Kunjungi Cina Putin Cari Dukungan soal Upaya Perang Ukraina
16 Mei 2024
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Cina untuk melakukan pertemuan selama dua hari dengan sekutunya, Xi Jinping. Kunjungan kedua Putin dalam kurun enam bulan ini akan berfokus soal bantuan militer dan keuangan.
Iklan
Usai terpilih kembali, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Beijing pada Kamis (16/05). Kunjungan kenegaraan selama dua hari ke Cina ini merupakan lawatan kedua Putin dalam kurun waktu enam bulan.
Setelah lebih dari dua tahun semakin terisolasi secara global akibat meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, Putin kini mencari dukungan militer dan keuangan dari pihak sekutu, Cina. Pencarian dukungan ke Xi Jinping ini bertujuan untuk mempertahankan upayanya dalam menghadapi sanksi internasional yang semakin meningkat dan perang yang tidak dapat dimenangkan oleh pasukan Rusia, meskipun sudah memiliki keunggulan dalam hal persenjataan dan jumlah.
Saat mendarat, Putin disambut dengan penghormatan militer oleh pejabat Cina.
Putin memuji Xi Jinping atas bantuannya untuk membangun sebuah "kerja sama strategis” dengan Rusia.
"Ini merupakan kemitraan strategis antar kedua negara yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga saya memilih Cina sebagai negara pertama yang saya kunjungi setelah menjabat kembali sebagai presiden,” kata Putin kepada kantor berita Cina, Xinhua.
Inilah Persenjataan Jerman yang Disuplai untuk Perang Ukraina
Jerman mulanya dikritik mitra NATO, karena dinilai lamban memasok persenjataan berat ke Ukraina. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, persenjataan modern dari Jerman sudah dikirim dan dikerahkan dalam perang di Ukraina.
Foto: Marcus Brandt/dpa/picture alliance
Tank artileri pertahanan udara Gepard
Sedikitnya 30 tank pertahanan udara tipe Gepard dari Jerman sudah ikut bertempur di Ukraina. Dipersenjatai meriam ganda kaliber 35 mm, Gepard mampu menembak sasaran pesawat tempur, helikopter tempur, atau drone hingga ketinggian 3.500 meter. Tank ini juga bisa dikerahkan menyasar tank atau panser di darat.
Foto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance
Howitzer - Panzerhaubizte 2000
Panser Howitzer 2000 dari Bundeswehr ini sedikitnya sudah 10 unit dikirim ke medan tempur di Ukraina. Dilengkapi meriam kaliber 155 mm, panser artileri otonom ini mampu menghancurkan sasaran pada jarak hingga 40 km. Panser bisa melaju hingga kecepatan 60 km/jam dan dapat melewati genangan air hingga kedalaman 1,5 meter.
Foto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance
Pelontar rudal MARS 2
Sedikitnya tiga unit pelontar rudal multi MARS 2 sudah dikirim ke Ukraina. Bersama dengan sistem artileri jarak menengah itu, juga dikirim ratusan rudalnya yang mampu mencapai sasaran sejarak 80 km. Pelontar mampu menembakkan hingga 12 roket dalam semenit, untuk menyasar terget pada jarak 16 hingga 85 km.
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance
Sistem artileri pertahanan udara IRIS T SLM
IRIS T SLM mampu menangkal serangan rudal, roket, drone, atau helikopter tempur pada ketinggian hingga 20 km. Satu unit sistem pertahanan udara paling modern yang harganya sekiar 145 juta euro ini sudah dioperasikan di Ukraina. Ironisnya, angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr, hingga kini belum punya sistem arhanud ini.
Foto: Joerg Carstensen/picture alliance
Tank pembangun jembatan Biber
Pemerintah di Berlin menjanjikan pengiriman 16 unit tank pembangun jembatan tipe Biber. Enam unit dijanjikan dikirim hingga akhir tahun 2022, sisanya tahun depan. Rentang jembatan hingga 22 m, lebar 4 m, dan hanya dalam hitungan waktu menit. Jembatan mampu menahan bobot hingga 55 ton atau setara satu unit tank Gepard.
Foto: Patrik Stollarz/AFP via Getty Images
MANPADS Stinger
Sistem pertahanan udara portabel Stinger sudah dikirim saat awal pecah perang di Ukraina. Berlin sudah mengirim sedikitnya 500 unit Stinger ke medang perang Ukraina. Senjata ini dipuji sangat efektif menghancurkan sasaran pesawat tempur atau helikopter hingga ketinggian 4.000 m. Roket yang ditembakkan akan mengejar sasaran secara otonom dan biasanya meledakkan tanki bahan bakar pesawat.
Foto: Ingo Wagner/dpa/picture alliance
Senjata penghancur Bunker dan Panser
Jerman sudah mengirimkan ribuan unit senjata portable penghancur bunker dan panser ini sejak awal perang Ukraina. Ditembakan dari pundak serdadu, amunisi bisa menyasar objek diam hingga 400 m atau objek bergerak hingga 300 m. Amunisinya bisa menembus baja pelindung panser setebal 300 mm atau mengancurkan bunker beton bertulang baja setebal 240 mm. (as/ha)
Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance
7 foto1 | 7
Hubungan "tanpa batas”
Dalam sebuah pertemuan di tahun 2022 saat seluruh dunia mengecam keputusan Putin untuk menginvasi Ukraina, Cina dan Rusia memaknai kedekatan mereka sebagai hubungan yang "tidak memiliki batas”.
Iklan
Berkat mendukung Moskow, pihak Beijing mendapat keuntungan berupa pasokan minyak dan gas yang murah dari Rusia. Hanya saja, Cina semakin mendapat tekanan dari negara-negara Barat, di mana perbankan mereka mendapat ancaman sanksi dari Amerika Serikat (AS) yang dapat mengganggu akses Cina ke pasar keuangan internasional.
Serangan Moskow: Putin Mengisyaratkan Adanya Keterlibatan Ukraina
01:06
Sebelum perjalanan ini, Kremlin mengatakan Putin dan Xi Jinping akan "mendefinisikan area-area penting dalam pembangunan kerja sama Rusia-Cina, dan bertukar pendapat soal isu internasional dan regional" dalam diskusi "kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis" antara kedua negara.
Saat pertemuan antara Xi Jinping dan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada April 2024, pihak Washington memperingatkan Beijing agar menghentikan bantuannya terhadap "agresi perang yang brutal di Ukraina."
Menjelang kunjungan Putin ini, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyimpulkan kemitraan kedua negara otoriter ini dengan mengatakan bahwaMoskow dan Beijing "secara obyektif tertarik untuk mempertahankan kepemimpinannya dalam upaya membangun tatanan dunia yang lebih adil dan demokratis."
Kedua pimpinan negara, belum lama ini mengubah konstitusi masing-masing negara demi mempertahankan kekuasaan seumur hidup, dan dituduh menggunakan kekuatan militer negara untuk mengintimidasi negara tetangga.