TikTok terancam dilarang di AS kecuali ByteDance menjual operasinya. Larangan ini picu perdebatan: Solusi keamanan nasional atau justru ancaman baru? Apa dampaknya bagi internet global dan bagaimana nasib para kreator?
Iklan
TikTok menghadapi ancaman larangan di Amerika Serikat kecuali perusahaan induknya, ByteDance, menjual operasinya di dalam negeri kepada pembeli asal AS sebelum 19 Januari 2025.
Batas waktu tersebut muncul setelah berbulan-bulan tekanan dari para legislator AS yang berargumen bahwa kepemilikan ByteDance oleh pihak Cina menimbulkan risiko keamanan nasional. Mereka khawatir pemerintah Cina dapat mengakses data pengguna atau memengaruhi konten di platform tersebut. ByteDance membantah tuduhan tersebut.
Namun, advokat hak digital memperingatkan bahwa melarang satu platform seperti ini tidak banyak membantu melindungi pengguna dan justru dapat menjadi bumerang.
“Ini seperti bermain permainan berbahaya yang akhirnya justru membuat pengguna lebih rentan secara online,” kata Natalie Campbell, Direktur Senior Urusan Pemerintah dan Regulasi Amerika Utara di organisasi nonprofit Internet Society.
Instagram Bisa Rusak Lingkungan?
Para followers mengikuti jejak selebgram mengunjungi sejumlah tempat wisata yang dikenal lewat tagar #instagramfamous. Mereka merusak tempat menakjubkan itu dengan meninggalkan sampah dan menghancurkan habitat alami.
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
Dari #superbloom ke #poppynightmare
Usai musim dingin disertai hujan lebat, musim semi akhirnya muncul di California Selatan, AS. Momen yang tepat untuk melihat mekarnya bunga liar, namun sekitar 50.000 orang berbondong-bondong datang dan asyik berfoto. Mereka memetik, menginjak-injak bunga poppy, dan menghancurkan dengan meletakkan poster "bunga ini akan tumbuh lagi". Tidak perlu banyak merusak tempat-tempat keindahan alam.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Ketika wisata alam menjadi viral
Dulunya menjadi tempat nongkrong warga setempat, namun kini spot yang menghadap ke Sungai Colorado dekat Grand Canyon, AS telah menjadi salah satu tempat paling instagramable. Terkenal di Instagram, membuat Horsehoe Bend dikunjungi jutaan turis setiap tahun. Area parkir kini sedang diperluas untuk mengakomodasi kerumunan wisatawan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di tempat terpencil.
Foto: imago/blickwinkel/E. Teister
Konsekuensi yang tidak diinginkan
Tak lama setelah fotografer Johannes Holzer memposting keindahan danau Barmsee di Jerman, foto tersebut langsung viral di Instagram dan mendorong banyak orang mengunjungi tempat itu. Dalam sebuah wawancara dengan radio Jerman Bayrischer Rundfunk, Holzer mengatakan jalan menuju danau saat ini terlihat seperti telah diinjak-injak oleh tentara. Kawasan danau juga dipenuhi sampah dan puntung rokok.
Sebuah kota kecil yang dikunjungi jutaan pengunjung
Sebuah desa kecil di Austria yang berpenduduk 700 orang viral di Instagram karena keindahannya. Desa ini menjadi terkenal dan didatangi 10.000 pengunjung per hari. Penduduk setempat mengeluhkan wisatawan yang berjalan ke rumah mereka untuk menemukan sudut terbaik untuk foto-foto. Mereka meninggalkan sampah, membuat film dengan drone yang menakuti burung, dan menghancurkan kedamaian dan ketenangan.
Playa Jardín di pulau Tenerife, Spanyol adalah tempat yang populer di kalangan fotografer yang membangun menara kecil dengan batu yang dikumpulkan dari pantai. Desain mereka mungkin menghasilkan bidikan yang sempurna, namun menara tersebut sebenarnya merusak ekosistem lokal. Laba-laba, serangga, dan kadal yang hidup di bawah batu itu kehilangan tempat berlindung.
Foto: Imago Images/McPHOTO/W. Boyungs
Jangan tinggalkan jejak
Organisme tanaman yang penting bagi kesehatan tanah akan tercabut ketika posisi batu-batu tersebut diubah. Hal itu lantas menyebabkan para pencinta lingkungan membongkar formasi batuan awal tahun ini dan memposting caption di Instagram dengan tagar #pasasinhuella, yang berarti "tidak meninggalkan jejak." Hanya beberapa hari setelah kampanye, Instagrammers sudah mulai membangun kembali menara batu.
Foto: Imago Images/robertharding/N. Farrin
"Popcorn" bukan untuk dibawa pulang
Alga mati di Pulau Canary, Spanyol ini menyerupai cemilan popcorn. Keunikannya memiliki daya tarik tersendiri di media sosial Instagram, sehingga membuat banyak orang berkunjung dan membawa ganggang pulang sebagai kenang-kenangan. Akibat ulah mereka, diperkirakan 10 kilogram "popcorn" menghilang setiap bulan. Sebagai tanggapan, Proyek Clean Ocean telah mulai berbagi foto seperti ini di Instagram.
Foto: Clean Ocean Project
Penduduk Islandia membalas
Lebih dari 10 juta gambar di Instagram, Islandia menjelma sebagai tujuan yang sangat populer. Untuk mendapatkan foto yang sempurna, banyak orang berkendara dan merusak pedesaan. Mereka duduk di gletser, berjalan di lumut, dan menerbangkan drone. Dewan turis Visit Iceland kini telah meluncurkan beberapa inisiatif yang mempromosikan contoh perilaku bertanggung jawab para wisatawan.
Foto: picture-alliance/E. Rhodes
Sikap main hakim sendiri
Akun Instagram Public Lands Hate You bertujuan untuk mempermalukan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Akun itu memposting ulang foto orang-orang yang melanggar aturan, memicu sejumlah brand untuk memutuskan hubungan dengan beberapa influencer dan bahkan menyebabkan penyelidikan dari layanan taman nasional AS. Tetapi akun ini juga menuai kritik karena menyebut orang tanpa persetujuan.(ha/vlz)
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
9 foto1 | 9
Risiko keamanan siber
Jika larangan diberlakukan, pengguna baru di AS tidak lagi dapat mengunduh TikTok dari toko aplikasi Apple atau Google. Belum jelas apakah pengguna yang sudah memiliki aplikasi tersebut akan tetap dapat menggunakannya atau harus menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) untuk menyembunyikan alamat IP mereka.
Namun, yang tampaknya pasti adalah mereka akan kehilangan akses ke pembaruan keamanan dan fitur baru, yang secara bertahap akan menurunkan fungsi aplikasi serta membuat pengguna lebih rentan terhadap serangan siber.
“Ada pihak-pihak yang terus mencari cara untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi celah ini,” ujar Campbell.
Does Elon Musk want to make X the new TikTok?
12:36
Pertarungan politik yang rumit
Larangan TikTok mencerminkan dinamika politik di AS yang kompleks. Pada April 2024, undang-undang yang melarang TikTok disahkan dengan dukungan bipartisan. TikTok mengajukan banding, mengklaim larangan tersebut melanggar hak Amandemen Pertama, dan kasus ini dibawa ke Mahkamah Agung.
Selama sidang awal bulan ini, para hakim tampak skeptis terhadap argumen TikTok bahwa undang-undang tersebut tidak konstitusional. Keputusan mereka dapat diumumkan kapan saja.
Trump, yang pada masa jabatan pertamanya mendukung larangan TikTok, kini dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana untuk menunda larangan melalui perintah eksekutif. Namun, belum jelas apakah hal tersebut dapat dilakukan secara legal.
Sementara itu, beberapa perusahaan dan grup investor AS dikabarkan berminat untuk mengakuisisi platform tersebut. Salah satu opsi, menurut Bloomberg News, adalah menjual sebagian TikTok ke perusahaan media sosial milik Elon Musk, X. Akuisisi ini berpotensi memberikan Musk kendali atas platform yang lebih besar.
Iklan
Implikasi global
Jika akuisisi tidak terjadi dan TikTok dilarang, ini akan mencerminkan tren global yang lebih luas terkait pembatasan pemerintah terhadap platform media sosial.
Menurut Natalie Campbell, larangan di AS dapat memicu lebih banyak negara menerapkan pembatasan serupa, yang berpotensi menciptakan internet yang semakin terfragmentasi dengan dampak global.
Jerat Hukum Kasus Cyberbullying di Berbagai Negara
Berdasarkan laporan UNICEF 2021, sebanyak 45 persen pemuda berusia 14-24 tahun di seluruh dunia pernah mengalami cyberbullying. Lantas, upaya apa saja yang dilakukan sejumlah negara dalam mengatasi perundungan siber?
Foto: Getty Images/China Photos
Indonesia
Pelanggaran cyberbullying diatur dalam UU ITE pasal 27 ayat (3), dengan ancaman penjara paling lama 4 tahun dan atau denda maksimal Rp750 juta. Jika kasus perundungan siber terjadi pada anak-anak, pelaku bisa dijerat dengan UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Pasal 80, dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan atau denda paling banyak Rp72 juta.
Foto: Iman Baruna/DW
Malaysia
Badan keamanan siber nasional (Cybersecurity Malaysia), di bawah Kementerian Komunikasi dan Multimedia (KKMM), menerima 6.598 pengaduan publik terkait cyberbullying dari tahun 2020 hingga Juli 2021. Meski belum ada undang-undang yang disahkan, korban perundungan siber dapat melaporkan kasusnya ke polisi atau membawa kasusnya ke KKMM. Pelaku bisa diancam hukuman penjara dan denda hingga RM50.000.
Foto: Malaysia Tourism Promotion Board
Singapura
Undang-undang perlindungan dari tindak pelecehan (POHA) Singapura diberlakukan sejak 2014, dirancang khusus untuk kasus penindasan, penguntit, dan pelecehan baik online maupun di kehidupan nyata. Jika terbukti bersalah, pelaku akan dikenai denda hingga S$5.000 dan atau hukuman penjara hingga enam bulan.
Foto: picture-alliance/robertharding/G. Hellier
Australia
Menurut Australian Cybercrime Online Reporting Network, hukuman atas tindak pelecehan dan penindasan online yang serius diatur dalam KUHP 1995, dengan hukuman maksimum tiga tahun penjara atau denda lebih dari $30.000. Selain itu, otoritas juga mengembangkan aplikasi Take a Stand Together dalam mengatasi masalah cyberbullying di kalangan siswa sekolah.
Foto: I. Schulz/McPHOTO/blickwinkel/IMAGO
Jepang
Berlaku sejak Juli 2022, pelaku cyberbullying di Jepang menghadapi hukuman penjara hingga satu tahun atau denda yang lebih berat hingga 300.000 yen. Sebelumnya, pelaku dikenai penahanan selama 30 hari dan atau denda kurang dari 10.000 yen. Limitasi kasus cyberbullying yang diterima korban juga diperpanjang, dari yang semula satu tahun menjadi tiga tahun.
Foto: KAZUHIRO NOGI/AFP/Getty Images
Korea Selatan
Data Statista menunjukkan 234 ribu kasus cyberbullying dilaporkan ke polisi Korea Selatan pada 2020, menandai peningkatan sekitar 54 ribu kasus hanya dalam satu tahun. Belum ada undang-undang khusus untuk menindak perundungan siber. Pihak berwenang juga mengaku sulit untuk menyelidikinya karena kurangnya kerja sama dengan platform utama seperti YouTube dan Instagram.
Foto: Ed Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Tidak ada undang-undang federal yang secara khusus menangani perundungan siber, tetapi setiap yurisdiksi menangani tindakan intimidasi secara berbeda. Namun, terdapat aplikasi seperti Kindly yang mampu mendeteksi cyberbullying pada tahap awal dengan memanfaatkan Artificial Intellegence (AI). (ha/vv) (Berbagai sumber)
Foto: picture-alliance/J. Schwenkenbecher
7 foto1 | 7
Regulasi lebih baik daripada larangan
Campbell berpendapat bahwa melarang aplikasi tidak menyelesaikan masalah inti, melainkan hanya mendorong pengguna untuk bermigrasi ke layanan lain yang tetap memiliki masalah privasi dan keamanan.
Sebagai langkah antisipasi, banyak pengguna TikTok di AS mulai memperluas kehadiran mereka di platform pesaing seperti Instagram dan YouTube, atau aplikasi asal Cina lainnya seperti RedNote.
“Alih-alih menargetkan satu platform dengan larangan, pemerintah AS sebaiknya fokus pada legislasi privasi yang komprehensif,” ujarnya. “Ini akan memungkinkan kita meminta semua layanan dan aplikasi mematuhi standar yang sama, daripada bermain-main dengan strategi larangan yang berisiko.”
Artikel ini diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris.