Di Idlib, Suriah, masih ada lebih dari 60 jihadis asal Jerman, menurut investigasi stasiun siaran Jerman SWR dan ARD.
Iklan
Hasil investigasi para jurnalis SWR dan ARD cabang Kairo, Mesir, mengungkapkan ada lebih 60 jihadis dari Jerman yang masih bertahan di Idlib, Suriah. SWR merilis berita itu hari Minggu (09/02).
SWR mengatakan, para jihadis dari Jerman itu bergabung bersama kelompok-kelompok militan di Idlib dan turut bertempur. Kelompok-kelompok jihadis di Idlib menyebarkan kabar dan propaganda mereka lewat media sosial seperti Messenger dan Telegram.
Jurnalis SWR menganalisis transkrip pesan-pesan instan dengan teks, audio dan video yang dikirim oleh para jihadis dari Idlib, yang saat ini sedang dibombardir pasukan pemerintah Suriah. Idlib adalah benteng terakhir kelompok militan dan pasukan pemberontak yang menentang kekuasaan Bashar al-Assad.
Jihadis cari sumbangan lewat media sosial
Para jihadis di Idlib berusaha menggalang dukungan lewat media sosial, terutama dukungan finansial.
Dalam sebuah pesan video, seorang pria yang menggunakan bahasa Jerman mengimbau: "Saudaraku, kalau kamu bisa membantu, itu akan sangat baik. Apalagi kalau kamu ada di Jerman, [dengan menyumbang] artinya kamu telah menyelesaikan jihad."
Di pesan lain, para simpatisan dan pendukung diminta mengirim sumbangan kepada seseorang di Turki melalui layanan pengiriman uang Western Union, atau dengan menggunakan cryptocurrency (mata uang digital) seperti Bitcoin.
Intelijen Jerman menerangkan mereka sudah memantau praktik ini dan selama beberapa waktu sudah mengobservasi penggunaan mata uang digital untuk membiayai kegiatan terorisme.
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Konfrontasi baru Turki-Rusia di Idlib?
Pasukan pemerintah Suriah dengan dukungan angkatan udara Rusia sejak beberapa minggu terakhir memborbardir Idlib untuk merebut kawasan terakhir yang masih dikuasai kelompok jihadis dan pasukan pemberontak.
PBB beberapa kali menuduh pasukan pemerintah Suriah secara sengaja menargetkan rumah sakit dan penduduk sipil demi merebut kawasan itu.
Militer Turki yang mendukung pasukan pemberontak memperingatkan Rusia agar menghentikan serangan ke Idlib. Turki mengatakan akan mengirim pasukan tank dan lebih banyak artileri ke kawasan Idlib. Media lokal melaporkan, sekitar 600 kendaraan militer sejak hari Jumat (7/8) diberangkatkan dari Turki ke kawasan perbatasan