Lanjutan Sengketa Gas Rusia Ukraina
13 Januari 2009Harian Rumania Evenimentul Zilei yang terbit di Bukarest berkomentar:
Rusia sebenarnya juga tergantung pada Eropa, begitu pula sebaliknya. Eropa merupakan pasar Rusia dalam penjualan gas. Tanpa uang pembayaran gas dari Eropa, kas negara Rusia menghadapi masalah besar. Usaha pemerasan Januari tahun ini hanya taktik jangka pendek yang sepertinya Eropa harus membiasakan diri seperti mendapat salam tahun baru. Taktik tersebut hanya akan efisien kalau dunia menjadi histeris, lalu ikut dalam permainan Moskow dan semua dijadikan masalah politik dunia. Tentu saja Moskow memakai tekanan politik terhadap negara-negara bekas Uni Soviet dulu untuk memaksakan ketaatan dengan tindakan berencana masa musim dingin di Ukraina dan serangan berencana di musim panas di Georgia. Moskow memainkan tindakan menghentikan penyaluran gas dan serangan tersebut dilakukan dengan prinsip “divide et impera”, memecah dan menguasai. Moskow sudah memperhitungkan lemahnya kesatuan Uni Eropa.
Harian Austria Salzburger Nachrichten yang terbit di Wina di dalam tajuknya berkomentar:
Vladimir Putin meninggalkan kerugian sangat besar. Rusia tidak bertindak sebagai negara yang tanggung berjawab dan sangat kuat saat menghadapi masalah dengan Ukraina, melainkan seperti jago berkelahi yang tanggung. Seperti masalah Kosovo dan Georgia, Putin tidak mau menjadikan Rusia bagian dari solusi tetapi hanya mau menunjukkan kekuatannya dan melakukan pembalasan. Di seluruh dunia aksi tersebut tidak dihargai sebagai tindakan yang dapat diperhitungkan. Terlepas dari itu, seandainya sumber minyak mentah dan gas setelah satu atau dua generasi habis, Rusia mau ke mana?
Harian Belanda Trouw yang terbit di Amsterdam menulis:
Dalam sengketa gas ini Uni Eropa sekali lagi teringat akan ketergantungannya dengan gas Rusia. Sumber energi alternatif lain belum bisa ditemukan. Pemasok gas lain tidak bisa dipercaya sama halnya seperti Rusia sebagai pemasok gas utama. Energi hijau belum bisa menutupi kebutuhan Uni Eropa. Para ahli mengkhawatirkan bahwa perselisihan antara Rusia dan Ukraina akan terjadi tiap tahun. Kedua negara tersebut masih berdebat soal harga pemakaian gas untuk Ukraina yang masih saja kontroversial. Salah satu solusinya adalah menggandengkan harga gas dengan harga minyak seperti di negara-negara Uni Eropa lain. Tetapi Moskow menolak gagasan tersebut karena Rusia mau menekan Kiew yang sebetulnya ingin bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Harian Jerman Märkische Allgemeine yang terbit di Berlin berkomentar:
Perselisihan antara Rusia dan Ukraina tentang pemasokan gas ke Eropa adalah hal yang absurd. Setelah semua sudah sah dan persetujuan sudah terletak di atas meja, catatan tambahan muncul yang mengawali lagi perselisihan. Korban permainan kekuasaan politik ini adalah warga-warga Eropa Timur yang kedinginan dan berada di rumah masing-masing. Sengketa terhadap harga gas dan harga transportasi masih belum tuntas. Perselisihan lebih disulitkan oleh kecurigaan kronis antara negara tetangga-tetangga dan jaringan pedagang perantara yang tidak jelas. Rusia mempunyai keuntungan dalam situasi tersebut, tetapi Rusia juga akan kehilangan sesuatu, yaitu reputasi sebagai pemasok gas yang bisa diandalkan. (sk)