1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lagu Persahabatan Cina Sulut Amarah Filipina

30 April 2020

Sebuah musik video yang dirilis Cina untuk rayakan persahabatan dengan Filipina jadi bumerang setelah mendapat kecaman netizen di internet. Padahal, lagu ini merupakan bagian dari diplomasi corona yang dijalankan Cina.

Kapal patroli milik Filipina | Küstenwachen-Schiffe Philippinen, Hintergrund China
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe

Konflik Laut Cina Selatan (LCS) tidak membisu di tengah pandemi corona. Jika dua pekan lalu perang kata-kata berkecamuk antara Cina dan Thailand di media-media sosial, kini giliran Filipina yang bersitegang dengan jiran di seberang laut.

Prahara teranyar berawal ketika Kedutaan Besar Cina di Manila merilis sebuah lagu untuk merayakan persahabatan kedua negara dalam memerangi wabah corona. Hanya saja, lagu tersebut diberi judul "Lisang Dagat,” atau "Satu Laut."

Sontak warga Filipina meradang. Belum lama ini kedua negara bersitegang ihwal klaim teritorial di LCS. Alhasil, video musik yang diunggah ke Youtube itu dibanjiri komentar miring, termasuk dari pengguna di negara lain di Asia Tenggara. 

Hingga berita ini diturunkan, video itu sudah ditonton sebanyak lebih dari 700.000 kali dengan 3.356 tanda suka dan 194.000 tidak suka. 

Menolak "bersatu” dengan Cina

Sebagian besar warganet mengecam apa yang mereka nilai sebagai upaya Cina merundung negeri jiran dalam kasus Laut Cina Selatan. Mereka bahkan menyebut warga negara Filipina yang terlibat dalam pembuatan video sebagai "pengkhianat.” 

"Kita harus menghentikan iblis Cina merajalela,” tulis seorang netizen. "Kami tidak bersatu dengan Cina,” tukas yang lain. Sementara seorang pengguna menilai video tersebut layaknya "tamparan pada wajah setiap warga Filipina.”

Netizen dari Taiwan, Vietnam dan beberapa negara Asia Tenggara lain ikut berembuk menyemuti kolom komentar dengan kata-kata pedas kepada Cina.

Klaim tumpang tindih di Laut Cina Selatan (LCS)

Lisang Dagat sebenarnya didedikasikan untuk tenaga medis di kedua negara. Dalam video tersebut, seorang dokter Cina terlihat menyumbangkan perlengkapan medis, termasuk ratusan ribu masker wajah dan alat tes.

"Karena cintamu yang mengalir layaknya gelombang, kita berjalan ke masa depan yang cerah, kamu dan aku dalam satu lautan,” begitu bunyi penggalan lirik lagu tersebut.

Momentum pelik

Sebagian warganet kini berusaha mempopulerkan sebuah lagu dari tahun lalu berjudul "Save our Seas" yang dibuat seniman dari Filipina, Vietnam dan Malaysia. Lagu yang dibuat sebagai reaksi atas hegemoni Cina di LCS itu antara lain mengandung kalimat "pertahankan laut kita,” dalam liriknya.

Lagu itu dirilis sehari setelah Filipina melayangkan nota protes yang menolak langkah Cina menetapkan wilayah adiminstrasi atas kepulauan Spratly dan menuduh pasukan penjaga perbatasan Cina membidik kapal Angkatan Laut Filipina dengan amunisi tajam.

Pekan lalu, Cina juga dituduh mengirimkan pasukan penjaga perbatasan dan kapal survei untuk mengganggu operasi pengeboran minyak oleh Malaysia. Insiden itu ikut mengundang kehadiran kapal perang Amerika Serikat dan Australia.

Kisruh di media sosial antara warganet di Asia Tenggara dan Cina bukan kali pertama terjadi. Pertengahan April silam netizen Thailand bahu-membahu dengan warga Taiwan dan Hong Kong ketika kaum nasionalis Cina melontarkan hujan kecaman terhadap seorang model Thailand.

Model bernama Nevvy itu sebelumnya berkomentar bahwa virus corona berasal dari sebuah laboratorium di Cina. Amarah warga Cina kian tersulut ketika netizen menguggah ulang cuplikan komentar pacar sang model yang mengritik Beijing soal Laut Cina Selatan.

rzn/ae (rtr, ap)