Lagi, Delapan Orang Ditemukan Nyaris Tewas di Truk Kontainer
28 Oktober 2019
Delapan orang, termasuk empat anak-anak, ditemukan dalam sebuah truk kontainer, kali ini di Calais, Prancis pada Minggu (27/10). Mereka dirujuk ke rumah sakit karena menunjukkan gejala hipotermia.
Suhu di truk yang ditemukan di Prancis kali ini menunjukkan tujuh derajat Celsius. Delapan orang itu dibawa ke rumah sakit karena menderita hipotermia, seperti yang dikatakan pemerintah Prancis. Para migran mengatakan mereka berasal dari Afghanistan.
Dua pengemudi truk berpendingin yang berasal dari Rumania telah ditangkap. Sejauh ini belum diketahui dari mana asal truk tersebut.
Penyelundup manusia telah berulang kali membawa para pengungsi ke Eropa secara ilegal dengan menggunakan truk.
Lima hari lalu, Inggris dikagetkan dengan penemuan 39 mayat di sebuah kontainer truk di sebelah timur ibu kota Inggris, London.
Sementara itu Cina mengatakan pihaknya berharap Inggris dapat dengan cepat mengidentifikasi 39 orang yang ditemukan tewas ini.
Polisi Inggris pada awalnya mengatakan bahwa para korban berasal dari Cina. Tetapi sejak berita diturunkan, puluhan keluarga asal Vietnam melaporkan telah kehilangan kerabat mereka dan curiga bahwa mereka termasuk di antara korban yang tewas.
Asisten Menteri Luar Negeri Cina, Chen Xiaodong, pada Senin (28/10) meminta komunitas internasional bekerja sama melawan migrasi ilegal. Chen mengatakan bahwa kasus ini "harus ditangani bersama dan diselesaikan oleh semua pihak yang berkepentingan agar kita dapat mencegah tragedi seperti ini terjadi lagi di masa depan. "
Beredar pesan teks dari korban
Vietnam adalah salah satu dari tiga negara teratas asal para migran diselundupkan ke Inggris.
Seorang perempuan muda dikatakan telah mengabarkan orang tuanya di Vietnam bahwa ia nyaris sekarat saat berada di dalam truk. "Saya tidak bisa bernafas, saya akan mati," ujar sebuah pesan teks yang diperoleh media Inggris, BBC.
"Perjalanan saya ke negara asing menjadi langkah yang sangat salah," tulis perempuan itu. Apakah perempuan yang dimaksud ini termasuk salah satu dari 39 korban, hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi secara resmi.
Menurut polisi, identifikasi jenazah kemungkinan dipersulit oleh kerabat para korban yang juga tinggal secara ilegal di Inggris dan takut untuk mendatangi pihak berwenang.
Karena itu pihak penyelidik berjanji untuk tidak menuntut siapa pun yang menghubungi kepolisian dalam kasus ini. Masih belum jelas kapan dan di mana ke 39 orang ini menaiki truk.
ae/ts (dpa, AP, afp)
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.