1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kabinet Jerman Setujui RUU Legalisasi Ganja

17 Agustus 2023

RUU yang secara legal memungkinkan seseorang untuk menggunakan ganja akhirnya disetujui oleh kabinet Jerman, Rabu (16/08).

Konferensi pers Karl Lauterbach tentang hukum ganja di Berlin, Jerman
Kabinet Jerman akhirnya menyetujui RUU Legalisasi Ganja pada hari Rabu (16/08)Foto: Michele Tantussi/Getty Images

Kabinet Jerman pada hari Rabu (16/08) telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk meliberalisasi aturan tentang ganja, yang memungkinkan negara terpadat di Uni Eropa tersebut dapat mendekriminalisasi kepemilikan dalam jumlah terbatas dan mengizinkan anggota "klub ganja" untuk membeli zat tersebut dengan tujuan rekreasi.

Undang-undang tersebut disebut sebagai langkah pertama dalam rencana dua bagian, yang masih membutuhkan persetujuan dari parlemen. Namun persetujuan pemerintah ini sudah termasuk salah satu kemajuan dalam proyek reformasi terkemuka dari koalisi liberal sosial Kanselir Olaf Scholz, meskipun secara signifikan jauh dari ambisi awalnya.

RUU legalisasi ganja, yang diharapkan pemerintah akan mulai berlaku pada akhir tahun ini, memperkirakan akan membebaskan kepemilikan hingga 25 gram ganja untuk tujuan rekreasi dan bahkan mengizinkan individu untuk menanam sendiri maksimal sebanyak tiga tanaman.

Penduduk Jerman yang berusia 18 tahun ke atas nantinya akan diizinkan untuk bergabung ke dalam "klub ganja"Foto: Europa Press/ABACA/picture alliance

Apa isi RUU tersebut?

Penduduk Jerman yang berusia 18 tahun ke atas nantinya akan diizinkan untuk bergabung  ke dalam "klub ganja" nonprofit, dengan maksimum beranggotakan 500 orang. Klub-klub tersebut akan diizinkan untuk menanam ganja, jika itu untuk konsumsi pribadi anggota klub.

Setiap individu juga dapat membeli hingga 25 gram ganja per hari, atau maksimum 50 gram per bulan. Namun, untuk usia di bawah 21 tahun, angkanya dibatasi hingga 30 gram per bulan, dan Memiliki beberapa keanggotaan di banyak klub tidak akan diizinkan. Biaya klub hanya akan ditanggung oleh biaya keanggotaan, yang akan dibagi berdasarkan berapa banyak ganja yang digunakan para anggotanya.

Pemerintah Jerman juga merencanakan adanya larangan mengiklankan atau mensponsori baik penggunaan ganja maupun klub komunitasnya. Selain itu, aturan konsumsi juga tidak diperbolehkan pada jarak 200 meter dari sekolah, taman bermain, fasilitas olahraga, atau pun di dekat lokasi klub ganja.

Para pejabat berharap rencana aturan ini dapat melindungi konsumen dari produk yang terkontaminasi, serta mengurangi adanya tindak kejahatan terkait narkoba. Menteri Kesehatan (Menkes) Jerman Karl Lauterbach mengatakan bahwa dia mengharapkan aturan ini nantinya mampu menghasilkan harga yang "begitu kompetitif", "jadi kami berpendapat, kami dapat menekan pasar gelap dengan baik melalui aturan ini."

Saat ini, "kami melihat konsumsi begitu meningkat, dan itu yang bermasalah," kata Lauterbach kepada wartawan. "Hal itu tidak dapat dibiarkan terus seperti ini," tegasnya.

Oposisi kanan-tengah berpendapat bahwa pemerintah saat ini terus mendesak untuk melegalkan obat yang cukup berisiko, meskipun ada banyak penolakan dari hukum Eropa dan pendapat para ahli. Sebuah organisasi yang mewakili para hakim Jerman mengatakan bahwa rancnagan tersebut kemungkinan besar hanya akan meningkatkan beban daripada mengurangi, pada sistem peradilannya dan juga pada kuota permintaan ganja di pasar gelap.

Aturan legalisasi ganja ini nantinya akan disertai dengan kampanye untuk menyadarkan anak-anak muda akan risiko konsumsi ganjaFoto: Michele Tantussi/Getty Images

Beberapa pendukung legalisasi tidak terlihat senang

Oliver Waack-Jürgensen, pemimpin "klub sosial ganja" yang berbasis di Berlin yang didirikan tahun lalu, berpendapat bahwa, "apa yang kami dengar dari Menkes adalah regulasi yang berlebihan, stigmatisasi pengguna ganja juga terus berlanjut, dan peraturannya terlalu ketat, di mana itu membuat banyak (klub ganja) tidak mungkin berfungsi." Waack-Jürgensen juga merupakan seorang anggota dewan asosiasi nasional yang mewakili klub-klub ganja semacam itu.

Namun, Lauterbach justru menolak keberatan tersebut, dengan mengatakan bahwa, "fakta bahwa ini diserang dari kedua sisi merupakan pertanda baik." Dia juga menambahkan bahwa "aturan dengan lebih banyak kebebasan, seperti misalnya di Belanda atau beberapa negara bagian Amerika, justru akan menyebabkan konsumsi malah berkembang."

Lauterbach juga mengatakan bahwa bagi pihak yang justru menentang legalisasi dalam bentuk apa pun juga "tidak memiliki jawaban" untuk meningkatkan konsumsi mau pun tindak kejahatan, serta berkembangnya pasar gelap.

Undang-undang tersebut akan disertai dengan kampanye yang dimaksudkan untuk menyadarkan anak-anak muda akan risiko mengonsumsi ganja.

Pemerintah Jerman juga mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengikuti undang-undang baru dengan memetakan langkah kedua, yakni tes lima tahun dari rantai pasokan komersial yang diatur di wilayah tertentu, yang kemudian akan dievaluasi secara ilmiah.

Sayangnya, ini semua jauh dari rencana semula pada tahun lalu, di mana diramalkan Jerman akan segera mengizinkan penjualan ganja kepada individu dewasa di seluruh negeri di gerai berlisensi. Nyatanya, aturan itu justru dikurangi, setelah adanya pembicaraan dengan komisi eksekutif Uni Eropa.

Aturan legalisasi ganja di negara Eropa lainnya

Pendekatan di wilayah Eropa lainnya juga bervariasi. Seperti contoh, Belanda menggabungkan dekriminalisasi dengan sedikit regulasi pasar. Belanda juga mentolerir penjualan dan konsumsi ganja dalam jumlah kecil di kedai kopi.

Namun, Amsterdam yang telah lama menjadi magnet bagi para penikmat zat tersebut, masih belum melegalkan produksi dan penjual ganja dalam jumlah besar, yang diperlukan untuk menjaga pasokan di kedai kopi.

Sementara itu, pemerintah Belanda telah meluncurkan percobaan yang bertujuan untuk "menentukan bagaimana ganja yang terkontrol dapat dipasok secara legal ke kedai kopi dan apa efeknya."

Tahun lalu, pihak berwenang Swiss telah membuka jalan bagi proyek percontohan yang memungkinkan beberapa ratus orang di Basel untuk membeli ganja dari apotek dengan tujuan rekreasi.

Pemerintah Ceko juga telah menyusun rencana yang serupa dengan yang kini tengah dirumuskan Jerman, untuk mengizinkan penjualan dan penggunaan ganja dengan tujuan rekreasi, tetapi belum terselesaikan.

Sementara ibu kota Denmark, Kopenhagen, telah mengusulkan untuk melegalkan ganja, tetapi kemudian ditolak oleh parlemen. Sedangkan, Prancis tidak memiliki rencana untuk meliberalisasi aturan ganja pihaknya yang terkenal cukup ketat.

kp/rs (AP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait