Presiden Trump lagi-lagi gagal dengan upayanya mempererat hubungan dengan Rusia dan Presiden Putin. DPR AS loloskan RUU yang memuat sanksi baru terhadap Rusia, Iran dan Korea Utara.
Iklan
Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diajukan ke Dewan Perwakilan AS itu hari Selasa (25/7) diterima hampir dengan suara bulat. Hampir semua anggota dewan dari Demokrat dan Partai Republik juga menyetujuinya, suatu situasi yang sangat jarang terjadi.. Ada 419 suara setuju dan hanya 3 suara tidak setuju.
Menurut RUU baru itu, Presiden Donald Trump harus memintza persetujuan kongres lebih duklu, jika ingin melonggarkan sanksi terhadap Rusia yang sudah diberlakukan sejak masa kepresidenan Barack Obama. Padahal Trump sebenarnya ingin menjalin hubungan lebih erat lagi dengan Rusia dan Presiden Putin.
RUU ini masih harus disetujui oleh Senat dan Presiden Trump. Senat kemungkinan besar meloloskannya, sehingga Trump akan berada di bawah tekanan untuk segera menandatanganinya.
Makin banyaknya berita tentang kedekatan tim kampanye Trump dengan Rusia tampaknya menjadi alasan bagi banyak anggota dewan dari Partai Republik meloloskan RUU ini.
Salah satu elemen dari RUU ini adalah pembatasan wewenang presiden untuk mengeluarkan atau mencabut sanksi terhadap Rusia. Untuk melakukan itu, presiden perlu mendapat persetujuan dari DPR lebih dulu.
Pemerintahan Trump menentang RUU tersebut dengan alasan, hal itu akan mengganggu otoritas eksekutif dan mengikat tangannya dalam melakukan kebijakan luar negeri. Trump sendiri belum mengatakan, apakah dia nantinya akan memveto RUU tersebut.
Lavrov labels new US sanctions 'Russophobia'
00:38
Gedung Putih menyatakan bahwa mereka mendukung sanksi keras terhadap Rusia, Iran dan Korea Utara, namun ingin melihat lebih dulu perkembangan di Senat.
Paket sanksi baru terhadap Rusia antara lain menargetkan sektor energi. Perusahaan AS dilarang untuk membiayai dan mengerjakan beberapa proyek energi Rusia.
Rusia segera bereaksi dan memperingatkan, sanksi baru itu akan berdampak pada hubungan AS-Rusia.
"Kami menganggap ini adalah retorika sanksi yang kontraproduktif dan berbahaya bagi kepentingan kedua negara," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
RUU yang baru juga menetapkan sanksi terhadap Iran, yang dianggap masih "mendestabilkan" Timur Tengah. Iran menolak sanksi yang baru dan menyatakan bahwa sanksi-sankksi itu melanggar perjanjian nuklir internasional.
Korea Utara juga akan mendapat sanksi lebih lanjut karena program nuklir dan misilnya. Namun senat lebih memilih untuk memisahkan sanksi terhadap Korea Utara dari sanksi terhadap Iran dan Rusia dan mengaturnya dalam UU lain.
Seberapa Besar Kemampuan Militer Korea Utara?
Korea Utara punya tentara dalam jumlah besar. Ditambah lagi, negara komunis itu terus menambah dan meningkatkan persenjataannya termasuk senjata nuklir.
Foto: Reuters/KCNA
Jumlah Tentara Sangat Besar
Dengan jumlah tentara reguler 700.000 orang, dan hampir 4,5 juta tentara cadangan, hampir seperlima rakyat Kore Utara berbakti dalam militer. Semua pria di negara komunis itu wajib mengikuti pendidikan militer dalam bentuk apapun. Dengan demikian, militer Korea Utara dari segi jumlah dua kali lebih besar daripada Korea Selatan.
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
Alutsista Banyak
Menurut Global Firepower Index 2017, Korea Utara punya banyak alat utama sistem pertahanan berupa 76 kapal selam, 5.025 panser, serta 458 jet tempur. Foto dari 2013 ini menunjukkan pemimpin Kim Jong Un di pusat komando militer. Dari tempat ini ia bisa memerintahkan persiapan peluncuran roket yang sebagian bisa dimuati hulu ledak nuklir, untuk menyerang AS dan Korea Selatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Pamer Persenjataan
Tiap tahun, rezim Korea Utara mamamerkan kekuatan militernya lewat parade di ibukota Pyongyang. Jadwal penyelenggaraan pamer senjata seperti ini biasanya jatuh pada hari peringatan penting di negara komunis itu, atau bertepatan dengan perayaan penting di keluarga Kim.
Foto: picture-alliance/dpa/KCNA
Peluru Kendali Balistik Antar Benua
AS mengkonfirmasi uji coba peluru kendali balistik antar benua (ICBM) terbaru oleh Korea Utara sukses. Keberhasilan ini adalah "eskalasi dan ancaman baru bagi AS, sekutunya dan dunia," begitu dinyatakan Menlu AS Rex Tillerson. Roket tipe Hwasong-14 mampu "mencapai sasaran manapun di dunia". Demikian laporan kantor berita Korea Utara, KCNA.
Foto: Getty Images/AFP/KCNA
Uji Coba Nuklir Dilanjutkan
Walaupun dunia internasional menjatuhkan sanksi berat, Korea Utara melanjutkan program nuklirnya. Hingga sekarang sudah dilakukan lima kali uji coba nuklir. Tahun 2016 saja dialkukan dua kali. Menteri Pertahanan Korea Selatan Han Min Koo menilai kemungkinannya besar, Korea Utara dalam waktu dekat akan menguji senjata nuklir untuk ke enam kalinya.
Foto: picture-alliance/dpa/KCNA
Ancaman bagi Perdamaian Dunia
Hanya Cina dan Rusia yang bisa terhitung sekutu Korea Utara. Rezim itu melihat apa yang mereka sebut "kekuatan imperialis AS" sebagai musuh utama, disusul Jepang dan Korea Selatan. Korea Utara terutama memberi reaksi tajam terhadap latihan militer tahunan yang diadakan AS dan Korea Selatan.
Foto: Reuters/K. Hong-Ji
Akhir Kesabaran?
Setelah Korea Utara melakukan tes peluru kendali balistik antar benua, tampaknya AS sudah habis kesabaran. Presiden AS Donald Trump akan membicarakan solusi dengan sekutunya, sebagai pembicaraan sampingan dalam KTT G20 di Hamburg. Cina dan Rusia terutama berusaha mencegah AS melancarkan serangan pertama terhadap Korea Utara. Ed: H. Gui/A. Grunau (ml/as)