1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Larangan Sosial Media buat Guru

Rachel Baig29 Juli 2013

Guru di Baden-Württemberg dan siswa tidak bisa lagi berhubungan atau menjalin kontak melalui jaringan sosial. Keputusan Kementerian Kebudayaan negara bagian di Jerman itu jadi kontroversi.

---

Instruksi Kementerian Kebudayaan Negara Bagian Baden-Wuerttemberg terdengar lugas: Untuk urusan resmi, guru sekolah di negara bagian ini tak diperbolehkan menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, StudiVZ atau lainnya. Baik untuk kontak dengan siswa, maupun komunikasi resmi antar para guru sendiri.

Ketentuan serupa sudah dijalankan di Bayern dan Schleswig-Holstein sejak beberapa waktu lalu . Alasan yang dikemukakan kementerian itu adalah soal privasi. Namun, Wakil Ketua Nasional Asosiasi Pendidikan Rolf Busch skeptis dengan alasan tersebut: "Di banyak sekolah di Jerman, kebijakan masalah privasi memang tidak cukup hati-hati ditangani, tetapi tidak tepat untuk menghukum guru lewat larangan itu."

Foto: picture-alliance/dpa

Departemen Kebudayaan Benarkan Keraguan Orang Tua

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang memiliki akun Facebook dan menjadikannya sebagai sarana komunikasi. Siswa dengan guru dapat berkontak dengan cara ini, terutama karena media ini menyediakan ajang pertukaran informasi dan tidak sekaku e-mail atau telepon. Beberapa tahun terakhir para guru dianggap mengambil manfaat dari sistem íni. Pesan seperti "guru dapat membeli tiket dengan setengah harga" kadang-kadang muncul lebih cepat di grup Facebook ketimbang di papan pengumuman di sekolah.

Beberapa tahun lamanya terjadi pembahasan antara orang tua dan pendidik tentang apakah siswa dan guru harus pernah menjadi "teman" satu sama lain di Facebook. Kekhawatiran terutama karena privasi jadi berkurang. Keputusan Kementerian Kebudayaan di Baden-Württemberg telah menghidupkan kembali perdebatan itu.

Selman ÖzenFoto: LSBR

Tidak Jamin Perlindungan Data

Selain masalah privasi, Selman Ozen, Presiden Dewan Penasehat Mahasiswa Nasional di Baden-Württemberg mengatakan: "Seharusnya tidak ada kewajiban untuk online terus di jejaring sosial, hanya untuk beraktivitas dalam kegiatan sekolah." Selain itu, dikhawatirkan tentang adanya jarak dalam pendidikan, ketika siswa dan guru terus saling berkontak pribadi melalui Facebook.

Bagi banyak guru, kebijakan departemen tersebut menyulut kebingungan. Menurut mereka, berurusan dengan media sosial di sekolah tidak seharusnya benar-benar dilarang. Selain itu menurut mereka, penting halnya bahwa guru dapat menjelaskan di dalam kelas bagaimana menyikapi media sosial, menjelaskan fungsi, kelebihan dan kekurangan, dan risikonya.

Alternatif Lain

Kementerian sendiri menyebutkan email mungkin dapat menjadi alternatif untuk sarana sosial digital. Namun, menurut juru bicara asosiasi guru, tidak ada jaminan alamat email dapat menjaga perlindungan data atau dikriteriakan sebagai sarana komunikasi yang aman. Kementerian harus merumuskan standar dan instruksinya yang jelas terlebih dahulu.

eTwinning (Schüleraustausch im Netz)Foto: DW/A. Groß

Perwakilan Mahasiswa Ozen memberi satu solusi. "Guru sebaiknya menggunakan email dan catatan di papan pengumuman sebagai sarana komunikasi. Murid sendiri kemudian dapat meneruskan informasi itu melalui jaringan sosial.“