1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Langkah Inggris Memerangi Aksi Teror dan Harga Minyak Bumi

12 Agustus 2005

Untuk mencegah dan memerangi aksi teror, pemerintah Inggris melancarkan penangkapan terhadap sepuluh warga Muslim, dan merencanakan untuk mengusir ke negara asalnya. Reaksinya merupakan tema pertama sorotan pers kali ini.

Pengusiran warga asing - upaya mencegah teror?
Pengusiran warga asing - upaya mencegah teror?Foto: dpa-Report

Hari Kamis lalu, polisi Inggris menangkap sepuluh warga asing, yang dicurigai mengancam keamanan. Kemudian mereka akan diusir ke negaranya. Kesepuluh orang warga Muslim tersebut, yang ditangkap diberbagai tempat dibagian tenggara Inggris, dikatakan tidak terkait dengan serangan teror tanggal 7 dan 21 Juli lalu di London. Melainkan mereka terdiri dari Imam atau aktivis politik yang menurut penilaian pemerintah Inggris dapat mendorong pengikutnya melakukan aksi tindak kekerasan. Sebagian dari mereka dicurigai sebagai memiliki kaitan dan hubungan dengan kelompok ekstremis. Dengan demikian mereka mengancam keamananan di Ingggris. Harian Inggris The Times yang terbit di London menanggapi kasus penangkapan dan pengusirannya dengan menurunkan komentar berjudul "pengusiran para ekstremis, merupakan berita baik bagi kaum Muslim". Selanjutnya kami baca:

"Bagi masyarakat Islam di Inggris rencana pengusirannya diterima sebagai sebuah berita baik. Mereka tidak hanya mengancam keamanan nasional, melainkan juga mengancam setiap pemeluk Islam di Inggris. Khotbahnya yang bersikap bermusuhan mengejutkan masyarakat Islam, dan memicu kecurigaan dikalangan warga non Muslim. Rencana pengusirannya bukanlah merupakan hal yang mudah. Cukup banyak daftar rintangan resmi yang dihadapi untuk melaksanakannya. Dengan demikian diperlukan waktu bertahun-tahun. Ini tentu sama sekali tidak dapat diterima. Pemerintah Inggris akan menghadapi konfrontasi dengan pejuang hak asasi dan pakar hukum. Hal ini berbeda dikalangan masyarakat Muslim sendiri. Dalam jajak pendapat diperoleh hasil, para pemilih warga Muslim, menyebut Inggris bukan sebagai negara yang tidak bertoleransi, melainkan sebuah negara, yang memberikan jaminan keamanan yang lebih besar ketimbang negara lainnya di Eropa."

Sementara itu harian Denmark Politiken yang terbit di Kopenhagen menanggapi aksi penangkapan dan rencana pengusiran tersebut, dengan menurunkan komentar berjudul „Tony Blair mengabaikan hak asasi dalam perang melawan teror“. Kami kutip:

"Dalam perang dan cinta berlaku semua tipu daya. Tapi dalam mengejar teroris dan penjahat lainnya dalam tatanan masyarakat yang demokratis, harus tetap mempertahankan prinsip hak asasi dan kepastian hukum.Dengan beberapa alasan dicemaskan, kesimbangan yang selama ini terdapat di Inggris akan hilang kearah yang salah. Pihak berwenang dapat mengenakan tahanan rumah serta membatasi kebebasan bergerak, atau pembatasan lainnya terhadap mereka yang dicurigai sebagai teroris. Setelah serangan bom di London, pemerintah Perdana Menteri Tony Blair terus menyampaikan usulan, yang merupakan alasan untuk mencemaskannya. Diantaranya termasuk keputusan untuk mengusir sepuluh warga asing, yang dituduh mengancam keamanan dalam negeri. Memang dapat difahami, Inggris hendak memerangi terorisme dengan segala kemungkinan. Tapi semuanya harus dalam kerangka hak asasi. Bila tidak, maka perang melawan terorisme, telah mengalami kekalahan sejak awal."

Tema kedua yang menjadi sorotan pers Eropa adalah melonjaknya harga minyak bumi dengan drastis. Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma menurunkan ulasan berjudul "hari yang sangat menegangkan". Selanjutnya kami baca:

"Tanpa terkendalikan harga minyak bumi bergerak menuju 70 dollar per barel. Dari hari ke hari harganya terus meningkat. Hari yang sangat menegangkan. Di pasaran Asia tercatat rekor harga tertinggi, yang mencapai 66 dollar perbarel. Peningkatan harganya dengan drastis telah menghapuskan semua harapan. Dengan harga yang sedemikian tinggi, juga akan dapat mendorong membubungnya laju inflasi. Penyebabnya, cukup dengan menyampaikan perhitungan Badan Energi Atom Internasional yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 dan 2006, permintaan akan minyak bumi terus meningkat, sementara penawaran berkurang. Ini sudah cukup untuk membuat pasar minyak menjadi berantakan."