiran militer di pangkalan udara Bagram. Dalam pernyataan bersama, New Delhi menegaskan bahwa kehadiran militer asing di kawasan dianggap "tidak dapat diterima” bagi stabilitas regional. Langkah India ini dinilai sebagai pesan diplomatik berlapis kepada Washington.
Rezim Taliban, menurutnya, ingin memperluas cakupan interaksi dan mencari legitimasi internasional, sementara India berupaya memperkuat keterlibatannya secara bertahap dengan penguasa de facto Afganistan untuk merebut kembali ruang strategisnya di kawasan.
India kini memiliki peluang untuk meningkatkan kehadirannya di Kabul melalui bantuan pembangunan, peningkatan kapasitas, bantuan teknis, serta pemberian visa untuk keperluan pendidikan dan medis.
Namun, D'Souza menekankan bahwa tidak bijak menganggap Taliban hanya ingin menjalin hubungan eksklusif dengan India. "Taliban ingin mempertahankan kebijakan luar negeri yang seimbang, sesuatu yang telah berulang kali disampaikan Muttaqi,” ujarnya.
Misi Evakuasi Kabul
Ribuan orang telah dievakuasi dari Afganistan sejak Taliban mengambil alih kendali pertengahan Agustus lalu. Tetapi masih banyak yang tertinggal dan menghadapi risiko pembalasan Taliban.
Foto: U.S. Air Force/Getty Images
Helikopter AS mengevakuasi personel kedutaan
Saat Taliban memasuki ibu kota, sebuah helikopter militer Chinook AS mengevakuasi warganya dari Kedutaan Besar AS di Kabul pada 15 Agustus 2021. Jerman juga mengirim dua helikopter yang lebih kecil ke Kabul untuk membantu upaya evakuasi.
Foto: Wakil Kohsar/AFP/Getty Images
Perjuangan untuk mencapai bandara internasiomal Kabul
Ribuan orang bergegas ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 16 Agustus dan hari-hari berikutnya, penuh dengan harapan bisa meninggalkan Afganistan. Adegan dramatis terlihat saat ribuan orang mencoba mengakses bandara.
Foto: Reuters
Putus asa untuk melarikan diri dari Taliban
Upaya untuk melarikan diri dari Afganistan menyebabkan ratusan orang berlari di samping pesawat yang lepas pandas. Adegan berbahaya itu menyebabkan beberapa kematian karena banyak yang terjatuh dari pesawat saat lepas landas, bahkan sisa bagian tubuh manusia juga ditemukan di roda pendaratan pesawat.
Foto: AP Photo/picture alliance
Taliban kembali memegang kendali setelah dua dekade
Setelah memerangi pasukan Afganistan dan internasional selama dua dekade, Taliban kembali menguasai Afganistan dan masuk ke Kabul
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Aman — untuk saat ini
Orang-orang memadati penerbangan yang akan membawa mereka keluar dari Afganistan. Orang-orang di pesawat angkut Angkatan Udara Jerman ini terbang ke Tashkent, Uzbekistan. Sebagian besar pesawat militer yang meninggalkan Kabul menuju ke Uzbekistan, Doha atau Islamabad di mana penumpang diproses dan melakukan perjalanan ke tujuan lain.
Foto: Marc Tessensohn/Bundeswehr/Reuters
Uluran bantuan
Pengungsi Afganistan di Pangkalan Udara AS Ramstein di Jerman sangat membutuhkan pasokan bantuan. Pangkalan Udara menyediakan penginapan sementara bagi ribuan pengungsi dari Afganistan sebagai bagian dari Operasi Sekutu Pengungsi.
Foto: Airman Edgar Grimaldo/AP/picture alliance
Kehidupan di bawah pemerintahan Taliban
Wanita Afganistan berpakaian burqa berbelanja di sebuah pasar di Kabul pada 23 Agustus, beberapa hari setelah Taliban mengambil alih negara itu. Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM mengeluarkan seruan mendesak bantuan dana sebesar 24 juta dollar AS untuk menopang lebih dari 5 juta orang yang terlantar di Afganistan dan hidup dalam kondisi "sangat genting".
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Lintasan aman
Seorang Marinir AS mengawal seorang anak ke keluarganya selama operasi evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 24 Agustus 2021. Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi bahwa Amerika Serikat akan menarik semua pasukan pada 31 Agustus.
Foto: Sgt. Samuel Ruiz/U.S. Marine Corps/Reuters
Ribuan orang tertinggal
Bahkan ketika ribuan orang terus berkumpul di bandara Kabul, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan warga Amerika agar tidak bepergian ke bandara. Serangan bom bunuh diri terjadi di luar area Bandara Internasional Hamid Karzai, menewaskan banyak orang. Penjabat Duta Besar AS untuk Afganistan mengatakan "tidak diragukan lagi akan ada" banyak orang berisiko tidak dapat meninggalkan negara itu.
Foto: REUTERS
Lelah dari pelarian yang mengerikan
Banyak dari mereka yang berhasil melarikan diri dari Afganistan melaporkan emosi yang campur aduk, mengatakan bahwa mereka merasa beruntung telah pergi dengan selamat tetapi masih putus asa atas nasib ribuan orang yang tidak dapat melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Keluarga ini dievakuasi dari Kabul dan menuju ke pusat pengungsian AS di Dulles, Virginia, 25 Agustus 2021. (kp/hp)
Foto: Anna Moneymaker/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Taliban jaga jarak dari Pakistan
Lebih dari sekadar hubungan bilateral, kunjungan ini juga memiliki implikasi terhadap relasi India dengan kekuatan besar lain seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran, dan Cina, yang masing-masing memiliki tingkat dialog berbeda dengan Taliban.
Menurut Harsh Pant, Kepala Program Kajian Strategis di lembaga think tank Observer Research Foundation (ORF) di New Delhi, Taliban tampaknya berusaha untuk tidak memusuhi India.
"Normalisasi yang hati-hati lewat kunjungan dan dialog bertahap, menunjukkan adanya rasa percaya diri baru di India terhadap pemerintahan Taliban, yang sebelumnya tidak ada ketika mereka pertama kali kembali berkuasa,” katanya kepada DW.
"Selama ini, Taliban berusaha tampil sebagai aktor independen. Mereka tidak ingin Afganistan menjadi perpanjangan tangan Pakistan. Bahkan, Taliban telah menolak upaya militer Pakistan yang ingin menjadikan Afganistan sebagai ‘pendalaman strategis' dalam menghadapi India,” ujar Pant, menyoroti keseriusan Taliban dalam menjalin hubungan dengan New Delhi.
India incar keuntungan strategis
Pant menambahkan, India kemungkinan besar akan terus menjalin hubungan dengan Taliban, bukan hanya atas dasar kemanusiaan, tetapi juga demi kepentingan strategis.
"Tujuannya adalah agar hubungan Afganistan dan Pakistan tidak kembali seperti pada 1980-an,” katanya, merujuk pada periode ketika Pakistan mendukung kelompok Mujahidin Islamis selama pendudukan Uni Soviet di Afganistan.
Selain itu, peran Cina yang berupaya memperbaiki hubungan antara Kabul dan Islamabad juga menjadi faktor yang ingin dikendalikan India.
Pant, yang juga pengajar di King's College London, menilai kedua pihak kini berupaya membangun mekanisme keterlibatan yang lebih kuat. "Mereka sudah menjalin kontak dengan berbagai negara, dan dengan hubungan Taliban–Pakistan yang kini memburuk, India menjadi mitra yang semakin penting,” ujarnya.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris