1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lee Myung-bak Menang Pemilu di Korea Selatan

19 Desember 2007

Menurut jajak pendapat terakhir, calon kubu koservatif Lee Myung-bak berhasil meraih mayoritas suara dalam pemilihan presiden Korea Selatan, Rabu (19/11).

Lee Myung-back (kiri) dikelilingi massa pendukungnya
Lee Myung-back (kiri) dikelilingi massa pendukungnyaFoto: AP

Korea Selatan adalah negara demokrasi yang tergolong muda. Pemilihan presiden pertama yang bebas baru digelar 20 tahun. Tokoh terkuat kali ini adalah Lee Myung-bak dari kubu konservatif.

„Seluruh negara ini harus diperbarui, sama seperti alur sungai ini yang sekarang mengalir di permukaan. Jika saya terpilih sebagai presiden, saya akan menghidupkan kembali ekonomi Korea Selatan.“

Sebagai walikota Seoul, Lee Myung-bak berhasil meningkatkan taraf hidup warganya. Antara lain dengan mengubah aliran sebuah sungai bawah tanah sehingga menjadi bagian kawasan hijau di tengah-tengah kota Seoul. Selain itu, Lee mereformasi sistem angkutan umum dan merampingkan administrasi kota. Sebagian besar pemilih Korea Selatan berharap, Lee yang pada pemilu ini mewakili pihak oposisi mampu mencapai hal serupa di tingkat nasional.

Kasus Korupsi

Dalam jajak pendapat sebelum pemilu, Lee selalu berada beberapa poin di atas pesaing terberatnya Chong Dung-young. Politisi berhaluan kiri ini selama kampanye menandaskan: “Bila Anda setuju korupsi dan kebohongan diberantas, berikan suara Anda pada saya. Saya melambangkan pemerintahan yang bersih dan transparan.“

Chong Dung-young yang pernah menjabat menteri urusan penyatuan kembali Korea, berulang kali menuduh Lee sebagai pembohong yang korup. Lee beberapa kali diperiksa komisi penyidik karena diduga terlibat bisnis kotor. Awal Desember, politisi berusia 66 tahun ini dibebaskan dari semua tuduhan. Namun, Senin (17/12) gerak-gerik Lee kembali disoroti komisi penyidik. Ia tetap bersikeras menolak semua tuduhan korupsi yang diajukan terhadapnya.

Faktor Ekonomi

Dalam kampanye pemilunya, selain berjanji mengambil sikap lebih tegas terhadap Korea Utara, Lee juga menyatakan akan meningkatkan daya saing ekonomi Korea Selatan. Bernhard Seliger dari Universitas Nasional Seoul mengatakan:

„Pihak oposisi menuduh, sepuluh tahun terakhir adalah dasawarsa yang disia-siakan. Ini adalah retorika kampanye pemilu yang berlebihan. Laju ekonomi suatu negara terutama dipengaruhi situasi pasar dunia. Apalagi Korea Selatan sangat bergantung pada ekspor. Di lain sisi, politik ekonomi Korea Selatan juga pegang peranan.“

Peran Presiden Korea Selatan

Presiden Korea Selatan memiliki posisi sangat kuat. Ia berhak mengangkat dan memecat perdana menteri serta seluruh kabinet dan menetapkan haluan politik luar negeri. Selain itu presiden Korea Selatan merangkap komandan tertinggi angkatan bersenjata. Masa jabatan presiden adalah lima tahun, tanpa opsi pemilihan kembali..

Dalam pemilu presiden kali ini, tampaknya warga Korea Selatan memilih presiden yang pragmatis. Mereka mengharapkan sosok presiden yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Mengenai Lee Myung-bak seorang pemilih mengatakan:

“Saya tidak terlalu peduli pada segala tuduhan korupsi itu. Lee Myung-bak sudah dibebaskan dari semua tuduhan tersebut. Saya yakin, ia dapat meningkatkan ekonomi Korea Selatan di masa depan.“

Dengan terpilihnya Lee Myung-bak, berakhirlah masa pemerintahan kubu liberal, yang memegang kekuasaan di Korea Selatan selama sepuluh tahun terakhir. (zer)