1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menanami Area Bekas Tambang Batu Bara

Nicole Ris
6 November 2021

Jerman selama beberapa dekade gunakan penambangan terbuka untuk menggali batu bara muda. Seorang ahli biologi kini kembalikan banyak spesies langka ke lokasi itu.

Gambar menunjukkan tanah kering dan terpecah-pecah. Di latar belakang terlihat sejumlah cerobong asap.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul

Pertambangan terbuka seperti ini di Jerman, sudah hampir punah. Mesin-mesin berat yang dioperasikan di bagian Timur Jerman, akan berhenti mengeruk batu bara tahun 2023.

Selama beberapa dekade, penambangan di Jänschwalde jadi garansi bagi suplai energi dan lapangan kerja. Tapi ini sebenarnya juga bisnis kotor, dan jadi kontributor utama emisi CO2. Ini juga ibaratnya jadi pukulan berat bagi alam. Kawasan ini gundul sepenuhnya, dan kehilangan biodiversitas dan vegetasinya. Juga rumah penduduk.

Christina Grätz dibesarkan di desa yang digusur untuk memberikan tempat bagi sekop-sekop raksasa. Melihat bagaimana alam dan kampung halamannya lenyap, meninggalkan luka dalam hidupnya. Sekarang, Christina sudah jadi pakar biologi, dan memberikan kawasan gundul itu wajah baru. Tepatnya dengan mengembalikan flora lokal.

Vegetasi langka temukan habitat di Jantung Hijau

Padang rumput di tengah lahan pertambangan ini jadi jantung area konservasi yang luasnya 1.200 hektar. Disebutnya: Jantung Hijau. Di sinilah vegetasi langka menemukan habitatnya, misalnya tumbuhan bernama Latin, Melampyrum Arvense.

Surga Keanekaragaman Hayati di Bekas Tambang

04:00

This browser does not support the video element.

"Sebagai ahli botani saya bisa menangis kalau berada di sini. Areal ini menghangatkan hati saya karena sangat cantik,” kata Christina Grätz, dan menjelaskan juga, bahwa 90% dari vegetasi di sini terdapat dalam daftar merah spesies yang terancam.

Ini ibaratnya surga bagi satwa liar dan langka. Jantung Hijau adalah bagian pertama di kawasan pertambangan terbuka yang direstorasi tahun 2009. Ini adalah upaya bersama antara perusahaan batu bara lokal dan Christina Grätz, yang punya pengetahuan tentang tumbuhan liar. Pakar ekologi dari seluruh dunia datang untuk belajar dari proyek ini.

“Saya sekarang melihat area bekas tambang sebagai kesempatan baik bagi alam untuk meregenerasi diri.“ Itu akan jadi kawasan luas yang sepenuhnya diperuntukkan bagi alam, tanpa pemukiman. 

Perpaduan antara kebun tumbuhan lokal dan taman tenaga surya

Konsep ini, di masa depan akan diterapkan di lebih banyak kawasan. Sebuah contohnya: taman tenaga surya. Biasanya taman tenaga surya ditempatkan di lahan dengan sedikit variasi tumbuhan. Tapi di sini, ada kombinasi bagus berbagai tumbuhan bunga lokal. Dan bagi Christina Grätz ini pilar penting bagi bisnisnya.

Di dekat pertambangan terbuka, ia dan timnya menanam tumbuhan liar dan langka untuk proyek-proyek konservasi lokal dan Uni Eropa. Dan di sini jugalah, di lahan pertanian perusahaannya, mereka memproduksi campuran bibit.

Berbeda dengan tumbuhan yang dibudidayakan, bibit tumbuhan liar siap dipanen dalam waktu berbeda-beda. Dan hasilnya dipanen dengan tangan. Ini pekerjaan berat.

Ini bekerja sambil belajar, dan lukratif. Tergantung ukuran dan tekniknya, benih tanaman bisa berharga antara 35 sampai 1.600 euro per kilo. Di akhir tahun, Grätz dan rekan-rekannya akan memiliki 4 ton benih berharga. Bisnis ini didirikan 2011, dan hanya mempekerjakan dua orang. Sekarang sudah melibatkan 25 ilmuwan dan staf.

Semua mahluk hidup saling terkait

Aturan konservasi sekarang menuntut, hanya benih tanaman regional yang digunakan dalam proyek-proyek restorasi. Dan perusahaan Grätz adalah salah satu yang menawarkan ini. Selain juga menawarkan analisa pakar, menyelamatkan tumbuhan yang terancam punah, dan memindahkan koloni semut. Jadi tidak ada yang hilang. 

Bagi Christina Grätz, semua mahluk hidup di dunia ini, dan di alam semesta, saling berkaitan. Jadi kita saling memiliki. Manusia juga termasuk di dalamnya. “Jika saya kehilangan sebuah bagian, saya juga kehilangan sebagian dari seluruh alam semesta, dan sebagian dari diri saya sendiri. Itu juga jadi pendorong bagi saya."

Itu juga alasannya mengapa Christina Grätz ingin terus berusaha. Ketika tanah gundul di sekitar mulut pertambangan semakin berubah jadi hijau, dan bisnisnya terus berkembang, ia juga menawarkan pengetahuannya di luar Jerman.

Tepatnya di lokasi, di mana masih ada tambang terbuka, dan di areal yang bisa dihidupkan kembali dengan berbagai tumbuhan lokal.

(ml/ts)