1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lavrov Disambut Meriah di Damaskus

7 Februari 2012

Beberapa hari setelah veto Rusia dan Cina atas resolusi Suriah di DK PBB, Menlu Rusia, Sergej Lavrov berkunjung ke ibukota Suriah. Sementara pasukan rejim Suriah kembali menembaki Homs.

Pro-Syrian regime supporters wave Syrian and Russian flags as they cheer a convoy believed to be transporting Russian Foreign Minister Sergey Lavrov in Damascus, Syria, Tuesday, Feb. 7, 2012. Thousands of Syrians waving Russian flags cheered Russia's foreign minister as he arrived in Damascus Tuesday for talks with embattled President Bashar Assad on the country's escalating violence. (Foto:Muzaffar Salman/AP/dapd)
Pendukung pemerintah Suriah sambut Menlu Rusia, LavrovFoto: AP

Ribuan warga Suriah menyambut hangat kedatangan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergej Lavrov di ibukota Suriah, Damaskus, hari Selasa (7/2). Orang-orang di pinggir jalan menyambut meriah iring-iringan yang langsung menuju kediaman resmi Presiden Suriah Bashar al-Assad. Mereka berteriak: "Terima kasih Rusia, terima kasih Cina": Seorang warga mengatakan: "Kami berterima kasih kepada Rusia dan Cina untuk vetonya atas intervensi internasional."

Kunjungan itu digelar beberapa hari setelah Rusia dan Cina memveto resolusi terhadap Suriah di Dewan Keamanan PBB. Di Damaskus Lavrov mengutarakan, Rusia ingin agar Suriah menjalankan reformasi dan berdialog dengan oposisi. Tetapi ia juga memuji Presiden Bashar al-Assad. Menurut laporan kantor berita Rusia ITAR-Tass, Lavrov mengatakan kepada Assad bahwa "setiap pemimpin suatu negara menyadari kewajibannya, dan Anda Presiden Assad menyadari hal itu."

Menlu Sergei Lawrow (kiri) dan Presiden Bashar al-AssadFoto: AP

Lagi-lagi korban tewas akibat kekerasan

Selanjutnya Lavrov menegaskan pentingnya reformasi untuk "merespon tuntutan rakyat yang mendambakan kehidupan yang lebih baik." Ia mengatakan, Assad telah menyatakan bersedia untuk berdialog dengan tokoh-tokoh politik di negerinya. Demikian menurut media Rusia.

Liga Arab dan Rusia berulang kali mengupayakan mediasi antara pemerintah Suriah dan oposisi, namun karena tindakan brutal pasukan pemerintah, pihak oposisi hinggga kini menolak untuk berunding.

Sementara itu, aktivis Suriah melaporkan, pasukan pemerintah dengan senjata mesin dan panser melanjutkan serangannya di Homs yang merupakan pusat perlawanan terhadap rezim Assad. Hari Selasa (7/2) sedikitnya 15 orang tewas akibat kekerasan aparat keamanan, demikian dikatakan seorang aktivis.

Homs, SuriahFoto: dapd

Erdogan upayakan inisiatif baru

Akibat pertumpahan darah yang tak juga berakhir itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan kini menawarkan apa yang ia sebut sebagai "hak tamu" kepada anggota oposisi Dewan Nasional Suriah. Erdogan juga hendak menyatukan langkah untuk melawan Assad: "Kami akan melancarkan inisiatif baru, bersama semua negara yang mendukung rakyat dan tidak berpihak pada pemerintah Suriah. Kami sedang mempersiapkannya."

Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman dan Uni Emirat Arab telah manarik duta besarnya dari Suriah. Hari Senin (6/2) lalu Inggris dan Amerika Serikat telah mengambil langkah serupa, dan Perancis, Italia serta Spanyol juga menyatakan akan menarik duta besar dan konsulnya dari sana. Sementara itu, setelah penangkapan dua tersangka mata-mata Suriah di Berlin, Jerman, Menlu Jerman Guido Westerwelle memanggil duta besar Suriah di Berlin dan memperingatkan bahwa Jerman tidak mentolerir langkah apa pun juga terhadap oposisi Suriah yang tinggal di Jerman. Kedua tersangka ditangkap atas tuduhan sejak bertahun-tahun memata-matai oposisi Suriah yang ada di Jerman. PBB memperkirakan sekitar 5.400 orang tewas akibat kekerasan di Suriah.

Christa Saloh-Foerster/dpa/dapd/rtre

Editor: Andy Budiman

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait