Menko Polhukam Mahfud MD menyebut saat ini ada 7 lembaga yang menangani keamanan laut Indonesia. Menurutnya kesatuan komando diperlukan agar koordinasi kemanan laut menjadi terpusat.
Iklan
Menko Polhukam Mahfud MD mengunjungi Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk membahas soal Omnibus Law Keamanan Laut. Dalam kunjungan itu Mahfud disambut oleh Kabakamla Laksamana Madya Aan Kurnia.
"Hari ini saya ke Bakmla karena sekarang kita sedang menggarap satu instrumen hukum, instrumen peraturan perundang-undangan yang akan membuka koordinasi keamanan laut itu bisa ditangani secara lebih sederhana dan koordinasinya terpusat," Kata Mahfud di Kantor Bakamla, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (06/03).
Mahfud menuturkan bahwa jika dikehendaki oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) maka Bakamla akan menjadi penjuru dalam mengamankan keamanan di wilayah laut.
"Kalau Presiden menghendaki Bakamla ini menjadi koordinator atau penjuru di dalam penanganan keamanan laut. Karena selama ini kan masih banyak, minimal masih ada 7 kan yang nangani. Sekarang, okelah 7 tapi nanti koordinasinya tuh menyatu," tuturnya.
Mahfud pun kemudian meninjau segala kesiapan Bakamla mulai dari teknologi hingga Sumber Daya Manusia (SDM). Nantinya, Mahfud meyakini langkah-langkah baru dalam mengkoordinir keamanan laut ke depannya bisa segera terwujud sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi.
Di Kantor Bakamla, Mahfud juga mengecek kondisi laut Indonesia menggunakan alat komando pengendalian (Kodal). Mahfud menuturkan melalui Kodal, semua pergerakan kapal-kapal di perairan Indonesia bisa terlihat. Dari hasil pengamatannya itu, dia menyimpulkan bahwa laut Indonesia sangat kaya dan luas, rumit serta rawan.
"Kita tadi bisa lihat misalnya di Natuna tuh ada kapal sedang bergerak ke mana dari mana di Irian juga, di Surabaya juga, kita bisa lihat dari Kodal sini. Komando Pengendalian dari sini. Sehingga kesimpulannya memang lautan kita tuh sangat luas, kaya, rumit, dan rawan," tuturnya.
Mahfud menjelaskan rumit yang dimaksud yakni dari segi peraturan perundang-undangannya. Kemudian rawan dimasuki oleh kapal-kapal asing. Kerawanan dan kerumitan itu yang menjadikan Indonesia perlu untuk menyatukan komando keamanan di wilayah laut. Sehingga semuanya menjadi lebih sederhana.
"Nah itulah perlunya kemudian adanya kesatuan komando, komando pengendali itu supaya lebih sederhana daripada yang ada sekarang," kata dia. (Ed: rap/pkp)
Kekuatan Laut Negara yang Bertikai di Laut Cina Selatan
Sebanyak 7 negara terlibat dalam konflik teritorial di Laut Cina Selatan, termasuk juga Indonesia. Tapi sebesar apa kekuatan angkatan laut masing-masing negara yang bertikai?
Cina setidaknya memiliki satu kapal induk, yakni Liaoning, dan berniat membangun satu kapal induk lain, Warjag. Selain itu negeri tirai bambu ini juga menguasai 57 kapal selam, 78 kapal fregat dan kapal perusak , 27 korvet, 180 kapal patroli, 52 kapal pendarat dan 523 kapal penjaga pantai. Secara umum Angkatan Laut Cina memiliki 235.000 pasukan yang terbagi dalam tiga armada.
Foto: Reuters/Stringer
Singapura
Meski negara pulau, angkatan laut Singapura hanya memiliki 3.000 pasukan yang bertugas mengamankan wilayah perairan dari perompak. Secara umum negeri jiran ini menguasai 4 kapal selam, 6 kapal fregat dan kapal perusak, 6 kapal korvet, 29 kapal patroli dan 102 kapal penjaga pantai.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Drake
Thailand
Meski tidak terlibat konflik secara langsung, posisi Thailand turut dipertimbangkan dalam konflik Laut Cina Selatan. Beranggotakan 44.000 tentara, angkatan laut negeri gajah putih ini memiliki satu kapal induk helikopter buatan Spanyol, HTMS Chakri Naruebet, 9 kapal fregat dan perusak, 7 kapal korvet, 77 kapal patroli, 2 kapal pendarat dan 94 kapal penjaga pantai.
Foto: Ponchai Kittiwongsakul/AFP/Getty Images
Filipina
Dari semua negara, angkatan laut Filipina dengan 24.000 personil termasuk yang paling lemah, terutama jika mempertimbangkan posisinya dalam konflik di Laut Cina Selatan. Jiran di utara ini hanya memiliki 4 kapal fregat buatan Amerika Serikat, 10 unit korvet yang sebagian sudah menua, 66 kapal patroli, 4 kapal pendarat dan 72 kapal penjaga pantai.
Foto: Reuters/Maritime Staff Office of the Defense Ministry of Japan
Vietnam
Vietnam banyak membenahi kekuatan angkatan lautnya sejak beberapa tahun terakhir. Kini angkatan laut Vietnam yang beranggotakan 40.000 serdadu memiliki 7 kapal selam anyar kelas Kilo buatan Rusia, 2 kapal fregat, 7 kapal korvet, 61 kapal patroli, 8 kapal pendarat tank dan 78 kapal penjaga pantai.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Indonesia
Belakangan Jakarta meningkatkan pengamanan di perairan Natuna. Saat ini Indonesia adalah kekuatan terbesar kedua setelah Cina dalam konflik di Laut Cina Selatan. TNI AL saat ini memiliki 2 kapal selam, 12 kapal fregat dan perusak, 27 korvet, 64 kapal patroli, 19 kapal pendarat tank dan 43 kapal penjaga pantai. Namun begitu usia armada laut Indonesia juga tergolong yang paling tua di kawasan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Kriswanto
Malaysia
Kekuatan angkatan laut Malaysia yang berkekuatan 14.000 personil hampir menyaingi Indonesia. Selain 2 kapal selam anyar buatan Spanyol, Malaysia juga memiliki 10 kapal fregat atau perusak, 4 kapal korvet buatan Jerman, 33 kapal patroli dan 317 kapal penjaga pantai. (rzn/hp - sumber: IISS, SIPRI)