Laporan UNAIDS 2006: HIV/AIDS Berkembang Pesat
24 November 2006Demikian laporan terkini Badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang mengurusi masalah AIDS, UNAIDS. Organisasi itu memperingatkan berkembang pesatnya penyakit tersebut di kawasan Asia. Dua pertiga diantaranya di India. Di Indonesia, Papua masih menduduki ranking tertinggi.
AIDS Berkembang Pesat
Sepanjang tahun 2006 ini, hampir 3 juta orang terenggut nyawanya akibat virus HIV/AIDS. Setahun belakangan, 4,3 juta jiwa menambah data orang yang terinfeksi HIV/AIDS di dunia. Total angka orang yang hidup dengan AIDS di dunia saat ini hampir menembus 40 juta orang. Berkembang pesatnya penyebaran virus HIV ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam. Kepala Informasi Strategi Penanggulangan AIDS dari Organisasi kesehatan Dunia WHO Yves Souteyrand menggambarkan situasinya:
“Lebih banyak orang yang hidup dengan virus HIV/AIDS di dunia. Dan sekarang kami memperkirakan bahwa 39,5 juta jiwa orang yang hidup dengan AIDS. Pertambahannya, orang yang baru terinfeksi pada tahun lalu sekitar 4,3 juta jiwa. Dan juga semakin bertambah jumlah orang yang meninggal akibat AIDS, yaitu 2,9 juta orang tahun ini. Artinya epideminya masih terus berkembang hingga beberapa tahun mendatang, bahkan mungkin lebih.”
Peningkatan Penderita
Jumlah warga yang mengidap virus itu meningkat di semua tempat. Kenaikan paling mencolok terjadi di Asia dan Eropa Timur. Di Eropa Timur dan Asia Tengah, infeksi virus HIV/AIDS terus bergerak naik lebih dari 50 persen sejak tahun 2004. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, meski sudah dilakukan langkah pencegahan, angka orang yang terinfeksi tidak mengalami penurunan. Hal yang sama terjadi di negara-negara miskin. Koordinator Program UNAIDS, Bertil Lindblad:
“Sepanjang tahun 2006, bertambah sekitar 4,3 juta orang terinfeksi. Itu artinya bahwa setiap delapan detik, seseorang terinfeksi virus HIV/AIDS.”
Di Afrika Masih Terbanyak
Afrika lagi-lagi masih teratas dalam angka orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Dua pertiga orang yang terinfeksi AIDS berada di Afrika. Yang terparah di dataran sebelah selatan Afrika. Menteri Pembangunan Jerman Heidelmarie Wiczorek-Zeul prihatin bahwa banyak perempuan dan anak-anak menjadi korban. Jerman mengucurkan dan sebesar 400 juta Euro untuk penanggulangan AIDS di seluruh dunia.
Meningkatnya angka orang yang terinfeksi HIV/AIDS juga berdampak bagi perekonomian. Terutama karena banyak penderitanya anak-anak muda, generasi mendatang. Wiczorek-Zeul menyerukan upaya untuk memeranginya secara bersama.
India Terparah di Asia
Data di Asia memperlihatkan 8,6 juta orang kini hidup dengan HIV/AIDS, dua pertiga diantaranya berada di India. Lebih dari seperempatnya merupakan perempuan dan 180 ribu anak-anak. Asia Tenggara juga harus waspada terhadap penyebaran virus ini. Seks tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik narkoba yang tidak steril menjadi modus utama di kawasan ini.
Penyebaran virus HIV memang mengalami penurunan di India, Kamboja dan Thailand. Namun meningkat di China, Indonesia dan Vietnam. Sementara virus tersebut kini juga menyerang Bangladesh dan Pakistan. Di India, meski mengalami penurunan angka orang terinveksi HIV, jumlahnya masih diperkirakan 5,7 juta orang hidup dengan HIV. Di Tamil Nadu 50 persen orang yang hidup dengan AIDS ditemukan diantara pekerja seks komersial.
Bergeser sedikit ke Cina, sekitar 650 ribu orang di Cina hidup dengan AIDS. Hampir separuhnya gara-gara penggunaan alat suntik yang tidak steril. Sementara di Vietnam, jumlah orang yang terinfeksi dua kali lipat dibandingkan tahun 2000, mencapai sekitar 260 ribu orang, tersebar di 59 provinsi dan hampir seluruh kota. Diperkirakan sekitar 40 ribu orang terinfeksi setiap tahunnya. Kebanyakan dari mereka terinfeksi lewat jarum suntik yang tidak steril dan jajan seks.
Papua Angkanya Tertinggi
Bagaimana dengan di Indonesia? Penyebaran serius virus HIV terjadi di Papua, di mana virus ini menyebar di antara para pekerja seks dan pelangggannya. Setiap 1 persen orang dewasa di tiap 5 desa di Papua positif terinfeksi virus tersebut. Sementera 48 persen dari orang yang terinfeksi AIDS di Indonesia kebanyakan gara-gara pemakaian jarum suntik narkoba yang tidak steril. Selain Papua, kota Pontianak, Borneo perlu diwaspadai untuk penyebaran virus HIV.
Kembali Kepala Informasi Strategi Penanggulangan AIDS dari WHO, Yves Souteyrand: “Hampir semua negara terinfeksi epidemi. Indonesia bukan yang paling terparah dalam penyebaran infeksi virus HIV/AIDS di dunia. Problemnya di Indonesia hampir sama dengan negara-negara lain yang warganya terinfeksi virus HIV, yaitu pemakaian jarum suntik bersama yang tidak steril oleh para pengguna obat bius jadi terinfeksi, jumlahnya meningkat terus di negara ini. Kita bisa melihatnya di berbagai belahan wilayah negara, banyak yang memakai jarum suntik untuk obat bius.”
Sedikit Kesuksesan
Dari laporan UNAIDS 2006 tergambar hanya segelintir negara yang sukses mengurangi angka infeksi baru, seperti di Uganda misalnya. Namun di samping itu, data terbaru memperlihatkan program pencegahan penyebaran angka infeksi HIV AIDS semakin terfokus. Trend yang cukup positif di kalangan muda mudi ialah meningkatnya angka penggunaan kondom, dan lebih sedikitnya angka gonta-ganti pasangan, terjadi di berbagai belahan negara. Kepala Informasi Strategi Penanggulangan AIDS dari WHO Yves Souteyrand mengatakan kondisi ini memberikan titik terang untuk mengontrol meluasnya epidemi.
“Kenyataannya yang kita tahu adalah 40 persen infeksi menyebar diantara anak-anak muda berusia 15 sampai 25 tahun. Namun ada juga negara-negara yang mengalami penurunan epidemi dalam lima tahun terakhir. Hal ini memperlihatkan bahwa sangat mungkin untuk mengontrol epidemi ketika suatu negara berkomitmen untuk memerangi epidemi ini. Sehingga orang yang membutuhkan pertolongan bisa kena targetnya dalam program pencegahan HIV, terutama untuk kaum muda. “
Penyuluhan Seks Harus Lebih Digiatkan
Penurunan angka orang yang hidup dengan HIV/ AIDS diantara anak muda antara tahun 2000 sampai 2005 terjadi di Bostwana, Burundi, Pantai Gading, Kenya, Malawi, Rwanda, Tanzania dan Zimbahwe. Sementara di Cina terjadi peningkatan pemakaian kondom di lokasi pelacuran. Juga program bagi pemakai alat suntik obat-obatan yang kerap menularkan virus HIV, memperlihatkan kemajuan. Kondisi ini menyalakan semangat bagi para penggiat penanggulangan HIV/AIDS. Namun tak berarti kita sudah bisa bernafas lega.
Laporan UNAIDS memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan akan seks yang aman dan tentang virus HIV masih sangat rendah di banyak negara. Bahkan di negara yang warganya banyak terinfeksi HIV, mereka terkadang masih tak percaya bahwa mereka beresiko terinfeksi. Penurunan epidemi HIV/AIDS hanya dapat terjadi bila ada komitmen bersama untuk memberantas penyebaran virus HIV/AIDS lewat kebijakan. Langkah itu harus didukung pula dengan perubahan perilaku di kalangan masyarakat dengan menghindarkan diri dari penyebab-penyebab menularnya penyakit ini.