Wakil Presiden AS Mike Pence akan mengunjungi empat negara Asia dan Australia bulan ini. Agenda utamanya untuk menegaskan kembali aliansi Amerika Serikat di Asia-Pasifik.
Iklan
"Selama perjalanannya, wakil presiden AS akan menegaskan komitmen Presiden Trump bagi aliansi dan kemitraan AS di kawasan Asia-Pasifik, memperkenalkan agenda ekonomi pemerintahan AS, dan menggarisbawahi dukungan tak tergoyahkan bagi pasukan kami di dalam dan luar negeri," demikian pernyataan yang dirilis Gedung Putih di Washington hari Kamis (6/4).
Pernyataan itu dikeluarkan sesaat sebelum Presiden Donald Trump menerima kunjungan kepala negara Cina, Xi Jinping, yang juga akan membahas garis-garis besar kebijakan AS di Asia.
Pence dijadwalkan tiba di Seoul tanggal 16 April dan melakukan pembicaraan dengan pejabat Presiden Hwang Kyo-ahn dan Ketua Majelis Nasional Chung Sye-kyun. Dia dan istrinya, Karen Pence, serta dua anak perempuan mereka kemudian akan merayakan liburan Paskah dengan tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan.
Selanjutnya Pence akan berada di Tokyo mulai 18 April untuk bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan menghadiri forum ekonomi AS-Jepang.
Dari Jepang, Wakil Presiden AS Mike Pence akan berkunjung ke Indonesia mulai 20 April dan melakukan rangkaian pembicaraan dengan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Sekretaris Jenderal ASEAN di Jakarta.
Pence akan melanjutkan kunjungan ke Australia 22 April dan bertemu dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull bersama dengan Menteri Luar Negeri Julia Bishop dan para pemimpin lainnya.
Wakil Presiden AS akan mengakhiri kunjungannya ke Asia Pasifik di Hawaii, di mana ia juga akan bertemu dengan pasukan AS dan mengunjungi situs peringatan serangan Jepang ke Pearl Harbor tahun 1941.
Ini adalah perjalanan Mike Pence yang pertama ke wilayah Asia Pasifik. Presiden AS Donald Trump minggu ini memperingatkan Korea Utara dan menyatakan bahwa AS akan bertindak secara sepihak jika diperlukan untuk menghentikan agresi Korea Utara. Isu ini juga akan dibahas dalam pertemuan Trump dengan pemimpin Cina Xi Jinping di Florida.
8 Alutsista Cina yang Ditakuti Amerika Serikat
Bukan mustahil dua kekuatan adidaya dunia, AS dan Cina, suatu saat akan terlibat dalam perang terbuka. Kendati masih di atas angin, inilah delapan alasan kenapa Washington harus waspada terhadap kekuatan militer Cina
Foto: picture-alliance/AP Photo
Pesawat Tempur Chengdu J-20
Chengdu J-20 adalah rival terbesar F-22 Raptor milik AS. Kedua pesawat sama-sama memiliki daya jelajah tinggi dan memiliki kemampuan terbang siluman alias tidak terdeteksi radar. Kendati baru tahap pengembangan, J-20 diyakini akan memberikan keunggulan udara buat militer Cina di Laut Cina Selatan.
Foto: AP
Dong-Feng 26
Berapapun banyaknya kapal induk yang dimiliki Amerika Serikat, tidak satupun berguna jika menghadapi peluru kendali yang satu ini. Dong-Feng 26 dikembangkan sebagai rudal antar benua yang melesat dengan kecepatan Mach 10. Varian sebelumnya, DF-21, bahkan oleh militer AS dijuluki sebagai "pembunuh kapal induk." Berdaya jelajah 4000 km, DF-26 diyakini mampu menyerang pangkalan militer AS di Guam.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Wong
Roket Hipersonik WU-14
Sejak beberapa tahun Cina serius mengembangkan senjata hypersonic layaknya X-51A (gambar) yang dimiliki militer AS. Puncaknya adalah empat ujicoba yang dilakukan militer Cina antara 2014-2015, tiga diantaranya berlangsung sukses. Tidak banyak yang diketahui tentang WU-14 atau Dong-Feng DZ, kecuali bahwa pesawat berkecepatan 12.000km/jam itu mampu membawa hulu ledak nuklir.
Foto: Reuters/US Air Force
Kapal Induk Liaoning
Awalnya Liaoning adalah kapal induk Uni Sovyet kelas Admiral Kuznetsov yang dibeli dengan dalih akan dijadikan tempat perjudian oleh seorang pengusaha Macau. Ukraina saat itu melarang kapalnya digunakan untuk keperluan militer. Tapi alih-alih hotel judi, kapal bernama awal Warjag itu malah menjadi kapal induk pertama Cina. Berbekal pengalaman dengan Liaoning, Cina kini mengincar kapal induk kedua.
Foto: Getty Images/AFP
Tank Tempur Utama T99A2
Memasuki generasi ketiga, tank tempur T99 teranyar milik Cina dilengkapi dengan berbagai persenjataan dan teknologi modern seperti peluru kendali anti tank yang dipandu laser. Dikembangkan sejak 2007, T99A2 mulai diproduksi secara massal tahun 2009. Analis militer menilai T99A2 banyak meniru desain tank Perancis, Leclerc, atau M1 Abrams milik militer Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/dpa/F.Maohua
Kapal Angkut Amfibi Tipe 071
Melindungi wilayah perairan seperti Laut Cina Selatan akan mustahil tanpa keberadaan kapal angkut amfibi. Saat ini Cina memiliki tiga jenis kapal amfibi tipe 071. Ketiganya mampu mengangkut satu batalyon pasukan infanteri, 18 kendaraan lapis baja dan dilengkapi dengan ajungan pendaratan untuk helikopter atau juga hoovercraft.
Foto: imago/ITAR-TASS/Y. Smityuk
Rudal Anti Satelit
Januari silam Kongres AS mewanti-wanti pemerintah ihwal kemampuan Cina menghancurkan satelit militer. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing memang diyakini sedang sibuk memodifikasi sistem peluru kendalinya seperti Dong-Neng 2 atau Dong-Feng 21 untuk membidik satelit. AS khwatir Cina akan mampu menghancurkan sistem satelit navigasi miliknya yang penting untuk mengumpulkan data intelijen.
Foto: picture alliance/AP
PLA Unit 61398
Bermarkas di Pudong, unit militer yang satu ini menjadi sumber serangan cyber terhadap aset ekonomi dan militer AS dalam beberapa tahun terakhir. Cina meyakini kedigdayaan di dunia maya akan menentukan perang masa depan. Serangan cyber terhadap aset sipil seperti pembangkit listrik misalnya akan berakibat fatal. Unit 61398 ditengarai cuma satu dari 20 unit militer cyber yang dimiliki Cina saat ini