Terbunuhnya Santoso(Abu Wardah)—burun nomer wahid kasus terorisme—tak otomatis memupus ancaman terorisme. Benar terorisme diperangi di Indonesia,namun lahan suburnya: radikalisme tak disikapi serius.Opini M. Guntur Romli
Iklan
Selama radikalisme tumbuh subur, maka terorisme akan cepat berkembang-biak dengan cepat. Saya ibaratkan terorisme di Indonesia memiliki ajian “rawa rontek” yang memberikan hidup abadi. Konon, ajian yang disebut dengan “pancasona” ini selama tubuh masih menyentuh tanah/bumi, meski tubuh itu sudah terpenggal, akan menyambung dan hidup lagi. Demikian pula dengan terorisme.
Selama radikalisme dibiarkan, malah acap kali masuk dalam kanal politik praktis dan digunakan rezim kekuasaan sebagai pemukul lawan politik—terorisme tidak akan pernah mati. Benar Santoso Abu Wardah telah mati, tapi “jiwa teror” Santoso akan merasuki tubuh-tubuh lain dalam ranah radikalisme yang akhirnya menjelma Santoso-Santoso baru.
Terorisme tidak pernah mati di Idonesia terbukti dengan lahirnya beberapa lintas generasi. Tito Karnavian saat menjadi Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pernah menyebut “gelombang kedua” terorisme dengan munculnya aksi-aksi terror terkait ISIS di Indonesia pasca bom di Sarinah Januari 2016.
Jakarta, Pasca Teror
Setelah terjadinya serangan teror di Thamrin, Jakarta, bagaimana warga menyikapinya? Gerakan kolektif warga dengan tajuk "Kami Tidak takut" mengajak masyarakat Jakarta untuk bangkit dan menentang aksi kekerasan.
Foto: picture-alliance/dpa/Roni-Bintang
Bunga duka cita
Seorang perempuan tampak meletakkan bunga di depan sebuah kafe di Thamrin, Jakarta, dimana hari Kamis (15/01) terjadi ledakan dan serangan teror.
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
Bersatu dalam damai
Sehari setelah serangan teror, warga turun ke jalan dalam aksi damai. mereka menyerukan persatuan menentang aksi kekerasan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
#PrayForJakarta
Para pekerja berdiri di depan kafe dan layar elektronik raksasa yang memperlihatkan pesan #PrayForJakarta.
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
Tua muda
Dalam aksi damai tersebut, laki-perempuan, tua-muda campur baur menyuarakan hal yang sama, menentang aksi teror.
Foto: picture-alliance/dpa/Roni-Bintang
Sudah di bawah kendali
Presiden Joko "Jokowi" Widodo juga menyerukan agar warga tidak takut atas aksi teror. Ia mengatakan: "Yang paling penting adalah situasinya kini sudah di bawah kendali."
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Syuflana
Dari balik jendela
Pasca serangan teror, situasi di Jakarta kembali normal. Warga kembali melakukan aktivitasnya. Mereka yang melintas di tempat kejadian perkara peristiwa ledakan, masih mencermati lokasi insiden dari moda transportasi.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Weda
Kami tidak takut
Kami tidak takut menjadi gerakan bersama warga menentang tindak kekerasan di kota mereka, maupun dimana saja di muka bumi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
Pengamanan
Meski demikian, pihak keamanan masih berjaga-jaga di sejumlah lokasi penting. Insiden Kamis (14/01) telah memakan tujuh korban jiwa, lima pelaku teror dan dua warga sipil.
Foto: picture-alliance/AA/A. Rudianto
8 foto1 | 8
Santoso Abu Wardah yang kini mati ditembak polisi pun terkait jaringan ISIS di Indonesia. Sedangkan terorisme “gelombang pertama” terkait dengan Al-Qaida pertama kali muncul pada tahun tahun 1999, yang dilanjutkan Bom Bali pertama dan kedua, bom Kuningan dan lain-lainnya sampai mereda pada tahun 2009 saat Densus 88 berhasil menembak mati dr Azahari di Batu, Jawa Timur.
Namun hemat saya, membagi terorisme di Indonesia hanya dua gelombang merupakan pandangan yang ahistoris, karena terorisme baik yang disebut gelombang pertama dan gelombang kedua tidak lain merupakan metamorfosis dari jaringan terorisme sebelumnya.
Dimulai dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Kartosuwiryo yang merupakan cikal-bakal kelompok teroris di Indonesia. DI/TII adalah kelompok teror lokal yang kemudian mengglobal setelah menerima sentuhan dari ideologi teror dari luar Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, kader-kader DI/TII ini mendapatkan indoktrinasi dari ideologi Jamaah Islamiyah (JI), Tandzimul Jihad dan Jamaah Takfir wal Hijrah yang tumbuh dan membesar di Mesir yang berhasil mengeksekusi Presiden Mesir Anwar Sadar tahun 1981.
Mulai dari DI/TII hingga ISIS
Masuknya ideologi teror ini ke Indonesia, mengubah tokoh-tokoh dan kader-kader DI/TII menjadi sosok teroris yang memiliki ideologi, visi dan cita-cita yang baru, yang sasarannya tidak hanya “musuh dekat” (al-‘aduww al-qarib)—seperti rejim pemerintahan yang disebut thagut (kafir, tiran) di negaranya juga mengidentifikasi dan menyasar “musuh jauh” (al-‘aduww al-ba'id) yang berada di luar teritori negaranya.
Apabila kita menurut kronologi terorisme di Indonesia, maka, ISIS merupakan “gelombang keempat” dengan perincian: gelombang pertama adalah DI/TII, gelombang kedua: Jamaah Islamiyah (JI), gelombang ketiga: Al-Qaida dan gelombang keempat: ISIS. Adapun tokoh-tokoh teror yang saat ini terkait dengan ISIS baik yang diburu oleh Densus 88 atau yang sudah masuk penjara, seperti Abu Bakar Baasyir dan Aman Abdurrahman merupakan metamorfosis dari kelompok-kelompok teror sebelumnya.
Jaringan terorisme lokal mengikuti perkembangan induk organisasi teror global, apabila satu kelompok dilihat lebih kuat baik dari sisi militer dan dana, maka, kelompok-kelompok teror lokal akan menyatakan sumpah setia (baiat) pada mereka. Meredupnya Al-Qaida pasca terbunuhnya Osama bin Laden, dan munculnya ISIS (Islamic State in Iraq and Sham) yang kemudian mendeklarasikan Khilafah Islam dan Negara Islam (Islamic State) secara global menarik simpati, dukungan dan sumpah setia dari kelompok-kelompok teror lokal di banyak negara. Misalnya dari Boko Haram di Nigeria, Abu Sayyaf di Mindanao Filipina dan jaringan JI-Al-Qaida di Indonesia yang sudah menyatakan sumpah setia pada ISIS.
Mengapa tak kehabisan anggota?
Oleh karena itu, jaringan terorisme global hanya melakukan rebranding , menyuplai dana hingga rekrutmen terhadap kelompok teror lokal. Namun masalah sebenarnya tetap dalam konteks lokal itu sendiri.
Mengapa kelompok teror lokal tidak pernah kehabisan amunisi dalam bentuk manusia? Karena radikalisme yang merupakan tempat persemaian dan tumbuhnya terorisme tidak pernah disikap secara serius. Ormas radikal, wacana radikal, hingga hate speech di Indonensia baik dalam bentuk website, pengajian, media sosial dan lain-lainnya sangat mudah tersebar. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang menyasar kelompok-kelompok minoritas keagamaan dibiarkan, bahkan didukung untuk memperoleh dukungan politik dari kelompok sentimen berbasis agama.
Ledakan Sarinah, Jakarta Berduka
Jakarta berduka. Sejumlah ledakan guncang areal Sarinah, Thamrin, Jakarta. Berikut sejumlah foto saat kejadian berlangsung.
Foto: Reuters/Beawiharta
Terjadi di sekitar Sarinah
Ledakan terdengar di kawasan Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis pagi, (14/1/2016) hingga sampai radius 2 km
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Penembakan
Setelah ledakan terjadi, polisi dan warga sekitar coba membantu korban. Namun tidak lama setelahnya terjadi aksi penembakan membabi buta dari arah Starbucks ke arah Jalan MH Thamrin. Seseorang tampak tergeletak.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Ledakan susulan
Ledakan susulan terjadi. Beberapa orang menjadi korban. seorang anggota kepolisian dilaporkan tewas.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Penjinak bom disiagakan
Anggota kepolisian dari unit penjinak bom tampak di sekitar lokasi kejadian.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Agung Rajasa
Pengamanan ekstra ketat
Polisi berhimpun di sebuah restauran di area dekat lokasi kejadian ledakan. Polisi menyebutkan aksis teror terjadi setelah sebelumnya sempat ada ancaman dari organisasi ISIS.
Foto: Reuters/Beawiharta
Polisi berjaga
Aparat kepolisan turun tangan, menjaga berbagai lokasi vital di jantung pusat bisnis Jakarta.
Foto: Reuters/Beawiharta
Pelaku ditembak
Polisi terlibat baku tembak dengan pelaku penyerangan. Beberapa pelaku penembakan tewas oleh timah peluru aparat.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Jakarta siaga satu
Karena teror ini, kondisi Jakarta dinyatakan berstatus Siaga I. Status ini diberlakukan sejak pukul 11.00 WIB Kamis, 14 Januari.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
TNI membantu polisi
Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo menginstruksikan pasukannya membantu kepolisian mengamankan seluruh titik ibu kota.
Foto: Reuters/Beawiharta
Penjagaan militer
Tentara berjaga-jaga di dekat tempat kejadian perkara. Disebut oleh Reuteres, seorang warga negara asing terbunuh akibat aksi teror ini.
Foto: Reuters/D. Whiteside
10 foto1 | 10
Kita masih menyaksikan Front Pembela Islam (FPI) yang identik dengan aksi-aksi kekerasan masih "dipakai" dalam politik di Indonesia. Demikian pula Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menyebut demokrasi, UUD 45 dan Pancasilan sebagai sistem kufur dan thagut masih bebas melakukan kaderisasi dan menyebarkan ideologi radikalnya. Padahal kita tahu, Bahrun Naim yang kini masuk list orang Indonesia yang gabung ISIS sebelumnya aktif dalam Hizbut Tahrir. Pelaku-pelaku teror di Indonesia baik yang melakukan bom bunuh diri sebelumnya menerima pelatihan dan pengaderan dari kelompok dan ormas radikal sebelum mereka ditahbiskan sebagai pelaku teror.
Kelompok dan ormas radikal adalah 'kawah candradimuka' untuk jaringan dan kelompok teror. Dari amatan kronologi generasi terorisme Indonesia yang sudah empat generasi ini, dapat diambil kesimpulan: jaringan dan pelaku teror di Indonesia tidak pernah kehilangan kader dan simpatisan. Bahkan, beberapa tokoh parpol politik (yang berbasis Politisasi Islam) dan tokoh-tokoh publik ikut menyerang Densus 88 sehingga terbentuk opini jaringan terorisme adalah konspirasi belaka dan muncul simpati pada pelaku teror dan keluarganya.
Inilah Negara Sarang Teroris
Indeks Terorisme Global merunut daftar negara-negara yang paling sering menjadi korban serangan teror. Kebanyakan berada di Arab, Asia Selatan dan Afrika. Sementara posisi Indonesia membaik
Foto: picture-alliance/dpa/S. Suna
1. Irak
Sebanyak 3370 serangan teror terjadi di Irak selama tahun 2014. Hampir 10.000 orang tewas dan 15.000 lainnya luka-luka. Serangan teror terbesar dilancarkan Islamic State saat menyerbu penjara di Badush, 10 Juni tahun lalu. Mereka membebaskan tawanan Sunni dan membunuh 670 narapidana Syiah.
Foto: SAFIN HAMED/AFP/Getty Images
2. Afghanistan
Sedikitnya 4500 korban jiwa dan 4700 luka-luka tercatat akibat 1591 serangan teror yang terjadi di Afghanistan tahun lalu. Setahun setelah pencabutan pasukan perdamaian internasional, hindukush masih berada di bawah bayang-bayang Taliban. Kelompok teror itu berulangkali dilaporkan melancarkan serangan kilat di provinsi Kundus yang memakan korban jiwa dari warga sipil.
Foto: Getty Images/AFP/J. Tanveer
3. Nigeria
Boko Haram tidak perlu banyak melancarkan serangan teror buat menghasilkan sebanyak mungkin korban. Dari 662 serangan, kelompok teror pimpinan Abu Bakar Shekau itu membunuh 7512 orang dan melukai 22.000 lainnya. Boko Haram pun menurut studi Vision of Humanity lebih getol membidik warga sipil dengan 77% korbannya berasal dari kelompok non militer tak bersenjata.
Foto: picture-alliance/AP Photo
4. Pakistan
Sebanyak 1821 insiden beraroma teror tercatat terjadi di Pakistan selama 2014. Geliat teror di negara bermayoritas mulsim itu menelan sedikitnya 1760 korban jiwa dan melukai 2836 lain. Ada banyak kelompok teror yang beroperasi di Pakistan. Tapi kelompok Tehrik-i-Taliban (TTP) adalah yang paling ganas. Desember 2014 silam mereka menyerbu sebuah sekolah di Peshawar dan membunuh 132 murid sekolah.
Foto: AFP/Getty Images/A Majeed
5. Suriah
Tidak mudah membedakan korban serangan teror dengan korban perang di negeri yang remuk oleh konflik seperti Suriah. Menurut Vision of Humanity, 2014 silam Suriah mencatat 1698 korban jiwa dari 232 insiden berbau teror. Islamic State adalah kelompok teror terbesar dengan jumlah korban jiwa 615 orang. Sementara Front Al Nusra berada di tempat kedua dengan 461 korban jiwa.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Akgul
6. India
India seakan berada di luar radar teroris sejak serangan mematikan di Mumbai 2008 silam. Tapi nyatanya Vision of Humanity mencatat 763 insiden yang menelan 416 korban jiwa selama 2014. Terorisme di India kebanyakan digalang oleh kelompok Komunis, Islamis atau separatis. Serangan terbesar tahun lalu dilancarkan oleh kelompok Maoist yang menyerang iring-iringan polisi dan membunuh 22 aparat keamanan
Foto: AP
7. Yaman
Sebanyak 512 serangan teror menewaskan sekitar 654 orang selama 2014 di Yaman. Kelompok Al-Qaida dan pemberontak Houthi adalah dua kekuatan terbesar. Al-Qaida adalah satu-satunya kelompok di Yaman yang menggunakan taktik bom bunuh diri. Yang terparah adalah ketika kelompok tersebut menyerang perayaan tahun baru di wilayah yang dikuasai Houthi dan membunuh 50 warga sipil.
Foto: Reuters/K. Abdullah
8. Somalia
Tahun lalu Somalia mencatat tahun paling berdarah dalam perang melawan terorisme: sebanyak 800 korban jiwa dari 469 insiden. Laskar Al-Shabbab adalah kelompok terbesar yang merongrong keamanan di negeri tanduk Afrika itu. Berkekuatan sebanyak 9000 gerilayawan, Al-Shabbab yang berafiliasi dengan Al-Qaida itu sering mengandalkan serangan bom untuk menyebar teror.
Foto: Getty Images/AFP/M. Abdiwahab
9. Libya
Libya mencatat lonjakan tajam sebesar 225% tahun 2014 dalam jumlah korban serangan teror. Tercatat negeri di utara Afrika itu mengalami 554 serangan yang menelan 429 korban jiwa. Ada banyak kelompok teror yang beroperasi di Libya, salah satunya adalah Islamic State.
Foto: Reuters/E.O. Al-Fetori
10. Thailand
Sebanyak 366 insiden berbau teror terjadi selama 2014 di Thailand dan menelan 156 korban jiwa. Gejolak terutama terjadi di wilayah selatan, di mana kelompok minoritas muslim Melayu berperang melawan pasukan pemerintah. Sekitar 60% serangan teror di Thailand berupa ledakan bom.
Foto: P. Kittiwongsakul/AFP/Getty Images
33. Indonesia
Posisi Indonesia banyak membaik, meski belum keluar dari jangkauan terorisme global. Sebanyak 27 insiden tercatat selama tahun 2014 dengan jumlah korban jiwa 12 orang. Jemaah Islamiyah merupakan kelompok terbesar. Belakangan Islamic State juga mulai menunjukkan geliarnya di tanah air.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Mati satu, tumbuh seribu
Tidak adanya politik kebangsaan dan minimnya kebijakan pemerintah yang mempunyai visi dan misi yang tegas yang memerangi radikalisme hanya akan mengabadikan lingkaran kekerasan akibat terorisme ini: “mati satu, tumbuh seribu”. Densus 88 memburu teroris, setelah mereka berhasil membunuhnya, namun tubuh itu dibiarkan jatuh pada bumi radikalisme, yang memberikan kehidupan kembali pada jaringan terorisme itu. Tindakan ini merupakan kesia-siaan belaka. Ada yang mengibaratkan: dalam memerangi terorisme pemerintah hanya memotong batang bambu, tapi tidak pernah bisa mencabut akarnya, karena membutuhkan kemauan dan pekerjaan yang lebih sulit dan menguras tenaga. Batang pohon bambu boleh rubuh, namun selanjutnya mudah tumbuh dan bahkan memunculkan tunas-tunas baru.
Demikianlah kisah peperangan terhadap terorisme di Indonesia yang tidak pernah mengurangi ancaman, karena terorisme di Indonesia seperti memiliki ajian “rawa rontek”, satu tubuh berhasil dirubuhkan Densus 88, tapi karena tanah/bumi radikalisme di Indonesia tidak pernah disiangi dari benih-benih teror, maka, terorisme akan terus mengancam. Imam Samudra, Amrozi, dr Azhari, Santoso dan lain-lainnya hanya nama, sosok-sosok lain akan terus menggantikannya.
Penulis:
Mohamad Guntur Romli, Kurator Diskusi di Komunitas Salihara
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
5 Fakta mengenai ISIS
ISIS telah berkembang menjadi satu organisasi yang kuat, multinasional. Kelompok ini mampu menggelar operasi besar yang canggih bertaraf internasional. Berikut beberapa fakta mengenai kelompok ini.
Foto: picture alliance/AP Photo
Perekrutan Serdadu
Dideklarasikan pada 29 Juni 2014, saat ini ISIS sudah berhasil meningkatkan anggota pasukan perangnya. Menurut satu laporan, pada tahun 2015 ISIS berhasil merekrut lebih dari 20.000 orang yang berasal dari sekitar 90 negara.
Foto: picture-alliance/abaca/Yaghobzadeh Rafael
Dana dari Peninggalan Bersejarah
Banyak situs sejarah, terutama di Suriah, diduga telah dirusak oleh kelompok ISIS. Bangunan serta wilayah kuno, museum dan situs arkeologi dijarah. Hasil jarahan ini diduga dimanfaatkan ISIS untuk mendanai aksi mereka.
Foto: Fotolia/bbbar
Populer lewat Eksekusi Mati
Kebrutalan dan kekejaman ISIS bisa dilihat dan dibuktikan dari video-video eksekusi yang mereka buat dan publikasikan. Berbagai cara keji diterapkan ISIS untuk menyebarkan ketakutan penduduk penggal kepala, gorok leher atau bahkan bakar hidup-hidup tahanan.
Foto: picture-alliance/dpa
Tahu Teknologi
Media sosial dipergunakan kelompok teroris ini untuk mengkampanyekan propaganda mereka. Mereka juga piawai dalam membuat video. Berbeda dengan video milik Al-Qaeda, yang lebih amatiran, video produksi ISIS kadang dilengkapi dengan background musik, gambar aksi dan khotbah yang telah mampu membuat banyak orang "merasa terpanggil“ bergabung dengan ISIS.
Foto: picture-alliance/AP
Biaya Operasi Terjamin
ISIS mampu membiayai sendiri operasi militernya. ISIS berupaya membangun jaringan di antara penduduk untuk mengamankan kucuran "sumbangan“. ISIS diduga secara sistematis lakukan pemerasan. Yang dijadikan sasaran adalah pengusaha kecil atau juga perusahaan besar, dan jika isunya benar bahkan pemerintah di wilayah yang berhasil dikuasainya.