Ada fase dalam sejarah Indonesia, di mana warna ‘merah’ identik dengan komunis, dan itu diartikan sebagai sesat, harus diberantas, bahkan halal dibunuh.
Iklan
“Ketika itu apa saja yang berkaitan dengan komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap tabu. Di sekolah, kami dicekoki versi resmi pemerintah Suharto bahwa PKI-lah yang bertanggung jawab atas peristiwa 30 September 1965,” tutur Laksmi. Peristiwa yang dimaksud adalah penculikan dan pembunuhan enam jenderal Angkatan Darat serta satu perwira yang selanjutnya memicu pembunuhan masal terhadap sekitar satu juta manusia yang diduga komunis yang tidak hanya dilakukan militer namun juga warga sipil, menjadikannya tragedi pembantaian terhadap kaum komunis terbesar di abad ke 20.
Tak berhenti sampai di situ, cap komunisme juga melekat kepada anggota keluarga dan anak keturunan korban. Laksmi memang tidak punya pengalaman langsung dengan 1965. Tapi ia punya sejumlah teman yang anggota keluarganya bertahun-tahun kena imbas stigma komunisme hingga menghambat hidup mereka, mulai dari dicemooh lingkungan hingga sulit bersekolah dan mendapat pekerjaan. Namun pada 2009 sebuah survey yang dimuat di salah satu media menyebutkan lebih dari separuh responden yang berasal dari kalangan mahasiswa Jakarta mengaku tidak tahu-menahu tentang 1965. Hal ini yang menjadi salah satu alasan Laksmi menerbitkan novel Amba yang berlatar 1965. Novel pertamanya ini terbit pada 2012, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Question of Red.
Jauh sebelum menerbitkan novel, Laksmi telah lebih dulu dikenal penulis review tentang makanan dan juga sebagai penyair. Kumpulan puisi Laksmi yang pertama Ellipsis: Poems and Prose (2005), ternyata langsung mencuri perhatian dan mendapat pujian dari kritikus sastra, diikuti buku puisi keduanya, The Anagram (2007). Pada 2012, Laksmi mewakili Indonesia di festival budaya yang diselenggarakan dalam rangka Olimpiade London 2012.
Laksmi fasih menulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, menganggap dirinya beruntung karena sejak kecil “Namun untuk puisi, saya hanya bisa menulis dalam bahasa Inggris, karena impuls yang saya terima memang demikian,” tuturnya.
Dalam video wawancara ini, Laksmi berbicara tentang Amba dan mengapa ia menggunakan mitologi Mahabharata di dalam novel ini.
*Diambil dari http://islandsofimagination.id/article/read/12, Copyright Komite Nasional FBF 2015
Suharto - Jalan Darah Menuju Istana
Demi menyingkirkan Soekarno, Suharto menunggangi pergolakan di tanah air dan mengorganisir pembantaian jutaan pendukung PKI. Dia sebenarnya bisa mencegah peristiwa G30S, tetapi memilih diam, lalu memanfaatkannya.
Foto: picture-alliance/dpa
Prajurit Tak Bertuan
Suharto banyak berurusan dengan pemberontakan Darul Islam selama meniti karir militernya. Pasca kemerdekaan ia juga aktif memberantas kelompok kiri di antara pasukannya. Tahun 1959, ia nyaris dipecat oleh Jendral Nasution dan diseret ke mahkamah militer oleh Kolonel Ahmad Yani karena meminta uang kepada perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah. Namun karirnya diselamatkan oleh Jendral Gatot Subroto.
Foto: picture alliance/United Archives/WHA
Dua Musuh di Bawah Bayang Soekarno
Seperti banyak prajurit yang lain, Suharto mencurigai kedekatan Soekarno dan pimpinan Partai Komunis Indonesia (dalam gambar D.N. Aidit). Terutama sejak pemberontakan komunis di Madiun 1948, eksistensi PKI sangat bergantung pada dukungan Soekarno. Tanpanya PKI akan lumat oleh tentara. Permusuhan ABRI dan PKI tidak cuma beraroma politis, melainkan juga dipenuhi unsur kebencian.
Foto: picture-alliance/United Archives/TopFoto
Bibit Perpecahan
Suharto sibuk membenahi karir ketika permusuhan ABRI dan PKI mulai memanas. Buat mencegah PKI memenangkan pemilu dan menguasai pemerintahan, ABRI yang saat itu dipimpin duet Ahmad Yani dan A.H. Nasution mengajukan mosi menjadikan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Saat itu, konstelasi politik sudah mulai bergeser: Soekarno tidak lagi melihat ABRI sebagai sekutu utamanya, melainkan PKI.
Foto: AFP/Getty Images
Berkaca Pada Tiongkok
Meniru gerakan kaum komunis di Tiongkok, PKI berupaya memperluas kuasa dengan niat mempersenjatai petani dan praktik land reform. Soekarno menyetujui yang kedua dengan mengesahkan UU Pokok Agraria 1960. Tiga tahun kemudian, PKI melakukan aksi sepihak dengan merebut tanah milik para Kyai di Jawa dan membagikannya pada petani miskin. Langkah itu menciptakan musuh baru buat PKI, yakni kelompok Islam.
Foto: AP
Sikap Diam Suharto
Enam jam sebelum peristiwa G30S, Kolonel Abdul Latief mendatangi Soeharto buat mengabarkan perihal rencana Cakrabirawa menculik tujuh Jendral. Latief saat itu mengira, Suharto adalah loyalis Soekarno dan akan memberikan dukungan. Kesaksian Latief menyebut, Suharto cuma berdiam diri. Setelah peristiwa penculikan jendral, Suharto yang menjabat Panglima Kostrad lalu mengambil alih komando ABRI.
Foto: picture-alliance/dpa
Kehancuran PKI, Kebangkitan Suharto
Pada 30 September, pasukan pengamanan Presiden, Cakrabirawa, mengeksekusi tujuh dari 11 pimpinan ABRI yang diduga kuat ingin mengkudeta Soekarno. Suharto lalu memerintahkan pembubaran PKI dan penangkapan orang-orang yang terlibat. Letnan Kolonel Untung, komandan Cakrabirawa yang sebenarnya kenalan dekat Suharto dan ikut dalam operasi pembebasan Irian Barat, ditangkap, diadili dan dieksekusi.
Foto: AP
Demo dan Propaganda
Pergerakan Suharto setelah G30S semata-mata diniatkan demi melucuti kekuasaan Soekarno. Ia antara lain mengirimkan prajurit RPKAD buat menguasai Jakarta, termasuk Istana Negara. Panglima Kostrad itu juga lihai menunggangi sikap antipati mahasiswa terhadap Sukarno yang dimabuk kuasa. Saat Soekarno bimbang ihwal keterlibatan PKI dalam G30S, mahasiswa turun ke jalan menuntutnya mundur dari jabatan.
Foto: Getty Images/C. Goldstein
Malam Pogrom, Tahun Kebiadaban
Di tengah aksi demonstrasi mahasiswa di Jakarta, ABRI memobilisasi kekuatan buat memusnahkan pendukung PKI di Jawa dan Bali. Dengan memanfaatkan kebencian kaum santri dan kelompok nasionalis, tentara mengorganisir pembunuhan massal. Jumlah korban hingga kini tidak jelas. Pakar sejarah menyebut antara 500.000 hingga tiga juta orang tewas. Tidak semuanya simpatisan PKI.
Foto: Carol Goldstein/Keystone/Getty Images
Eksekusi Disusul Eksodus
Selain menangkap dan mengeksekusi, massa dikerahkan menghancurkan toko-toko, kantor dan rumah milik mereka yang diduga pendukung komunis. Sebagian yang mampu, memilih untuk mengungsi ke luar negeri. Termasuk di antaranya Sobron, adik kandung pimpinan PKI D.N. Aidit yang hijrah ke Tiongkok dan lalu ke Perancis dan bermukim di sana hingga wafat tahun 2007.
Foto: Carol Goldstein/Keystone/Getty Images
Kelahiran Orde Baru
Setelah peristiwa G30S, Suharto yang notabene telah menjadi orang nomor satu di kalangan militer, membiarkan Soekarno berada di jabatannya, sembari menata peralihan kekuasaan. Selama 18 bulan, Suharto menyingkirkan semua loyalis Soekarno dari tubuh ABRI, menggandeng parlemen, mahasiswa dan kekuatan Islam, serta mengakhiri konfrontasi Malaysia. Kekuasaan Soekarno berakhir resmi di tangan MPRS.