Nyaris 300 pengungsi Rohingya tiba di Aceh pada Senin (07/09), setelah sedikitnya enam bulan terombang-ambing di atas lautan. Ini merupakan gelombang pengungsi terbesar yang datang sejak tahun 2015 silam.
Iklan
Hampir 300 pengungsi Rohingya kembali ‘berlabuh‘ di perairan Aceh, tepatnya di Pantai Ujong Blang, kecamatan Banda Sakti, Kota Lhoksumawe, pada Senin (07/09) dini hari. Mereka mengaku sedikitnya sudah enam bulan terombang-ambing di atas lautan.
“Dari keterangan mereka, sudah tujuh bulan di laut,“ kata staf UNHCR Lhoksumawe, Oktina, dikutip dari kantor berita AFP.
Komandan Rayon Militer 16 Banda Sakti, Kapten Roni Mahendra, menceritakan bahwa kapal yang mengangkut para pengungsi Rohingya ini sudah terlihat oleh nelayan setempat beberapa kilometer dari bibir pantai Ujong Blang pada Minggu (06/09) malam sebelum akhirnya bersandar pada Senin (07/09) dini hari.
Sesampainya, para pengungsi dilaporkan langsung berhamburan dan berlarian meninggalkan kapal memasuki perkampungan warga dalam tiga kelompok besar. “Kami membujuk mereka dan meminta bantuan warga untuk mengumpulkan mereka,” ungkap Roni.
“Satu orang dari 102 pria, 181 perempuan, dan 14 anak-anak, dalam kondisi sakit dan segera dibawa ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan,“ tambahnya.
Dilaporkan sebanyak 30 orang tewas di tengah perjalanan dan telah dilarung ke laut.
Sementara itu, Kepala Palang Merah Kota Lhoksumawe, Junaidi Yahya, menjelaskan saat ini para pengungsi telah dievakuasi ke tempat penampungan sementara di Gedung Balai latihan Kerja (BLK) Lhoksumawe.
Potret Warga Rohingya Rela Bertaruh Nyawa di Lautan Hingga Terdampar di Aceh
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan kelaparan dan kehausan di atas kapal motor rusak di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Ini bukan kali pertama etnis yang terusir dari Myanmar ini terdampar di perairan Indonesia.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terombang-ambing di lautan
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan terombang-ambing di atas sebuah kapal di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Mereka ditemukan oleh nelayan sekitar yang kebetulan sedang melintas di sekitar lokasi. Ini bukan kali pertama sebuah kapal motor bermuatan puluhan bahkan ratusan pengungsi Rohingya terdampar di perairan Aceh Utara.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Bertaruh nyawa
Para pengungsi rela bertaruh nyawa melintasi lautan selama berminggu-minggu dengan perbekalan minim. Mereka yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak ini, berharap dapat mengadu nasib dan mencari pekerjaan di negara tujuan. Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA) melaporkan sebanyak 15 pengungsi tewas di perjalanan dan dilarung ke laut. Diduga akan ada kapal-kapal lain yang menyusul.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terusir dari rumah
Kaum Rohingya yang berasal dari Myanmar ini, terpaksa mencari suaka ke negara-negara Asia Tenggara lainnya karena etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Mereka kerap dianiaya, dikucilkan, dan diusir ke kamp-kamp pengungsian setelah penumpasan militer tahun 2017 silam. Bahkan dalam laporan PBB tahun 2018 dilaporkan adanya pembunuhan massal 10 ribu kaum Rohingya di Rakhine.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Rasa kemanusiaan
Para pengungsi kemudian ditampung sementara di Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Aceh. Meski dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, tidak menyurutkan niat masyarakat setempat untuk menyelamatkan para pengungsi tersebut. "Ini tidak lebih dari rasa kemanusiaan dan bagian dari tradisi kami para nelayan Aceh Utara," ujar Hamdani salah seorang nelayan yang ikut mengevakuasi para pengungsi dilansir Reuters.
Foto: Getty Images/AFP/R. Mirza
Non-reaktif Covid-19
Dari hasil pemeriksaan cepat (rapid test) virus corona yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dilaporkan seluruh pengungsi Kaum Rohingya yang terdampar di perairan Pantai Seunuddon, Kabupaten Aceh utara, Rabu (24/06), non-reaktif Covid-19. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Selain rapid test, pemeriksaan kesehatan secara umum juga turut dilakukan.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
Apresiasi dunia internasional
Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann mengapresiasi Indonesia yang telah menyelamatkan para pengungsi Kaum Rohingya. Organisasi non-pemerintah Amnesty International juga memuji mayarakat Aceh yang telah menunjukkan rasa solidaritas kemanusiaan mereka. Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan resminya Jumat (26/06) berjanji akan penuhi kebutuhan dasar dan kesehatan 99 pengungsi Rohingya.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
6 foto1 | 6
DW Indonesia mencoba menghubungi Kepala Dinas Sosial Kota Lhoksumawe, Ridwan Jalil, atas langkah-langkah yang akan diambil pemerintah setempat terkait nasib etnis yang tidak diakui sebagai warga negara Myanmar ini. Tetapi hingga berita ini diturunkan, yang bersangkutan belum memberikan tanggapan.
Kedatangan pengungsi hari ini merupakan gelombang terbesar yang ada sejak tahun 2015. Indonesia sendiri memang dikenal sebagai salah satu negara tujuan yang diincar kaum Rohingya. Sebelumnya, pada akhir Juni, sebanyak 97 pengungsi Rohingya ditemukan terombang-ambing di atas kapal motor yang rusak di perairan Aceh Utara. Mereka akhirnya diselamatkan nelayan setempat.
Diyakini sedikitnya 800 pengungsi Rohingya berlayar dari Cox’s Bazar, Bangladesh, awal tahun ini mencari suaka ke negara-negara Asia Tenggara lain. Dalam laporan PBB tahun 2018 disebutkan adanya pembunuhan massal 10 ribu kaum Rohingya di Rakhine, Myanmar.