1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kurang Tenaga Kerja Berkualifikasi Tinggi

4 Juni 2012

Di Jerman tenaga kerja berkualifikasi tinggi semakin dirasakan kekurangannya. Terutama di bidang matematika, informatika, ilmu alam dan teknik. Pemerintah Jerman masih mencari jalan keluar.

ARCHIV - Der Doktorand der Technischen Universität Chemnitz, Roman Funke, beschäftigt sich am 14.04.2011 im Labor der Fakultät Maschinenbau mit der Oberflächenfeingestalt beim orthogonalen Drehfräsen. Nordrhein-Westfalen steht vor einem drastischen Arbeitskräftemangel: Ohne ein entschiedenes Gegensteuern verliert das bevölkerungsreichste Bundesland bis 2025 rund 1,3 Millionen Erwerbspersonen, darunter etwa eine Million Fachkräfte, wie die Regionaldirektion NRW der Bundesagentur für Arbeit am Mittwoch (12.10.2011) mitteilte. Bei den Akademikern herrscht Mangel an Ärzten und Ingenieuren. Der Verband Deutscher Ingenieure (VDI) zählt aktuell (September 2011) eine Lücke von 13 000 Ingenieuren.   Foto: Hendrik Schmidt dpa/lnw +++(c) dpa - Bildfunk+++
Gambar simbol kurangnya tenaga kerja berkualifikasi tinggi di JermanFoto: picture-alliance/dpa

Sebulan sekali, kantor urusan pekerjaan di Jerman menerbitkan laporan. Dulu, di masa bertambahnya pengangguran, hari penerbitan laporan itu menjadi salah satu hari yang paling tidak menyenangkan. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir itu berubah. Tetapi walaupun angka penganggur berkurang, jumlah lowongan bertambah. Bulan Mei lalu, jumlahnya hampir setengah juta, jadi 29.000 lebih banyak dari bulan sama tahun lalu.

Yang paling dicari adalah pekerja di bidang mekatronik, elektronik dan logam, juga di bidang pembuatan mesin dan kendaraan, di bidang logistik, kesehatan, juga perdagangan. Di bidang teknologi informasi juga masih dicari banyak pekerja. Bernhard Rohleder, pemimpin utama ikatan pengusaha bidang itu, Bitkom, melaporkan adanya lowongan sebanyak 38.000.

"Di bidang ini kami tahu, kami sebenarnya dapat mencapai keuntungan sekitar 1,5 milyar Euro lebih banyak. Tetapi pekerja yang memungkinkan peraihan keuntungan itu tidak ada." Kurangnya tenaga kerja berkualifikasi tinggi tampak jelas di semua perusahaan dan mencegah inovasi. "Karena siapa yang bisa menghasilkan inovasi, selain orang-orang yang memang mampu?" demikian ditambahkan Rohleder.

Gambar simbol kurangnya tenaga kerja berkualifikasi tinggi di JermanFoto: picture-alliance/dpa

Tiga Pilar Untuk Atasi Kekurangan

Rohleder menyebutkan tiga pilar, yang harus menunjang penjaminan cukupnya tenaga kerja berkualifikasi tinggi. Optimalisasi sistem pendidikan Jerman, mobilisasi perempuan yang saat ini tidak bekerja dan orang-orang lanjut usia, serta modernisasi politik imigrasi. Tetapi migrasi pekerja tampaknya sudah sulit di dalam wilayah Uni Eropa. Memang banyak orang mencari pekerjaan akibat krisis utang. Meski demikian, warga Yunani, Spanyol dan Portugal tampaknya ragu datang ke Jerman.

Itu juga dibenarkan Heinrich Alt, kepala Kantor Urusan Pekerja. Ia mengatakan, tahun ini tingkat imigrasi tenaga kerja diprediksi akan mencapai sektiar 150.000. Banyak perusahaan sudah menawarkan lowongan secara terarah di luar negeri, tetapi hanya untuk pekerjaan tertentu, misalnya bagi insinyur, atau untuk bidang-bidang yang disebut MINT, yaitu matematika, informatika, ilmu alam dan teknik. Dari penawaran lowongan yang diberikan di luar negeri, hasilnya hanya sedikit, ujar Heinrich Alt.

Jerman Kurang Menarik

Jumlah tenaga kerja berkualifikasi tinggi yang datang dari negara-negara di luar Uni Eropa juga sedikit. Dengan mulai diberlakukannya "Blue Card" di Uni Eropa, insinyur atau pekerja bidang-bidang lainnya sudah disambut kedatangannya, jika di Jerman mereka bisa mendapat pekerjaan dengan penghasilan 35.000 Euro per tahun. Tetapi itu tidak cukup. Begitu pendapat kepala Bitkom, Rohleder. Ia menceritakan pengalamannya dengan seorang pekerja di bidang informatika dari India.

Gambar simbol "Blue Card" untuk EropaFoto: picture-alliance/chromorange

Ketika dikatakan harus ke Jerman, pekerja dari India itu bertanya apa kesalahannya. Baginya Jerman adalah negara di mana buah arbei tumbuh. Mungkin ia juga kenal nama seorang pemain sepak bola Jerman, dan sebuah merek mobil Jerman. Tetapi baginya, yang menjadi tenaga kerja berkualifikasi tinggi di bidang informatika, datang ke Jerman sama seperti dihukum. Jerman bukan negara impian.

Statistik juga menunjukkan kecenderungan sama. Tahun 2011, 1221 dokter dari negara-negara non Uni Eropa datang ke Jerman, di tahun sebelumnya hanya 795. Jumlah insinyur bertambah dari 300 menjadi 1191. Selama Jerman tidak menarik bagi tenaga kerja asing yang berkualifikasi tinggi, situasi itu tidak akan berubah.

Jindam Shrikant dari India, yang bekerja pada perusahaan kerjasama Jerman-India di Dresden.Foto: picture-alliance/dpa

Tetapi oposisi di Berlin menilai imigrasi bukan jalan utama untuk mengatasi kurangnya tenaga kerja berkualitas tinggi. Pertama-tama potensi warga Jerman sendiri harus ditingkatkan. Setiap tahun, 65.000 remaja meninggalkan sekolah tanpa menyelesaikan pendidikan. Demikian keluhan kepala fraksi Partai Sosial Demokrat (SPD) di parlemen, Hubertus Heil.

Pengangguran Terlalu Tinggi

Selain itu, terlalu banyak warga Jerman tidak menghasilkan apa pun karena terlalu lama menganggur dan situasi pasaran tenaga kerja yang sulit. Heil juga menyinggung KTT tentang pekerja dan tawaran pekerjaan yang diadakan tahun lalu, yang tidak menghasilkan apa-apa.

Koalisi pemerintah Kristen Demokrat dan Sosialis (CDU/CSU) serta partai liberal FDP berpendapat berbeda. Menurut pemerintah tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini sudah ada, juga kerjasama dengan bidang ekonomi. Neraca dari inisiatif di bidang perekrutan tenaga kerja berkualifikasi tinggi yang dimulai tahun lalu, akan dapat dilihat Selasa (05/06), saat Kanselir Angela Merkel membuka pertemuan berikutnya, di istana Meseberg.

Sabine Kinkartz / Marjory Linardy

Editor: Christa Saloh