Seorang pakar matematikan ingin mengajarkan robot humanoid untuk bisa berjalan seperti manusia. Bukan tugas yang mudah.
Iklan
Di Universitas Heidelberg, ahli matematika Katja Mombaur memimpin proyek penelitian Eropa yang juga melibatkan ilmuwan dari beberapa negara lain. Tujuannya: Robot otonom yang mampu berjalan stabil di atas permukaan yang bervariasi. Jadi robot nantinya bisa membantu, saat terjadi bencana misalnya.
Mombaur mengingatkan pada kecelakaan reaktor nuklir di Fukushima: "Kalau saja ada orang yang boleh masuk ke dalam reaktor, musibah bisa terhindarkan. Tapi ini terlalu berbahaya. Pancaran radiasinya terlalu tinggi bagi manusia. Tapi robot yang wujudnya seperti manusia, punya kemampuan bergerak seperti manusia, dan kecerdasan seperti manusia, akan mampu melakukannya."
Butuh waktu lama
Pada simulasi komputer pergerakan robot proyek Mombaur cukup baik. Tapi robot masih butuh waktu lama untuk bisa berjalan atau berlari selayaknya manusia. Gerakan lain lebih mudah. Robot humanoid memang bisa melakukan gerakan tertentu dengan cara meniru dan mempelajarinya. Seperti mengangkat lengan. Tapi berjalan adalah proses yang rumit.
Robot Canggih untuk Aksi Penyelamatan
Apa yang harus mampu dilakukan robot yang ditugaskan saat tengah terjadi bencana?
Foto: DW/Fabian Schmidt
Robot Pengganti Manusia
Robot dikerahkan untuk melakukan hal berbahaya. Misalnya di PLTN Fukushima yang rusak. Robot bisa membantu menjadi "mata" para petugas untuk melihat situasi di lokasi bencana. Lengan robot bisa membuka pintu, membersihkan puing atau menjinakkan bom. Kelemahannya, robot bergerak lamban di lokasi yang tidak dikenalnya.
Foto: Yoshikazu Tsuno/AFP/Getty Images
Robot Ekskavator
Tipe robot ini misalnya mampu memeriksa truk tangki yang mengalami kecelakaan. Tugasnya adalah menutup pentil tangki yang terbuka atau menemukan jerigen rusak berisi bahan kimia, memasukkannya ke dalam tong dan menutupnya.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Sistem Kendali Jarak Jauh
Insinyur dari akademi teknologi militer Polandia (WAT) mengembangkan robot ekskavator untuk mensimulasikan pencarian bom. Ia mengendalikan robot tersebut dari jarak jauh dengan jarak yang aman.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Mengatasi Bahaya
Jika terjadi kesalahan dalam penjinakan dan bom meledak, memang robot akan rusak, tapi petugas penjinak bom terjaga keselamatannya. Robot ekskavator bisa dimanfaatkan untuk tugas militer dan juga sipil.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Lokasi Sulit
Saat tim penyelamat tidak lagi punya akses ke lokasi kejadian, kerap kali dibutuhkan robot. Kamera membantu kasus semacam ini. Sistem kemudi ini bisa dirakit di kontainer biasa dan dibawa dengan cepat ke lokasi. Teknisi bisa mengendalikan robot melalui gelombang radio, walau robot sudah tidak terlihat lagi.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Sensor Bantuan
Dalam kebakaran di terowongan, kamera biasa tidak berguna lagi. Asap dan kegelapan menutupi pandangan. Sensor laser yang bisa meraba area kecelakaan secara tiga dimensi juga tidak berguna, karena asap memutus sinar laser. Para insinyur lalu mencoba cara lain. Di antaranya dengan antena radar.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Bergerak Sendiri
Jika kontak dengan pengendali terputus, robot harus menemukan jalan sendiri. Sensor mobil ini bisa merekam situasi sekitarnya. Data yang diperoleh bisa menghasilkan gambar keseluruhan. Kendaraan ini harus bisa memenuhi tugasnya secara independen. Misalnya, menemukan pusat kebakaran dan membuat peta yang memberi informasi jalur yang aman bagi tim penyelamat.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Kendaraan Roda Rantai
Robot buatan WAT ini berupa kendaraan roda rantai yang dua bagian kendaraan dihubungan dengan engsel. Robot ini mampu melewati tangga gedung, bandara atau stasiun kereta. Selain itu, robot juga cukup besar dan kuat untuk dilengkapi dengan peralatan teknik.
Foto: DW/Fabian Schmidt
Ukuran Kecil
Robot berukuran mungil ini memang mampu melewati lubang atau celah sempit. Namun, ia tidak mampu dilengkapi dengan banyak sensor dan teknologi.
Foto: DW
9 foto1 | 9
Mombaur menjelaskan, "Saat manusia berlari, tidak hanya kaki yang dilibatkan, tapi juga seluruh anggota tubuh. Di atas permukaan rata kita masih bisa berjalan dengan baik tanpa melibatkan tangan. Tapi begitu kondisi semakin sulit, kita membutuhan lengan untuk menjaga keseimbangan atau berpegangan. Karena itu dibutuhkan seluruh anggota tubuh."
Kriteria optimalisasi
Ini sebabnya tim peneliti juga mempelajari cara manusia bergerak. Dan bagaimana manusia bergerak di atas permukaan yang berbeda-beda. Robot kelak harus mampu bergerak otonom di daerah yang tidak dikenalinya.
Kriteria optimalisasi atau pencarian gerakan yang terbaik, memainkan peranan penting dalam penelitian. "Kami tidak menerapkan gerakan yang identik pada robot. Ini tidak mungkin. Robot memiliki geometri, ukuran, dan jangkauan yang berbeda. Batasan kekuatannya juga tidak sama. Dan biasanya gerakannya jauh lebih lambat dari manusia. Tapi kami berpegang pada prinsip dasar, yakni kriteria optimalisasi karakter gerakan dan menerapkannya pada robot", tambah Mombaur.
Robot humanoid yang "dilatih" Mombaur kini sudah mulai berjalan dan melewati berbagai rintangan. Seperti misalnya naik tangga. Tapi ia menuntut robotnya agar masih harus lebih terampil lagi dan terutama lebih cepat bergerak.