Laporan Rahasia Ungkap Alutista Jerman Sudah Usang
25 September 2014
Angkatan bersenjata Jerman mengeluhkan buruknya kondisi alutista lantaran mengalami kelangkaan suku cadang. Ratusan jet tempur, helikopter dan kendaraan lapis baja terpaksa dikandangkan karena tidak layak beroperasi
Iklan
Laporan setebal sepuluh halaman itu sejatinya ditempeli label rahasia. Toh, cap tersebut tidak menghalangi kebocorannya ke media. Di dalamnya berisikan keluhan angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr, mengenai persenjataan yang mulai usang, tanpa adanya suku cadang pengganti.
Laporan tersebut mencuat tiga hari setelah Angkatan Laut mengakui bahwa dari 22 helikopter tempur jenis Sea Lynx yang dimilikinya, cuma satu yang layak terbang. Sementara laporan lain menyebut cuma 70 dari 110 kendaraan lapis baja pengangkut pasukan yang layak beroperasi.
Muramnya kondisi alat tempur Jerman juga terungkap ketika harian Bild melaporkan, angkatan udara alias Luftwaffe hanya bisa mengoperasikan 42 dari 109 jet tempur Eurofighter, serta 38 dari 89 jet tempur Tornado.
Jerman Menolak Terlibat dalam Operasi Militer
Laporan tersebut muncul setelah Kanselir Jerman Angela Merkel memastikan pihaknya tidak akan mengikuti operasi gabungan serangan udara terhadap ISIS atau terlibat dalam operasi militer di Ukraina.
Informasi rahasia itu bertukar tangan ketika pejabat militer Jerman dipanggil oleh parlemen, bundestag. Jurubicara militer menolak memastikan kebenaran laporan tersebut dengan dalih pertemuan dengan parlemen adalah pertemuan rahasia.
Menurut laporan media, penyebab terbesar buruknya kondisi sistem alutista Jerman adalah kelangkaan suku cadang. Salah satu helikopter Sea Lynx yang diproduksi tahun 1981 misalnya harus dikandangkan karena mengalami keretakan di badan pesawat.
Insiden Memalukan Bundeswehr
Militer Jerman sebelumnya juga dipermalukan lantaran terlambat mengirimkan persenjataan yang dibutuhkan pasukan Kurdi, Peshmerga dalam perang melawan IS. Alasannya pesawat transport Tansall milik Bundeswehr yang sedianya mengangkut pasokan tersebut mengalami kerusakan.
Hasilnya Jerman harus meminta militer Belanda untuk menyediakan pesawat transportasinya. Baru setelah diperbaiki, pesawat tersebut menerbangkan paket pengiriman kedua ke Irak, Selasa (23/9).
Selain itu enam perwira dan tenaga medis yang diterbangkan ke Irak 19 September silam untuk melatih serdadu lokal, terjebak di Bulgaria lantaran tidak mengurus izin masuk.
rzn/ap (dpa,rtr)
Militer Jerman Bundeswehr di Luar Negeri
Militer Jerman Bundeswehr terlibat dalam berbagai misi internasional di Eropa, Asia, Afrika dan Timur Tengah.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi Internasional di Mali
Di Mali ditempatkan sekitar 170 tentara Jerman dalam rangka misi pendidikan dan pelatihan Uni Eropa, EUTM. Angota Bundeswehr ikut melatih tentara Mali. Selain itu, pasukan Jerman juga terlibat dalam misi PBB MINUSMA dengan beberapa pesawat transportasi logistik.
Foto: picture-alliance/dpa
Brigade Jerman-Perancis ke Mali
Parlemen Jerman juga memutuskan pengiriman brigade Jerman-Perancis ke Mali. Brigade ini dibentuk sebagai kerjasama militer Jerman-Perancis akhir 1980-an. Di Mali mereka akan membantu pengamanan warga sipil.
Foto: picture-alliance/dpa
Bantuan untuk Afghanistan
Sejak 2001, Bundeswehr ikut dalam misi internasional ISAF di Afghanistan. Saat ini ada sekitar 3000 tentara Jerman yang ditempatkan di sana. Mereka bergabung di bawah komando pasukan NATO. Mandat pasukan Jerman di Afghanistan akan berakhir tahun 2014.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi Mematikan
Sejak bertugas di Afghanistan Desember 2001, 55 tentara Jerman tewas dalam serangan dan kecelakaan. Misi ISAF menjadi misi paling berbahaya bagi Bundeswehr. Sejak ikut dalam misi internasional tahun 1992, 103 tentara Jerman tewas dalam tugas di luar negeri.
Foto: picture-alliance/dpa
Bundeswehr di Kosovo
Misi KFOR di Kosovo adalah misi militer Jerman yang paling lama di luar negeri. Jerman ikut dalam misi KFOR sejak 1999. Bundeswehr pernah mengerahkan sampai 8500 tentara ke Kosovo. Saat ini tinggal 700 tentara. Sampai saat ini, 26 orang tewas dalam misi KFOR.
Foto: DW/Bekim Shehu
Roket Patriot di Turki
Sejak Desember 2012, Jerman bersama-sama dengan Amerika Serikat dan Belanda mengirim roket Patriot ke perbatasan Turki. Anggota NATO itu meminta bantuan pengamanan perbatasan setelah terjadi perang di Suriah. Sekitar 400 tentara Jerman mengoperasikan dua unit roket Patriot dekat perbatasan Turki-Suriah.
Foto: picture-alliance/dpa
Menjaga Perbatasan Laut Libanon
Sejak 2006, Jerman ikut dalam misi PBB UNIFIL di Libanon. Angkatan Laut Jerman berpatroli mengawasi perbatasan laut. Misi UNIFIL adalah salah satu misi pengawasan PBB yang tertua, dan sudah dimulai tahun 1978. Setelah perang Israel-Libanon tahun 2006, mandatnya diperbarui.
Foto: imago/C. Thiel
Perang Anti Teror di Laut Tengah
Setelah serangan teror 11 September 2001, NATO melakukan misi "Operation Active Endeavour" (OAE) di Laut Tengah. Misi tersebut bertujuan mengawasi kegiatan terorisme di kawasan itu. Sejak 2003, Bundeswehr mengirim kapal perang dan kapal selam ke Laut Tengah dalam misi OAE.