1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lamban, Pemulihan Ekspor Jerman

25 Agustus 2009

Roda ekonomi Jerman terutama didorong oleh ekspor. Saat krisis ekonomi global menyebabkan menurunnya volume dagang dunia, Jerman pun terkena imbasnya.

Salah satu pabrik logam di JermanFoto: AP

Belakangan, Dewan Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) mencatat peningkatan volume ekspor Jerman. Meski pemulihan tersebut berjalan lamban dan tersendat-sendat. Untuk tahun 2010, DIHK memperkirakan peningkatan sebesar empat persen. Sementara untuk tahun ini, ekspor diperkirakan merosot sampai 17 persen. Ini berarti minus sebesar 170 miliar Euro yang tidak dapat diimbangi peningkatan ekspor di kuartal kedua tahun 2009 sekalipun. Pakar ekonomi luar negeri Jerman DIHK Axel Nitschke:

“Kuartal kedua menunjukkan sejumlah perkembangan positif. Tampaknya, proses pemulihan ekonomi terjadi lebih cepat daripada prognosa mula-mula. Tapi, untuk tahun depan perkiraan pertumbuhan sebesar empat persen sudah merupakan angka yang sangat optimis yang menunjukkan, proses pemulihan yang moderat.”

Perkiraan yang diluncurkan DIHK berlandaskan hasil jajak pendapat yang melibatkan kamar dagang dan industri Jerman di luar negeri yang berada di hampir 80 negara. Kadin di kawasan Uni Eropa dan zona yang menggunakan mata uang euro tampak paling optimis. Awal tahun, situasi ekonomi di kawasan inilah yang paling buruk. Tapi, untuk tahun depan diperkirakan bisnis di Eropa kembali menguat yang sekaligus berarti pemulihan ekspor Jerman. 65 persen ekspor Jerman ditujukan untuk negara Uni Eropa. Di luar Eropa, barang-barang Made in Germany terutama laku di Amerika Serikat dan Cina:

“Di Amerika Serikat juga mulai ada peningkatan sehingga ini berarti tren positif bagi ekspor Jerman. Amerika Serikat, di mana krisis ekonomi global sebenarnya bermula, kini dapat berubah menjadi harapan bagi ekspor Jerman.

Perdagangan luar negeri Jerman juga ditopang permintaan dari Cina. Di masa krisis pun ekonomi Cina akan tumbuh tujuh persen tahun ini dan tahun depan.”

Pertumbuhan ekonomi di Cina terutama menguntungkan bagi sektor mesin dan fasilitas berat Jerman. Cabang industri ini mendominasi dengan 25 persen seluruh ekspor Jerman ke Cina. Tapi, tak semua hubungan dagang bilateral Jerman mulai pulih. Volume dagang antara Jerman dan Rusia misalnya anjlok jauh di bawah rata-rata, kata Axel Nitschke: “Rusia sebagai roda ekonomi Eropa Timur sangat merasakan imbas krisis ekonomi. Pemasukan dari penjualan sumber daya alam menurun, angka pengangguran tinggi dan persyaratan kredit buruk yang merugikan bagi bisnis impor mengganggu hubungan dagang dengan Jerman: Tahun ini kami memperkirakan penurunan sampai sepertiganya. Untuk tahun depan, setidaknya menurut keterangan Kadin Jerman di Rusia, ekspor Jerman akan kembali meningkat sepuluh persen.”

Sebaliknya, ekspor Jerman dengan Brasil, Timur Tengah dan Afrika perlahan mulai pulih. Kawasan inipun mencatat penurunan akibat krisis ekonomi, tapi kuota ekspor Jerman ke daerah-daerah ini masih berada di atas rata-rata. Secara kelesuruhan, ekspor Jerman tetap bergantung pada perkembangan ekonomi global dan nilai tukar mata uang euro. Bila mata uang euro terus menguat, maka bisnis Jerman menghadapi kesulitan. Biaya produksi tinggi menyebabkan harga jual produk Jerman naik. Dan meningkatnya harga kemungkinan menyebabkan permintaan justru menurun.

Sabine Kinkartz/Ziphora Robina