Laut Cina Selatan Jadi Isu Utama Kunjungan
3 September 2012Kunjungan Clinton terakhir ke wilayah ini dilakukan pada Juli lalu, dirusak oleh kegagalan negara-negara ASEAN untuk mencapai konsensus dalam pembicaraan di Kamboja, di tengah perpecahan ke sepuluh negara anggota atas bagaimana mengatasi konflik wilayah dengan Cina.
Hillary Clinton akan bertemu para pemimpin Indonesia termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sekaligus mengunjungi markas besar ASEAN, sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat hubungan dengan blok negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi dinamis dan sebagian besar berteman dengan Amerika.
AS-ASEAN-Cina
Clinton berharap “mendapatkan pemahaman tentang bagaimana posisi kami dan ingin mendapatkan saran tentang bagaimana kami bisa mendukung, bagaimana kami bisa menempatkan angin ke layar usaha diplomatik, yang sangat kami inginkan”, kata seorang pejabat senior Amerika yang ikut dalam rombongan namun tidak bersedia disebutkan namanya.
“Hal terpenting adalah bahwa kita berakhir di proses diplomasi di mana isu-isu ini dibahas dalam percakapan dilomatik yang kuat antara ASEAN yang bersatu dengan Cina, bukan melalui segala jenis paksaan,” kata pejabat tersebut.
Setelah Indonesia, hari Selasa (04/09) akan menuju Cina untuk pembicaraan mengenai hubungan yang seringkali rumit antara dua negara kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut.
Filipina dan Vietnam menuduh Cina melancarkan kampanye intimidatif atas wilayah yang kini menjadi sengketa di Laut Cina Selatan, sebuah jalur pelayaran yang dilewati oleh setengah kapal barang dunia dan diyakini sangat kaya dengan cadangan mineral.
Amerika Serikat, tidak seperti biasanya baru-baru ini mengeluarkan pernyataan keras memperingatkan Cina, setelah Beijing membuat marah negara-negara Asia Tenggara dengan membentuk sebuah pasukan Garnisun di wilayah terpencil Laut Cina Selatan yang menjadi sumber konflik.
Prihatin dengan Intoleransi di Indonesia
Pemerintahan Obama telah menyatakan ingin memperluas hubungan dengan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, yang mereka lihat sebagai partner ideal karena memiliki demokrasi dan sejarah muslim moderat.
Tapi momentum untuk lebih mendekatkan hubungan dengan Indonesia itu terganggu, karena kekhawatiran Amerika atas kekerasan massa baru-baru ini yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal terhadap kaum minoritas.
Pejabat Amerika mengatakan bahwa Indonesia masih dianggap sebagai “model toleransi” namun mereka menyuarakan alarm atas insiden yang mengganggu itu dalam beberapa bulan terakhir.
Sekitar 500 orang dari Hizbut Thahrir Indonesia menggelar demonstrasi di depan Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, menolak kunjungan Hillary Clinton yang mereka sebut bertujuan melindungi kepentingan bisnis Amerika.
afp (AB/ HP)