1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Taliban ke India Isyaratkan Arah Baru Diplomasi

9 Oktober 2025

Di tengah memburuknya hubungan Afganistan dan Pakistan, India menata ulang kebijakan terhadap Kabul. Kunjungan Menlu Taliban Amir Khan Muttaqi ke New Delhi bisa menjadi titik balik hubungan kedua negara.

Menteri Luar Negeri Afghanistan Amir Khan Muttaqi menghadiri konsultasi Moscow Format tentang Afghanistan di Moskow pada 7 Oktober.
Menteri Luar Negeri Afghanistan, Amir Muttaqi melakukan perjalanan dengan izin khusus yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBBFoto: Alexander Nemenov/AFP

India memang belum mengakui pemerintahan Taliban di Afganistan. Namun demikian, New Delhi siap menyambut Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi, untuk kunjungan selama sepekan mulai Kamis (09/10) ini.

Muttaqi dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar untuk membahas isu kontra-terorisme, hubungan dagang, serta bantuan kemanusiaan dan pembangunan yang diberikan India kepada Afganistan.

Kunjungan tersebut hanya bisa terlaksana setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan pengecualian sementara terhadap larangan bepergian yang dikenakan pada Muttaqi. Langkah ini dipandang sebagai peluang bagi New Delhi untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap pemerintahan Taliban, tanpa memberikan pengakuan resmi.

Diplomasi hati-hati India

Muttaqi juga diperkirakan akan meminta India agar mengizinkan rezim Taliban menempatkan utusan resmi di Kedutaan Afganistan di New Delhi, serta memperluas staf konsulat Afganistan di Mumbai dan Hyderabad.

Selama lebih dari empat tahun terakhir, India menjalankan strategi diplomasi yang hati-hati: menjaga kontak kemanusiaan dengan Kabul, sambil tetap membatasi hubungan resmi di tingkat diplomatik.

Pada Juni 2022, sekitar sepuluh bulan setelah Taliban mengambil alih Kabul, India mengirimkan "tim teknis” untuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan, dan meninjau cara terbaik mendukung rakyat Afganistan. Sejak saat itu, Taliban terus menekan agar New Delhi mengizinkan penempatan perwakilan mereka di Delhi.

Pada November 2023, pejabat senior Kementerian Luar Negeri India, JP Singh, mengadakan beberapa pertemuan dengan perwakilan Taliban, termasuk pertemuan penting dengan Menteri Pertahanan Taliban, Mullah Mohammad Yaqoob. Sinyal keterlibatan yang lebih kuat terlihat awal tahun ini ketika diplomat senior Vikram Misri berkunjung ke Afganistan, disusul dengan undangan resmi bagi Muttaqi untuk bertemu Jaishankar di New Delhi.

Hubungan yang kian mencair ini, terjadi seiring memburuknya hubungan antara Pakistan dan kelompok fundamentalis tersebut. Islamabad semakin geram atas maraknya serangan lintas perbatasan yang dilakukan oleh militan yang beroperasi dari wilayah Afganistan, bahkan sempat melancarkan serangan udara ke wilayah tersebut.

Taliban perluas pengaruh diplomatik

"Dengan menjalin hubungan dengan kekuatan regional besar seperti India, Taliban berupaya memperluas jangkauan diplomatiknya melampaui Pakistan dan Cina," kata Gautam Mukhopadhaya, mantan Duta Besar India untuk Afganistan.

"Langkah ini sebagian dimaksudkan untuk menantang klaim Pakistan bahwa mereka tak tergantikan dalam urusan Afganistan. Taliban generasi kedua ingin menunjukkan kemandirian dari Islamabad, memanfaatkan kedekatan historis antarwarga, khususnya di kalangan Pashtun, serta kepentingan keamanan bersama untuk membangun citra sebagai mitra tepercaya,” ujarnya kepada DW.

"Selain itu, ini juga merupakan upaya Taliban menampilkan diri sebagai aktor yang relevan secara internasional di tengah perhatian dari AS, Cina, dan Rusia,” tambahnya.

Di sisi lain, India juga  baru-baru ini bergabung dengan Cina, dan Rusia dalam menolak seruan Presiden AS Donald Trump, untuk mempertahankan kehadiran militer di pangkalan udara Bagram. Dalam pernyataan bersama, New Delhi menegaskan bahwa kehadiran militer asing di kawasan dianggap "tidak dapat diterima” bagi stabilitas regional. Langkah India ini dinilai sebagai pesan diplomatik berlapis kepada Washington.

Peluang India perluas pengaruh di Afghanistan

Kunjungan Muttaqi juga menandai adanya "pertemuan kepentingan antara India dan Afganistan,” kata Shanthie Mariet D'Souza, pakar urusan Afganistan.

Rezim Taliban, menurutnya, ingin memperluas cakupan interaksi dan mencari legitimasi internasional, sementara India berupaya memperkuat keterlibatannya secara bertahap dengan penguasa de facto Afganistan untuk merebut kembali ruang strategisnya di kawasan.

India kini memiliki peluang untuk meningkatkan kehadirannya di Kabul melalui bantuan pembangunan, peningkatan kapasitas, bantuan teknis, serta pemberian visa untuk keperluan pendidikan dan medis.

Namun, D'Souza menekankan bahwa tidak bijak menganggap Taliban hanya ingin menjalin hubungan eksklusif dengan India. "Taliban ingin mempertahankan kebijakan luar negeri yang seimbang, sesuatu yang telah berulang kali disampaikan Muttaqi,” ujarnya.

Taliban jaga jarak dari Pakistan

Lebih dari sekadar hubungan bilateral, kunjungan ini juga memiliki implikasi terhadap relasi India dengan kekuatan besar lain seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran, dan Cina, yang masing-masing memiliki tingkat dialog berbeda dengan Taliban.

Menurut Harsh Pant, Kepala Program Kajian Strategis di lembaga think tank Observer Research Foundation (ORF) di New Delhi, Taliban tampaknya berusaha untuk tidak memusuhi India.

"Normalisasi yang hati-hati lewat kunjungan dan dialog bertahap, menunjukkan adanya rasa percaya diri baru di India terhadap pemerintahan Taliban, yang sebelumnya tidak ada ketika mereka pertama kali kembali berkuasa,” katanya kepada DW.

"Selama ini, Taliban berusaha tampil sebagai aktor independen. Mereka tidak ingin Afganistan menjadi perpanjangan tangan Pakistan. Bahkan, Taliban telah menolak upaya militer Pakistan yang ingin menjadikan Afganistan sebagai ‘pendalaman strategis' dalam menghadapi India,” ujar Pant, menyoroti keseriusan Taliban dalam menjalin hubungan dengan New Delhi.

India incar keuntungan strategis

Pant menambahkan, India kemungkinan besar akan terus menjalin hubungan dengan Taliban, bukan hanya atas dasar kemanusiaan, tetapi juga demi kepentingan strategis.

"Tujuannya adalah agar hubungan Afganistan dan Pakistan tidak kembali seperti pada 1980-an,” katanya, merujuk pada periode ketika Pakistan mendukung kelompok Mujahidin Islamis selama pendudukan Uni Soviet di Afganistan.

Selain itu, peran Cina yang berupaya memperbaiki hubungan antara Kabul dan Islamabad juga menjadi faktor yang ingin dikendalikan India.

Pant, yang juga pengajar di King's College London, menilai kedua pihak kini berupaya membangun mekanisme keterlibatan yang lebih kuat. "Mereka sudah menjalin kontak dengan berbagai negara, dan dengan hubungan Taliban–Pakistan yang kini memburuk, India menjadi mitra yang semakin penting,” ujarnya.

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Fika Ramadhani

Editor: Agus Setiawan

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait