Konferensi puncak tujuh negara industri maju G-7 tidak hasilkan tujuh keajaiban dunia. Melainkan langkah-langkah kecil yang disebut untuk membuat dunia lebih baik. Perspektif Christian F. Trippe.
Iklan
Barang siapa mengharapkan keajaiban dunia dari konferensi puncak para kepala negara dan kepala pemerintahan tujuh negara industri maju-G7 yang baru tuntas digelar di Elmau, Jerman, pasti akan kecewa.
Tapi juga ada kejutan kecil, bahwa KTT G-7 kali ini menelurkan sejumlah hasil konkrit walau tergolong kecil. Namun, di masa depan hasil KTT ini dapat diverifikasi. Dalam politik pembangunan terdapat impuls baru, persepakatan dan rencana. Misalnya, mendukung pembentukan sebuah yayasan dana, yang mendorong perlindungan kerja di negara-negara berkembang.
Kita juga harus menyadari, bahwa program pemberantasan kemiskinan dan politik sosial, bukan hanya dibuat berdasar kecintaan pada sesama manusia, tapi juga ada bagian besar yang merupakan kepentingan negara anggota G-7. Negara-negara berkembang Muslim harus distabilkan tatanan kemasyarakatannya, agar ekstrimis Islam tidak menemukan lagi lahan subur untuk tumbuh dan berkembang.
Dari sebuah negara yang landasan ekonominya relatif stabil, tidak akan ada rakyat yang berniat melakukan migrasi ilegal. Inilah landasan berpikirnya. Barang siapa membicarakan tata nilainya, juga tidak perlu menyembunyikan kepentingannya. Dan mereka yang mengungkapkan kepentingannya, hendaknya hal itu berkorelasi dengan tata nilai.
Dalam tema perlindungan iklim, tujuh negara industri maju kini juga menyepakati sebuah haluan bersama. Target yang secara kualitatif baru adalah, semua negara anggota mewajibkan diri dalam sektor energi, hingga akhir abad ini akan menerapkan ekonomi bebas emisi karbon.
Akhir tahun ini dalam KTT Iklim di Paris, yang akan mengolah sebuah kesepakatan iklim yang baru, keinginan politik ketujuh negara industri maju dan demokratis itu akan mendapat ujian berat. Semua yang disepakati dalam KTT G-7 adalah janji yang harus ditaati. Ini juga perubahan paradigma politik, yang masih harus dicermati, apakah dalam realitanya hal itu dapat diwujudkan.
Daftar Negara Pengutang Terbesar di Dunia
Secara umum negara-negara maju mencuat berkat nilai utang yang menggunung dan terus membengkak. Menurut Dana Moneter Internasional, Jepang, Amerika Serikat dan Cina adalah tiga negara dengan jumlah utang terbesar.
Foto: picture-alliance/dpa
Jepang - 10,46 Triliun Dolar AS
Perekonomian negeri sakura yang ikut terjerat resesi global banyak mengalami kemajuan sejak era Perdana Menteri Shinzo Abe. Namun begitu, rasio utang Jepang terhadap produk domestik bruttonya masih yang tertinggi di dunia, yakni sekitar 245,5 %. Kenaikan utang antara lain berkat kebijakan ofensif Abe yang memperbesar belanja pemerintah demi pertumbuhan ekonmi.
Foto: picture-alliance/dpa
Yunani - 447 Miliar Dolar AS
HIngga detik ini Yunani masih menggantungkan nasibnya pada uluran tangan Eropa. Negeri yang babak belur oleh krisis ekonomi itu memiliki rasio utang sebesar 171% dari PDB-nya. Athena saat ini tengah berupaya mengajukan pemotongan utang kepada para krediturnya.
Foto: Reuters/A. Konstantinidis
Italia - 2,25 Triliun Dolar AS
Setelah Yunani, Italia mencatat rasio utang tertinggi kedua di Eropa dengan kisaran 136% terhadap produk domestik brutto. Jurus yang dirapal pemerintah di Roma untuk menanggulangi utang yang menggunung adalah dengan memprivatisasi aset negara, antara lain sebagian saham di perusahaan jasa pos nasional, Poste Italiane.
Foto: picture-alliance/dpa
Portugal - 293 Miliar Dolar AS
Selama bertahun-tahun Portugal memompa kemakmuran lewat utang. Hasilnya tahun 2015 rasio utang negara di selatan Eropa itu meningkat tajam menjadi 128,7% terhadap PDB. Namun begitu pemerintah di Lisabon telah banyak mencatat kemajuan dengan program penghematan anggarannya.
Foto: AFP/Getty Images
Singapura - 310 Milliar Dolar AS
Kecil tapi besar. Itulah perekonomian Singapura yang sayangnya juga termasuk jumlah utangnya. Saat ini Singapura mencatat rasio utang sebesar 105% terhadap PDB. Jika dibagi rata, setiap penduduk negeri jiran itu berutang 57,5 ribu Dolar AS atau sekitar 750 juta Rupiah per kepala.
Foto: AFP/Getty Images
Amerika Serikat - 16,3 Triliun Dolar AS
Rasio utang Amerika Serikat berada di kisaran 105,1% terhadap produk domestik brutto. Dampaknya rating kredit AS diturunkan dari AAA menjadi AA+ 2011 lalu. Sejak krisis melanda 2008 silam, Washington menggelontorkan dana miliaran untuk menopang pertumbuhan, antara lain lewat belanja infrastruktur, keringanan pajak untuk dunia bisnis dan kebijakan intervensi pasar modal
Foto: Getty Images
Cina - 8,2 Triliyun Dolar AS
Kendati berjumlah besar, utang Cina tidak banyak membebani perekonomiannya. Saat ini rasio utang negeri tirai bambu itu cuma berkisar 41,3% dari produk domestik brutto. Yang mengejutkan adalah kenaikan utang domestik Cina yang meroket sejak 2007. Beijing diwanti-wanti agar memperhatikan pertumbuhan utangnya jika tidak ingin mengalami perlambatan pertumbuhan.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Indonesia - 293,7 Miliar Dollar AS
Produk Domestik Brutto Indonesia yang menembus angka 1 Triliun USD tahun 2014 silam membuat rasio utang pemerintah mengecil, menjadi cuma 26% dari total PDB. Dalam hal utang, Indonesia tergolong sehat dan termasuk negara dengan rasio utang terkecil di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Juga dalam tema poltik luar negeri, khususnya terkait politik agresif Rusia terhadap negara-negara tetangganya, ketujuh negara industri maju itu menegaskan haluan tegas. Artinya kini bukan hanya Uni Eropa yang punya tanggung jawab untuk memperpanjang sanksi terhadap Rusia yang akan dilakukan akhir bulan Juni ini.
Yang jelas dalam KTT G-7 kali ini, Eropa mendominasi dengan paham "dunia lamanya". Agenda utama juga kebanyakan masalah yang dihadapi Eropa: Krisis utang di zona Euro dengan contoh ekstrim Yunani, konflik di Ukraina timur serta gelombang pengungsi ke Eropa lewat Laut Tengah sebagai dampak runtuhnya sejumlah negara di Timur Tengah dan Afrika.
Dari sudut pandang Eropa, semua hal itu harus digarap secara perlahan dan bertahap tapi dengan skenario sebuah pertunjukan besar bagi media, layaknya kontes lagu Eropa atau pesta olahraga Olimpiade.