Lamun adalah sumber makanan bagi satwa laut sekalgus lindungi pantai dari abrasi ombak. Perubahan iklim dan aktivitas manusia ancam ekosistem pantai yang ringkih ini. Solusinya ilmuwan Eropa kembangkan rumput laut buatan
Iklan
Rumput Laut Buatan Lindungi Kawasan Pesisir
04:05
Rumput laut mulai tumbuh di dekat pantai, di mana dasar laut datar. Kawasan luas tumbuhan laut ini dianggap hutan tropisnya lautan. Kawasan ini punya peranan penting bagi ekosistem.
Padang rumput laut atau Lamun menyediakan makanan dan perlindungan bagi banyak satwa laut. Tumbuhan ini bagus bagi lingkungan. Memproduksi oksigen dan mengikat CO2 di dasar lautan.
Sejak dua tahun lalu, Raul Villanueva dan koleganya dalam proyek "SeaArt" berusaha mencari tahu, apa saja fungsi padang lamun. Karena tumbuhan laut ini punya fungsi penting bagi perlindungan pantai.
Dampak Perubahan Iklim Sudah Landa Dunia
Efek perubahan iklim sudah terasa. Pakar iklim peringatkan, jika kenaikan suhu global lebihi rata-rata 2 derajat Celsius, dampaknya akan fatal. Inilah beberapa bukti bencana yang sudah melanda akibat perubahan iklim:
Foto: picture-alliance/dpa
Kabut Asap Cekik Asia Tenggara
Kebakaran hutan di Indonesia yang dipicu fenomena iklim El Nino, durasinya bertambah panjang dari biasanya. Akibatnya negara tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand dicekik kabut asap berbulan-bulan. Kuala Lumpur disergap asbut berminggu-minggu (foto). Beberapa kali pemerintah negara jiran terpaksa meliburkan sekolah dan Kantor pemerintahan, akibat kadar cemaran lebihi ambang batas aman.
Foto: MOHD RASFAN/AFP/Getty Images
Masalah Kesehatan Dipicu Kabut Asap
Kalimantan dan Sumatra sudah langganan disergap kabut asap akibat kebakaran hutan. Tapi serangan kabut asap tahun ini jauh lebih hebat dan panjang dibanding tahun tahun sebelumnya. NASA melaporkan penyebabnya: fenomena iklim El Nino yang Alami perubahan pola. Akibatnya lebih 500.000 warga menderita infeksi saluran pernafasan akibat kabut asap.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Smog di Cina Berkategori Berbahaya
Kadar Smog di Cina telah lewati ambang batas aman yang ditetapkan WHO. Ibukota Beijing dan sejumlah kota besar lainnya menderita tercekik Smog yang terutama berasal dari pambakaran batubara secara intensif. Ekonomi Cina sangat tergantung dari pembangkit listrik batubara. Dampaknya adalah masalah kesehatan bagi jutaan warga
Foto: Getty Images/K. Frayer
Neraka Kebakaran Hutan
Amerika juga tak luput dilanda dampak perubahan iklim. Kebakaran hutan di California September 2015 melalap kawasan ribuan Hektar. Lebih 10.500 pemadam kebakaran dikerahkan. Tapi tetap saja api melumat 1400 rumah milik warga. Api menyala sendiri akibat kemarau panjang dan kekeringan hutan yang dipicu fenomena iklim El Nino.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Sosial Dipicu Kemarau Panjang
Kemarau panjang dan kekeringan dipicu perubahan iklim, timbulkan masalah sosial berat di negara berkembang. Terutama anak perempuan yang jadi korban. Organisasi bantuan "Kindernothilfe" mencatat, kasus perkawinan dini meningkat. Pasalnya orang tua tak mampu lagi memberi makan keluarganya. Menikahkan dini anak perempuan berarti satu beban berkurang dan dari uang mahar anak lain bisa diberi makan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Banjir Makin Kerap Datang
Di belahan bumi lainnya terjadi fenomena kebalikan. Curah hujan makin tinggi dan badai makin sering melanda. Banjir yang tak kenal musim memaksa jutaan orang bermigrasi. Angka kemiskinan hingga 2030 diramalkan meningkat drastis. Bencana lingkungan di kawasan Afrika dan Asia Selatan memicu gagal panen, kelaparan dan wabah penyakit.
Foto: picture-alliance/dpa
Angin Topan Membuat Sengsara
Ini bukan pemandangan mistis, melainkan citra udara dari atas pulau Luzon di Filipina yang tergenang banjir setelah dilanda angin topan. Ratusan tewas akibat tanah longsor dan banjir. 50.000 warga jadi tuna wisma dan terpaksa mengungsi. Filipina dilanda 20 topan hebat setiap tahunnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Eropa Juga Terimbas
Pemanasan global dan perubahan iklim juga berdampak di Eropa. Sungai Rhein yang melintasi beberapa negara dan penting sebagai urat nadi lalu lintas air, kini nyaris kering akibat tak turun hujan selama berbulan-bulan. Dampak ekonominya, transportasi barang kini mengandalkan moda darat yang jauh lebih mahal.
Foto: picture-alliance/dpa
Terumbu Karang Mati massal
Kematian massal terumbu karang juga melanda kawasan luas di bawah laut. Terumbu karang ini berwarna pucat, sebuah indikasi koloni binatang ini nyaris mati. Koral Yang sehat berwarna indah cemerlang. Pemicu kematian massal terumbu karang adalah makin hangatnya suhu air laut, yang memicu stress dan pertumbuhan ganggang beracun.
Foto: imago/blickwinkel
Beruang Kutub Terancam Punah
Beruang kutub menjadi simbol bagi perubahan iklim. Akibat lumernya lapisan es abadi di kutub utara, binatang ini kehilangan habitat alaminya. Tidak ada lapisan es, berarti beruang kutub tidak bisa berburu mangsanya dan akan mati kelaparan. Ramalan pesimistis menyebutkan: hingga 2050 populasi beruang kutub akan menyusut hingga tinggal 30 persen dari populasi saat ini.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
"Lamun meredam energi yang datang dari ombak. Dan meredam energi arus air. Sehingga mencegah erosi dasar laut. Dengan lamun, dasar lautan distabilkan. Kawasan pantai juga dilindungi dengan lebih baik. Karena ombak yang menerpa pantai, energinya jadi berkurang", ujar peneliti dari SeaArt Projekt Universitas Hannover itu
Racun dari industri pertanian
Kondisi kawasan padang lamun di sekitar pantai Jerman dikaji ilmuwan. Hasilnya: Sektor pertanian di darat ibaratnya racun bagi lamun. Dan naiknya suhu global menyebabkan lebih banyak alga tumbuh, dan menghalangi cahaya yang dibutuhkan lamun untuk hidup.
Di proyek "SeaArt" sejumlah Universitas Eropa, sekolah tinggi dan perusahaan swasta bekerjasama. Maike Paul yang jadi pimpinan proyek menjelaskan kondisinya:"Di kawasan tropis, misalnya, ada banyak lamun. Dan jika lenyap biasanya karena penangkapan ikan menggunakan dinamit. Atau karena ada penggalian saluran-untuk menempatkan pipa. Sehingga di sana terbentuk jalur pemisah. Dan lamun tidak bisa tumbuh lagi dengan mudah."
Lamun buatan manusia bisa jadi solusinya. Seperti lamun alamiah, lamun artifisial ditujukan untuk meredam aliran air dan mencegah erosi dasar laut. Sehingga, bibit lamun yang alamiah punya kesempatan berkembang. Begitu harapannya.
Solusi lamun artifisial
Sekarang, hamparan lamun artifisial akan diuji. Seberapa panjang helai daun seharusnya? Dan di posisi mana harus lentur, dan di mana harus kaku? Uji coba di instalasi ini akan memberikan jawabannya.
Perkebunan Masa Depan di Dasar Laut
Rumah Kaca dan perkebunan konvensional sering dikeluhkan karena menghasilkan jejak karbon yang tinggi. Berbeda halnya dengan Taman Nemo. Karena konsep asal Italia tersebut memanfaatkan rumah kaca di dasar laut.
Foto: Ocean Reef Group/Nemo's Garden
Rumah Kaca Bawah Laut
Jika produksi satu kilogram selada di lahan perkebunan menghasilkan 140 gramm emisi Karbondioksida, maka di rumah kaca emisinya mencapai 4450 gramm, alias 30 kali lipat lebih banyak. Namun perkebunan konvensional di atas tanah juga tidak serta merta ramah lingkungan, karena maraknya penggunaan pestisida yang bisa mencemari air tanah.
Foto: Getty Images/AFP/O. Morin
Tanpa Emisi, Tanpa Pestisida
Sebab itu Sergio Gamberini mengembangkan konsep unik yang dapat mengurangi emisi tanpa menggunakan pestisida. Solusinya bernama Taman Nemo, sebuah perkebunan sayur di dasar laut. Untuk itu ia menggunakan balon transparan bervolume 2.000 liter yang ditambat sampai sepuluh meter dari dasar laut. Di dalam balon tersebut Gamberini membangun platform yang bisa digunakan buat menanam sayur-sayuran.
Foto: Getty Images/AFP/O. Morin
Hujan di Dasar Laut
Berbeda dengan perkebunan konvensional, Taman Nemo tidak membutuhkan air segar. Air didapat melalui proses alami desalinasi air laut. Melalui perbedaan temperatur, air laut menguap di dalam balon dan mengendap sebagai air tawar di atap balon. Air tersebut kemudian akan menetes dan membasahi tanaman layaknya air hujan.
Foto: Ocean Reef Group/Nemo's Garden
Solusi Perubahan Iklim
Absennnya sistem irigasi membuat konsep Taman Nemo cocok diterapkan di kawasan pesisir yang meranggas akibat dampak perubahan iklim. "Agrikultur tradisional menggunakan 70% air tawar di seluruh dunia dan kelangkaan air meningkat pesat. Jadi pertanian adalah sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim," ujarnya.
Foto: Getty Images/AFP/O. Morin
Hemat Energi, Hemat Biaya
Sistem yang dikembangkan Gamberini ini tidak membutuhkan aliran listrik, sistem pengatur suhu ruangan atau pencahayaan buatan seperti yang biasa digunakan di rumah kaca atau perkebunan konvensional. Taman Nemo bahkan juga bisa dibangun di dalam rumah dengan menggunakan akuarium.
Foto: Ocean Reef Group/Nemo's Garden
"Berkelanjutan dan Mandiri"
"Taman kami adalah sistem yang berkelanjutan dan mandiri," ujarnya. "Artinya setelah sistemnya diaktifkan, taman ini tidak membutuhkan bantuan dari luar. Kami memanen tomat, kacang-kacangan dan selada tanpa menggunakan air tanah sama sekali." Ia mengklaim tanamannya hanya membutuhkan sinar matahari.
Foto: Ocean Reef Group/Nemo's Garden
Eksperimen Tanpa Akhir
Sayangnya konsep Taman Nemo belum bisa diterapkan secara komersil. Untuk itu Gamberini harus menyederhanakan desain agar penyelam tidak selalu harus datang untuk menanam, memanen atau merawat balon yang menambah beban biaya dan waktu. Saat ini ia masih bereksperimen dengan menggunakan ukuran, bentuk dan kedalaman balon yang berbeda-beda.
Foto: Ocean Reef Group/Nemo's Garden
Efektif, Meski Rapuh
Terlebih konsepnya itu masih harus berhadapan dengan bencana alam. Tahun lalu salah satu Taman Nemo yang dibangunnya hancur oleh badai. Sejak itu Gamberini mendesain ulang pondasi yang digunakan buat menambat balon di dasar laut. Meski begitu konsepnya tersebut tetap dianggap lebih efektif ketimbang perkebunan konvensional.
Foto: Ocean Reef Group/Nemo's Garden
8 foto1 | 8
Raul Villanueva dan rekan-rekannya membiarkan air mengalir dengan kekuatan berbeda-beda. Jadi bisa dilihat, sekuat apa padang rumput bisa menahan energi air. "Lamun buatan sudah berfungsi seperti lamun alami. Reaksinya hampir serupa lamun alami. Dalam percobaan yang kami adakan tampak jelas, bahwa di padang rumput ini, juga di sana terjadi perubahan kecepatan aliran air", papar peneliti ini.
Mana yang tepat: serat alamiah atau artifisial? Bahan yang tepat belum mereka temukan. Yang jelas harus sangat mirip dengan yang alamiah, dan bisa diolah dengan mudah. Yang paling penting: Jika lamun alamiah tumbuh, padang rumput buatan harus bisa larut tanpa meninggalkan residu.
Yang dibutuhkan adalah uang. Di kegelapan dan air laut yang dingin, bahan-bahan yang diuji di sini tidak bisa larut dengan mudah. Hannah Behnsen dari Sekolah Tinggi Teknik Hannover memaparkan "Impian kami tentu saja, bisa membuat sebuah prototipe, sebuah elemen, yang bisa disesuaikan dengan kondisi sekitar kawasan yang ingin ditanami lamun. Artinya: bisa disesuaikan dengan situasi aliran air, dan kondisi berbeda-beda mikroorganisme.
Prototipenya akan dibuat secepat mungkin oleh para peneliti dalam proyek SeaArt. Karena waktu mendesak. Para ilmuwan mencatat, hutan tropis di lautan itu terus menciut, dengan laju seluas dua lapangan sepak bola setiap jamnya .
(DW Inovator)
5 Masalah Lingkungan Terbesar Abad Ini
Dunia hadapi 5 masalah lingkungan tebesar yang pemecahannya amat sulit. Tanpa langkah penyelamatan global, biosfer terancam musnah. Ini berarti kiamat bagi umat manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Polusi Udara
Emisi CO2 terus membebani lingkungan. Setelah revolusi industri, aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil jadi penyumbang terbesar cemaran udara. WHO melaporkan sekitar 10 persen kasus kematian pada 2012, adalah akibat dampak penyakit yang dipicu polusi udara. Foto:Shanghai diselimuti smog.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eisele
Pembabatan Hutan
Pembalakan liar dan pembabatan hutan tropis kini terjadi dengan laju menakutkan. Setiap tahun rata-rata 7,3 juta hektar hutan dibabat, untuk dijadikan pemukiman, lahan perkebunan besar, tanah pengangonan dan pertanian monokultur lainnya. Fungsi hutan sebagai paru-paru hijau dan penyimpan CO2 turun drastis dan dampaknya amat luas.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemusnahan Biodiversitas
Manusia menjarah alam dalam tempo yang menggiriskan. Pembabatan hutan dan rebutan habitat jadi pemicu utama musnahnya biodiversitas. Juga perburuan hewan untuk perdagangan daging maupun bagian tubuh lain, yang dipercaya sebagai obat mempercepat pemusnahan biodiversitas.
Foto: DW/A. Cizmecioglu
Erosi Tanah Subur
Monokultur, pembabatan hutan, pembetonan lahan dan perubahan tata guna lahan adalah pemicu erosi tanah subur. PBB melaporkan setiap tahunnya 12 juta hektar lahan pertanian terdegradasi jadi gurun akibat erosi. PBB sejak lama menyerukan metode pertanian berkelanjutan untuk mengerem laju erosi.
Foto: CC BY-SA 2.0/Jim Bain
Tekanan Ledakan Populasi
Populasi manusia tumbuh dengan cepat. Hanya dalam waktu satu abad, jumlah populasi meningkat dari 1,6 milyar di awal abad 20 menjadi 7,5 milyar orang saat ini. Tekanan populasi jadi potensi konflik perebutan lahan dan sumber daya alam terpenting, misalnya air. PBB memperkirakan, jika tidak direm, pada 2050 pupulasi penduduk Bumi bisa mencapai 10 milyar orang. Penulis: Nils Zimmerman (as/ml)