Jika Indonesia gemah ripah loh jinawi, mengapa banyak yang terpaksa meninggalkan tanah air tercinta, mencari makan ke negara jiran? Perspektif Andibachtiar Yusuf.
Iklan
“Indonesia itu kan alamnya indah, tanahnya subur, kenapa sih kalian kok malah merantau ke sini?” tanya Yuli Sumpil -- dirigen Aremania, kelompok supporter Arema yang praktis dikenal sangat fanatik di tanah air.
Hari itu kami sedang transit di Kuala Lumpur, baru pulang dari sebuah festival film internasional di Imphal, Manipur, India. Fim dokumenter tentang Yuli yang saya buat, tayang di sana. Tentu saja saya mengajaknya sebagai sosok yang secara tak langsung melambungkan karya saya di negeri orang.
Di Kuala Lumpur, para Aremania datang menemui Yuli. Mereka beragam datang dari seluruh penjuru Malaysia. Mulai dari Kuala Trengganu, Malaka sampai Johor, berjam-jam waktu mereka habiskan di jalan, di atas bus, demi bertemu Yuli yang—saya yakin—mereka anggap sebagai pemimpin informal di tribun sepakbola.
Yuli belum pernah keluar negeri, inilah kali pertama ia bepergian mendatangi negeri orang. Pertanyaan tadi ia lontarkan pada rekan-rekan seasal daerah yang menyebut dirinya Aremania Malaya, alias para pendukung Arema yang bermukim di Malaysia.
Kenapa harus merantau?
Saya tak heran pada pertanyaan Yuli. Pasalnya semua buku pelajaran mulai dari kita SD sampai lulus SMA melukiskan betapa indah dan suburnya alam Nusantara yang kini bersatu menjadi Indonesia.
Lalu apa jawab mereka, Aremania Malaya yang tak lain dan tak bukan adalah TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negeri jiran? “Ah itu kan cuma di buku pelajaran saja, Sam (bahasa walikan Malang untuk “Mas”),” ujar salah satu dari mereka.
Pasola: Darah yang Tumpah Menyambut Panen
Pasola digelar setiap tahun di Sumba, merupakan salah satu tradisi paling berdarah. Masyarakat meyakini, darah yang tumpah dari pertempuran menjamin baiknya hasil panen mendatang. Mohammad Fadli mengabadikan ritual itu
Foto: Muhammad Fadli
Terpencil
Di Sumba barat, warga menggelar permainan Pasola di kampung-kampung terpencil seperti misalnya di Kodi dan Wonokaka. Tradisi turun-temurun ini dilakukan sebagai penghormatan kepada leluhur, yang diyakini akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi lahan pertanian setempat.
Foto: Muhammad Fadli
Tradisi Kuno
Pasola adalah sebuah tradisi kuno dari Sumba. Aktivitas ini dikategorikan sebagai olahraga ekstrim sekaligus budaya ritual. Pasola digelar rutin setiap tahun untuk menyambut musim panen. Di medan perang, prajurit Pasola menunggang kuda dan menggunakan tombak sebagai senjata mereka. Namun, kecelakaan fatal masih sering terjadi.
Foto: Muhammad Fadli
Kuda Sumba
Johanes Ndara Kepala, adalah seorang ksatria kawakan Pasola. Dia memandikan kudanya di Sungai Waiha, dekat desanya Waingapu, Kodi. Sumba adalah salah satu pusat penangkaran kuda yang terbaik di Indonesia.
Foto: Muhammad Fadli
Doa dan Berkat
Sebelum dimulainya pertempuran, kuda harus diberkati oleh Rato (tetua adat spiritual Sumba). Upacara Pasola ini terjadi hanya sekali dalam setahun, pada bulan Februari atau Maret. Tanggal tepatnya diputuskan oleh para pemimpin spiritual yang diumumkan satu atau dua minggu sebelum festival, menjelang musim panen.
Foto: Muhammad Fadli
Mantra dan Tombak Melesat
Seorang ksatria Pasola membedal kudanya sebelum melempar tombak ke arah musuh. Pasola bergerak seiring irama kuno. Diawali dengan mantra. Kemudian berdoa kepada para dewa dan melakukan perembukan hingga akhirnya tombak pun terbang.
Foto: Muhammad Fadli
Hari Suci
Massa berkumpul di sisi arena Pasola di Kodi. Banyak warga di daerah ini percaya pada ritual kuno yang disebut Marapu. Hari-hari di sekitar acara Pasola dianggap sebagai hari suci. Banyak dari mereka berasal dari desa-desa yang jauh dan khusus datang ke Kodi untuk menonton Pasola.
Foto: Muhammad Fadli
Para Ksatria Pemberani
Seorang prajurit Pasola bersiap untuk melemparkan tombaknya ke arah musuh. Pasola berasal dari kata Sola atau Hola berarti semacam lembing yang digunakan dengan cara dilempar ke arah lawan yang juga sama-sama menunggang kuda. Penunggang kuda untuk ritual ini biasanya laki-laki terampil berpakaian adat.
Foto: Muhammad Fadli
Tombak Menghantam Lawan
Seorang prajurit Pasola terkena tombak musuh. Aksi sengit yang amat melelahkan. Jika prajurit tak hati-hati, ia bisa terkena tombak lawan dan terjatuh dari kuda.
Foto: Muhammad Fadli
Pemenang
Seorang ksatria Pasola merayakan kejayaannya. Pasola menjadi perpaduan unik budaya dan olahraga. Suasana sangat meriah – penonton kadang-kadang agresif, suara penonton mengiringi suara kuda dan tombak yang terbang di udara.
Foto: Muhammad Fadli
Menanti Darah Tumpah
Sorak-sorai kerumunan penonton bergemuruh saat jagoan mereka memukul mundur musuh. Meskipun tombak kayu tidak lagi diasah setajam mungkin, terjadinya cedera serius masih menjadi bagian dari pertempuran. Di lain pihak, masyarakat percaya, darah yang jatuh ke bumi dalam acara Pasola merupakan hal penting dalam pembersihan dan pemurnian lahan pertanian.
Foto: Muhammad Fadli
Mengorbankan Mata
Kuda berderap dengan kecepatan penuh dan ksatria melemparkan tombak sekuat tenaga. Pasola cukup berbahaya bagi pesertanya. Foto ini adalah contohnya: salah seorang prajurit Pasola yang mata kirinya hampir buta karena pertempuran. Tapi, tidak akan ada balas dendam antara peserta setelah Pasola berakhir.
Foto: Muhammad Fadli
Generasi Berikutnya
Dua calon ksatria muda Pasola dari Tosi, Kodi mulai berlatih. Tradisi rakyat terus berlanjut. Mereka mengatakan tidak takut mati. Karena mereka percaya, kematian adalah pintu gerbang ke sebuah kerajaan yang kekal, di mana nenek moyang mereka tinggal.
Foto: Muhammad Fadli
12 foto1 | 12
Dengan yakin mereka pergi dari tanah kelahirannya, Jawa Timur karena sulitnya masuk lapangan pekerjaan di negeri subur bernama Indonesia itu. Bahkan satu dari mereka sudah meninggalkan kampungnya di Kepanjen, Kabupaten Malang, saat baru lulus SD. Bahasa Indonesia-nya parah. Ia lebih menguasai bahasa Melayu.
Awalnya saya pikir ia sombong. Namun kemudian saya sadar bahwa pria yang saat itu sudah berusia 25 tahun itu memang tak pernah benar-benar melewati fase berbahasa Indonesia yang di banyak daerah di Indonesia baru terjadi saat seseorang sudah duduk di bangku SMP.
Indonesia adalah negeri penuh ironi, tak usahlah jauh-jauh berkisah tentang para imigran di atas. Segala ilmu pengetahuan dan rujukan media selalu menyebut negeri ini sebagai ‘negeri agraris'.
Mengapa tak mau jadi petani atau nelayan?
Faktanya, ada berapa banyak petani yang rela anaknya meneruskan pekerjaannya sebagai petani? Juga sebagai negara dengan lautan terluas, ada berapa banyak nelayan yang dengan sukarela membiarkan anak-anaknya meneruskan pekerjaannya?
Menjadi petani atau nelayan adalah hal terakhir yang mereka pikirkan, bahkan juga kita semua pikirkan. Siapa mau bekerja dengan pendapatan di bawah standar dan untuk itu harus kerja keras bantinmg tulang?
Hal aneh tentu saja, mengingat lautan kita begitu kaya dan di tanah kita lah tumbuhan cabai yang di asalnya di benua Amerika hanya bisa tumbuh 21 macam, di Nusantara bisa menjadi 76 macam.
7 Komoditi Ekspor Andalan Indonesia
Sejumlah hasil bumi menjadi aset vital buat perekonomian nasional. Berikut komoditi ekspor Indonesia yang menjadi primadona di pasar internasional.
Foto: Tengku Bahar/AFP/Getty Images
Kelapa Sawit
Indonesia saat ini mendominasi pasar minyak sawit di dunia dengan produksi mencapai 31 juta ton per tahun. Terlepas dari rencana moratorium perkebunan sawit yang digagas pemerintahan Joko Widodo, Indonesia sempat berniat menggandakan produksi sawit hingga tahun 2030.
Foto: WWF/J. Morgan
Beras
Dari 744 juta ton beras yang diproduksi dunia, hampir 10% diantaranya berasal dari Indonesia. Jumlahnya mencapai 70,7 juta ton. Namun kapasitas produksi saat ini cuma mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Pemerintahan Joko Widodo berjanji akan meningkatkan kapasitas produksi dengan membuka lahan baru dan mengembangkan varian padi yang lebih efektif.
Foto: Saeed Khan/AFP/Getty Images
Batu Bara
Kalimantan yang kaya batu bara banyak mendatangkan hujan devisa buat negara. Setiap tahun Indonesia memproduksi batu bara setara 281 juta ton minyak bumi. Jumlah tersebut mencapai 7,2% dari total produksi dunia. Saat ini India telah menggeser Cina sebagai negara importir batu bara Indonesia terbesar.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Kakao
Produk andalan Sulawesi dan Sumatera ini termasuk primadona komoditi yang dimiliki Indonesia. Saat ini produksi kakao mencapai 712.231 ton yang menempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar ketiga dunia.
Foto: Fotolia
Energi Geothermal
Terletak di bibir Cincin Api Pasifik, Indonesia berlimpah energi panas bumi. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi geothermal di tanah air mencapai 28.000 MW. Saat ini sebagian besar energi panas bumi diproduksi di PLTP Gunung Salak.
Foto: imago/imagebroker
Biji Kopi
Indonesia adalah produsen biji kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Tapi soal efektifitas produksi kita banyak tertinggal ketimbang kedua negara tersebut. Saat ini produksi biji kopi Indonesia baru sebatas 800 kilogramm per hektar. Bandingkan dengan Brazil yang mencapai 2000kg/hektar atau Vietnam 1500kg/hektar.
Foto: Fotolia
Karet Alam
Produksi tahunan karet alam di Indonesia yang mencapai 3,2 juta ton tercatat yang terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Sebagian besar komoditi karet di Indonesia berasal dari Sumatera dan Kalimantan.
Foto: Tengku Bahar/AFP/Getty Images
7 foto1 | 7
Lautan kita dan isinya disikat oleh negeri asing. Bukan karena mereka berniat mencuri, tetapi memang banyak dari kekayaan itu sama sekali tidak dimanfaatkan olah warga Indonesia sendiri. Industri maritim kita jauh dari kata ideal apalagi sesuai dan layak dijadikan cita-cita.
Jurkam yang menganggur
Dunia agraria kita pun sebelas-duabelas. Petani penggarap seperti tak punya arti, lepas dari pekerjaan ini adalah keinginan mereka dan satu-satunya cara adalah menyekolahkan putra atau putri mereka ke bidang lain. Lho, mengapa bukan bidang agraria saja? Agar kemampuan ekonomis mereka meningkat. Ah…saya tak yakin para petani percaya pada masa depan di sektor itu- tegasnya, pada pekerjaan yang mereka geluti sendiri setiap hari.
Yuli termenung mendengar jawaban yang baginya sangat mematikan “Ayas (Saya ; pen) kok jadi kayak jurkam ya, bilang Indonesia subur padahal ayas (saya) saja menganggur,” desahnya.
Mereka mendesah tentang situasi kehidupan mereka yang bagai ayam mati di dalam lumbung, saya lalu mengingat di negeri dengan batas pantai terpanjang di muka bumi ini atlet surfing nya bisa dihitung dengan jari. Jadi juara dunia? Ah……itu sih cuma mimpi!
Komoditas Impor Terbesar Indonesia
Tahun 2014 Indonesia mengimpor produk senilai 178 milyar Dollar AS. Angka itu menempatkan Indonesia di peringkat 27 negara pengimpor terbesar di dunia. Apa saja barang yang paling banyak kita beli dan dari mana asalnya?
Foto: picture-alliance/dpa
1. Bahan Bakar Minyak, 26 Milyar Dollar AS
Setiap tahun Indonesia membeli produk minyak yang telah diolah senilai 26 milyar Dollar AS atau sekitar 339 trilyun Rupiah. Bahan bakar minyak menempati urutan teratas dalam daftar impor terbesar Indonesia. Singapura adalah sumber terbesar dengan 54%, disusul Malaysia 16% dan Korea Selatan 15%.
Foto: R. Gacad/AFP/Getty Images
2. Minyak Mentah, 12,1 Milyar Dollar AS
Setelah bahan bakar minyak, pemerintah juga gemar mengimpor minyak mentah dari luar negeri, nilainya mencapai 156 trilyun Rupiah. Sebagian besar minyak bumi didatangkan dari Arab Saudi (32%), Nigeria (26%) dan Azerbaidjan (17%).
Foto: picture-alliance/epa
3. Gas Elpiji, 4 Milyar Dollar AS
Meningkatnya permintaan akan gas Elpiji memaksa pemerintah membuka keran impor. Tahun 2014 silam Indonesia mengimpor gas senilai 54 trilyun Rupiah, antara lain dari Qatar (49%), Uni Emirat Arab (24%) dan Arab Sauid (18%).
Foto: Getty Images
4. Suku Cadang Kendaraan, 3 Milyar Dollar AS
Setiap tahun Indonesia mengimpor suku cadang kendaraan senilai 39 trilyun Rupiah dari Jepang (43%) dan Thailand (32%). Produk tersebut terutama ditujukan untuk produksi otomotif dalam negeri, yang menurut Kementerian Perindustrian, kapasitasnya sudah menembus angka 2 juta unit per tahun.
Foto: Bay Ismoyo/AFP/Getty Images
5. Telekomunikasi dan Penyiaran, 2,7 Milyar USD
Melonjaknya pertumbuhan industri penyiaran dan telekomunikasi ikut berimbas pada neraca impor Indonesia. Tahun 2014 silam Indonesia mengimpor perlengkapan digital senilai 35 trilyun Rupiah. Kebanyakan alat telekomunikasi dan penyiaran yang dibeli Indonesia berasal dari Cina (62%) dan Vietnam (33%)
Foto: picture-alliance/dpa
6. Komputer, 2,2 Milyar USD
Cina dan Vietnam lagi-lagi mendominasi produk impor komputer di Indonesia dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 62% dan 11%. Tahun 2014 nilai barang yang kita impor mencapai 28 trilyun Rupiah. Negara lain yang ikut menjual produk komputernya ke Indonesia adalah Singapura dan Malaysia.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
7. Gandum, 2 Milyar USD
Untuk memenuhi kebutuhan industri pangan dalam negeri, Indonesia setiap tahun mengimpor gandum senilai lebih dari 26 trilyun Rupiah. Sumber terbesar adalah Australia (54%), Kanada (19%) dan Amerika Serikat (14%)
Foto: Reuters/L. Nicholson
7 foto1 | 7
Penulis:
Andibachtiar Yusuf, Filmmaker & Traveller
@andibachtiar
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.