Ledakan Ganda Guncang Ibukota Suriah
23 Desember 2011Dua serangan maut hari Jumat itu terjadi di kawasan Jfar Suseh. Menurut seorang saksi mata, seorang pelaku bunuh diri yang mengendarai mobil dengan bahan peledak berupaya masuk ke lahan kantor dinas intelijen. Tidak lama setelah itu, sebuah bom mobil lainnya dilaporkan meledak di dekat sebuah bangunan yang digunakan oleh aparat keamanan Suriah. Televisi pemerintah melaporkan, menurut pemeriksaan pertama, dalang dibelakan serangan adalah jaringan teror Al Qaida. Kepala dinas intelijen, Rustom Ghasali juga tidak menepis kemungkinan serangan berikutnya.
Sementara itu, kelompok Syiah Hisbollah di Libanon yang beraliansi dengan Suriah, menuduh Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas serangan itu. Amerika dituding sebagai "tanah air terorisme". Demikian tercantum dalam pernyataan Hisbollah. Sedangkan Presiden Libanon Michel Suleiman melalui pembicaraan telepon dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, mengutuk "serangan-serangan teror" itu.
Sedangkan kelompok oposisi Syrian National Council SNC menuduh rejim Suriah sendiri yang langsung bertanggung jawab atas kedua serangan bom. Selanjutnya ditambahkan bahwa pemerintah Suriah ingin memberikan kesan kepada dunia luar bahwa negeri itu terancam bahaya dari luar dan bukan revolusi rakyat yang menuntut kebebasan dan martabat. Demikian tercantum dalam pernyataan SNC.
Sebelas orang tewas terbunuh
Kedua serangan tersebut merupakan yang pertama di Suriah sejak sekitar 25 tahun terakhir, dan terjadi ketika sebuah tim awal dari Liga Arab tiba di negeri itu untuk mempersiapkan tugas misi pengamat yang akan dikirimkan. Pemimpin delegasi, Samir Seif al Jasal mengatakan: "Kami akan melanjutkan tugas kami." Mereka telah melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak hari Jumat /23/12), tambah Samir.
Hari Sabtu (24/12) dijadwalkan pertemuan dengan Menlu Walid Muallem. Tim pengamat pertama berjumlah antara 30 hingga 50 orang, akan tiba hari Minggu (25/12) di Suriah. Seorang jurubicara kementrian luar negeri Amerika mengatakan, serangan-serangan tersebut tidak boleh menghalangi misi pengamat.
Sementara itu, kekerasan terhadap pemrotes rezim masih tetap berlanjut. Menurut para pengamat HAM Suriah yang berkedudukan di London, sebelas orang tewas pada hari Jumat (23/12). Delapan terbunuh di Homs, dua di Hama, Suriah Utara, dan satu orang di dekat Damaskus.
Oposisi khawatir rezim mendapai "lisensi untuk membunuh"
Dalam kompromi dengan Liga Arab, Suriah mengijinkan pengamat Arab masuk ke negerinya. Namun aktivis khawatir bahwa misi itu akan mencegah tindakan yang lebih keras terhadap pimpinan di Damaskus dan memberikan kepada mereka "lisensi untuk membunuh". Oposisi Suriah menuntut agar Dewan Keamanan PBB yang turun tangan.
Sedangkan dalam DK PBB, pertikaian antara negara-negara Barat dan Rusia menyangkut kekerasan di Suriah, semakin meningkat. Dalam sidang Dewan Keamanan hari Kamis (22/12), dubes Rusia untuk PBB, Witali Tshurkin kembali menuntut dilakukannya pemeriksaan terhadap tewasnya warga sipil pada operasi militer NATO di Libya.
Moskow dianggap sebagai sekutu Assad. Dalam DK, Rusia dan Cina memblokir upaya mengeluarkan resolusi terhadap Suriah. Pada pekan-pekan lalu Rusia tanpa terduga mengajukan rancangan resolusi yang mengutuk kekerasan "semua pihak" di Suriah. Namun bagi negara-negara barat rancangan itu kurang keras.
Christa Saloh-Foerster/afpd/dpa/rtre
Editor: Ayu Purwaningsih